Selasa, 11 Mei 2010

Penyeimbang Otak Kanan dan Otak Kiri

Teknologi dermatoglyphics memungkinkan orang tua mengetahui potensi dan bakat anaknya dengan cara yang lebih praktis dan jelas. Hanya dengan cara memindai sidik jari, potensi bawaan dan bakat yang dimiliki seorang anak bisa langsung terdeteksi. Setelah mengetahui bakat yang melekat dalam diri anak, tidak berarti orang tua tidak perlu mengasah bakat tersebut. Menurut Lydia Freyani Hawadi, guru besar besar fakultas psikologi Universitas Indonesia, diperlukan metode untuk mengasah dan menonjolkan bakat yang dimiliki anak.
Metode lain yaitu dengan cara mengptimalkan fungsi otak kanan dan kiri anak sering kali bekerja tidak seimbang. Begitu pun halnya dengan otak tengah sebagai penyeimbang antara otak kanan dan kiri. Otak kanan dan kiri tersebut harus digunakan secara seimbang untuk memperkaya keunggulan yang dimiliki anak. Untuk mengoptimasikan otak tengah, dilakukan dengan teknik-teknik stimulasi tertentu. Brain Child Learning ( BCL ) telah mengembangkan salah satu metode mengoptimalkan potensi dan bakat tersembunyi anak-anak.
Salah satu kegiatan tersebut adalah permainan kartu berwarna-warni yang dapat mendorong anak berpartisipasi menjawab teka-teki sederhana. Permainan visualisasi itu dapat pula meningkatkan konsentrasi anak. Pelatihan itu bukan sekedar permainan kartu biasa, melainkan bisa mengoptimalkan fungsi kognitif dari otak kiri dan otak kanan anak. Selain permainan kartu, ada pelatihan gerak tubuh atau kinestetik untuk menyinkronkan otak kiri dan kanan. Conyoh sederhananya ialah, memutar-mutar lengan tangan kanan dan kiri di depan tubuh dengan arah yang berlawanan.
Kegiatan lain yang juga bisa dilakukan ialah pelatihan dengan menggunakan smart wave system. Pelatihan itu dilakukan untuk mengaktifkan potensi berpikir dan memungkinkan beberapa anak terampil membaca atau melihat dengan mata tertutup. Dalam pelatihan smart wave system, anak diminta duduk selama lima menit untuk mendengarkan musik yang dirancang secara khusus, mulai dari nada-nada lembut hingga nada-nada bertempo cepat. Musik tersebut memuat frekuensi gelombang alpha, beta, delta, dan theta yang dapat menstimulasi kerja otak tengah.


Sumber:

Koran Jakarta ( 24 Februari 2010 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar