Risiko rekurensi ( kekambuhan ) kejang demam dengan terjadinya kejang pada usia dini, cepatnya anak mengalami kejang setelah demam timbul, suhu tubuh rendah saat kejang, dan riwayat KD. Data statistik menunjukkan bahwa setelah KD pertama, sekitar 33% anak akan mengalami satu kali ate lebih. Sedangkan anak yang menderita KD kemudian diikuti dengan kejang tanpa demam, berisiko lima kali lebih besar menderita retardasi mental. Karena itu, KD harus segera diatasi agar tidak terjadi rekurensi dan juga agar KD tidak berlangsung lama.
Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua sebagai pertolongan pertama yaitu: (1) Baringkan anak di tempat yang datar dengan posisi miring bukan telentang. Posisi tubuh anak dengan kepala usahakan sejajar atau sedikit lebih rendah. Hal ini dimaksudkan air liur atau muntah dari mulut, sehingga anak tidak tersedak dan tidak menyumbat jalan nafas, (2) Pastikan jalan nafas anak lancar. Segera longgarkan pakaian dan lepas semua atribut yang menghambat saluran pernafasan. Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut anak agar tetap terbuka, karena benda tersebut justru dapat menghambat jalan nafas.
(3) Untuk mencegah luka, jauhkan benda-benda keras dan tajam dari anak. (4) Anak jangan dipegangi untuk melawan kejang. Umumnya, sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus. Namun, jika kejang terus berlanjut selama lebih dari lima menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. (4) Bila tersedia, berikan obat antikejang diazepam untuk menghentikan kejang terutama bila kejang berlangsung lebih dari lima menit. (5) Setelah kejang berhenti, anak perlu dibawa ke dokter untuk meneliti penyebab demam.
Terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat atau anak tampak lemas. Selain pertolongan pertama, hal yang tidak kalah penting adalah segera membawa anak ke dokter. Secara umum pemberian obat-obatan jangka panjang untuk mencegah berulangnya KD jarang sekali dibutuhkan. Obat itu hanya dapat diresepkan setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis. Obat yang dapat digunakan sebagai profilaksis ( pencegahan ) berulangnya KD adalah obat antikejang diapezam per oral atau rectal secara berkala, saat onset demam ( rentang waktu antara mulai timbulnya demam dengan timbulnya kejang ).
ANTIREPTIK Setelah anak yang mengalami KD sadar kembali, harus diupayakan untuk menurunkan suhu tubuhnya. Pertama, kemungkinan terjadinya dehidrasi ( kekurangan cairan tubuh ). Ketika mengalami demam, terjadi peningkatan penguapan cairan tubuh sehingga anak bisa kekurangan cairan. Kedua, demam menyebabkan kekurangan oksigen. Ketiga, demam di atas 42 derajat celcius, dapat menyebabkan kerusakan saraf meski jarang terjadi. Demam tinggi pada anak dapat diatasi dengan cara memberi obat antipiretik dan kompres hangat.
Kompres hangat ditujukan untuk menurunkan suhu di permukaan tubuh. Turunnya suhu ini diharapkan terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan dilakukan dengan kompres yang dingin, karena dapat menyebabkan korslet di otak. Beberapa golongan obat antipiretik yang beredar di pasaran, meliputi parasetamol ( acetaminophen ), asetosal ( aspirin ) dan ibuprofen. Khasiat ketiga obat tersebut sama.
Perbedaannya terletak pada derajat kemampuannya sebagai antipiretik dan antinyeri, serta efek sampingnya. Berdasarkan rekomendasi WHO, pemakaian obat antipiretik parasetamol lebih tepat untuk meredakan demam pada anak. Meski daya antipiretiknya tidak sekuat obat antipiretik lain, parasetamol terbukti lebih aman bagi anak. Tidak kalah pentingnya adalah menjaga cairan tubuh anak yang sedang demam. “Demam menyebabkan dehidrasi, maka dianjurkan agar setelah anak sadar kembali, beri dia banyak minum dan makan-makanan berkuah atau buah-buahan yang banyak mengandung air. Dengan begitu, cairan tubuh yang menguap akibat suhu tubuh tinggi bisa cepat diganti.
Tips Menurunkan DemamMENURUNKAN suhu tubuh anak yang mengalami demam, akan membuatnya lebih nyaman sekaligus risiko terjadinya kejang demam. Lepaskan pakaian anak dan berilah dia banyak minum. Baringkan anak di ruangan yang sejuk, usap kepala dan tubuhnya dengan air hangat. Bila usia anak di atas 2 bulan, berikan parasetamol dengan dosis sesuai anjuran. Bila demamnya tidak mereda dan usia anak lebih dari 6 bulan, dapat diberikan ibuprofen sesuai dosis anjuran.
PEMERIKSAAN LANJUTAN KEJANG DEMAM
Dalam sebuah penelitian, sumber demam pada KD antara lain infeksi virus, radang telinga, tonsillitis ( radang tonsil ), infeksi saluran kemih, gastroenteritis, infeksi paru-paru ( saluran nafas bagian bawah ), meningitis dan pasca imunisasi. Ditemukan bahwa penyebab tersering adalah infeksi virus dan yang terjarang adalah imunisasi.
Beberapa pemeriksaan lanjutan yang direkomendasikan bagi penderita KD, antara lain:• Fungsi lumbar, adalah pemeriksaan cairan serebrospinal ( cairan yang ada di otak dank anal tulang belakang ), untuk meneliti kecurigaan terjadinya meningistis.
• EEG ( electroencephalogram ), adalah pemeriksaan gelombang otak, untuk meneliti ketidaknormalan gelombang.
• Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber demam, tidak sekedar sebagai pemeriksaan rutin. Pemeriksaan yang dilakukan pada KD pertama, antara lain pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnesium atau gula darah.
• Neuroimaging ( pencitraan system saraf ). Tidak dianjurkan pada KD yang terjadi untuk pertama kalinya.
Tidak selalu karena imunisasi meski imunisasi dapat menimbulkan demam, imunisasi jarang diikiti KD. KD pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih besar, daripada kejang demam pada umunya. KD pasca imunisasi, kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya.
Sumber:
OTC DIGEST edisi 34 TAHUN III 9 JUNI 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar