Sabtu, 22 Mei 2010

Gangguan Enkopresi

Faktor Resiko Konstipasi Pada Anak

Hampir semua dokter mempunyai pengalaman menghadapi penderita dengan konstipasi. Konstipasi kadang-kadang mudah diatasi, tetapi bisa juga menimbulkan problem yang sulit diatasi. Konstipasi adalah kesulitan atau hambatan pengeluaran tinja melalui kolon dan rectum, biasanya disertai kesulitan saat defeksi. Pada keadaan normal 24 jam kolon harus dikosongkan secara teratur. Sebagian orang sehat melakukan defeksi 2-3 kali dalam sehari. Tetapi ada pula yang mempunyai kebiasaan melakukan defeksi tiap 2 hari sekali. Diare adalah pengeluaran tinja yang encer atau lembek dengen frekuensi lebih dari normal.

Sedangkan konstipasi adalah defeksi yang jarang dengan konsistensi tinja yang keras dan kering. Lebih dari 90% bayi cukup bulan yang baru lahir mengeluarkan mekonium dalam 24 jam dan sebagian yang lain mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama. Konstipasi harus diperhatikan pada bayi tetapi pada sebagian besar anak, terutama pada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Keadaan konstipasi biasanya relatif tidak berbahaya. Setelah mekonium keluar, konsistensi dan frekuensi buang air besar biasanya berubah-ubah. Bentuk tinja tidak normal pada bayi berlangsung sampai 2 tahun.

Jumlah penderita konstipasi sekitar 3% dari jumlah kunjungan rata-rata pada dokter anak dari lebih dari 25% pada klinik gastroenterologi anak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa masalah yang berarti pada konstipasi adalah penanganan konstipasi dan kurangnya pengertian secara umum mengenai konstipasi pada anak. Gangguan defekasi sebagai bentuk umum dari defekasi yang tidak normal tidak hanya meliputi konstipasi, tetapi gejala-gejala lain seperti soiling, enkropresis atau nyeri perut. Mekanisme dasar yang bertanggung jawab atas gangguan defekasi masih belum jelas.

Pada dekade terakhir ini, beberapa metode telah dikembangkan untuk mempelajari fungsi kolon dan regio anorektal dan anorektal manometry, colonic transit time, scintigrafi, colinic manomatry dan anorectal endosonography. Penanganan melalui defeksi sebaiknya dimulai dengan cara yang sederhana, seperti nasehat mengenai jenis makanan dan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Kekurangan serat diduga merupakan penyebab utama masalah defeksi pada penderita konstipasi di negara-negara barat.

Meskipun demikian, penelitian pada anak yang mengevaluasi manfaat yang mengandung serat dengan menggunakan parameter yang objektif, seperti colonic transit time belum dilakukan. Kebanyakan orang tua memperhatikan pola defeksi anaknya, khususnya khususnya diare, namun untuk konstipasi mereka sering tidak segera mencari pertolongan dokter. Di lain pihak konstipasi bisa menimbulkan kecemasan, mempunyai dampak emosional yang mencolok pada penderita dan keluarganya.

Sumber:

Faktor resiko pada anak

Berkala ilmu kedokteran vol.35, No.4, 2003.

Dyah kurniati, M. Juffrie, Departement of Pediatric, Faculty of Medicine Gadjah Mada University. Dr. Sardjito Hospital, Yogyakarta, Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar