Senin, 17 Mei 2010

Gangguan kecemasan ( phobia sekolah )

Gangguan Anxiety

Gangguan anxiety merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irasional dan tidak dapat secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Ada 2 hal penting dalam gaya neurotik ini, yaitu neurotik ( neurotik nucleus ) berupa persepsi bahwa lingkungan penuh ancaman dan pertentangan neurotik ( neurotic paradox ), berupa perasaan mengenai dirinya yang berada dalam keadaan darurat sehingga melakukan tindakan dan membangun sikap yang bertentangan dengan proses penyembuhan.

Terdapat 3 jenis kecemasan yang dikemukakan Freud, ialah kecemasan nyata ( reality anxiety ), kecemasan neurotik ( neurotic anxiety ), dan kecemasan moral ( moral anxiety ). Cemas adalah suatu keadaan perasaan, dimana individu merasa lemah sehingga tidak berani dan mampu untuk bersikap dan bertindak secara rasional sesuai dengan yang seharusnya. Misalnya, seorang ibu muda yang merasa takut atau was-was ketika untuk pertama kalinya melepas anaknya pergi sendiri berangkat sekolah, padahal secara objektif tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

- Seperti dalam contoh, ibu muda yang sangat khawatir terhadap anaknya yang unuk pertama kali dilepas sendirian berangkat sekolah. Dalam pikiran dan terutama perasaan sang ibu, lingkungan penuh ancaman. Misalnya, dalam bentuk ketidakteraturan pengguna jalan oleh masyarakat atau sebaliknya, sangat rendahnya mutu pengaturan dan pengendalian atas ketidakteraturan perilaku masyarakat pengguna jalan oleh polisi lalu lintas. Akibat dari adanya pikiran dan perasaan itu, maka dilakukanlah tindakan-tindakan yang memungkinkan ancaman itu tidak mengenainya. Misalnya tetap mengantar anak ke sekolah sampai anak itu malu sendiri karena hanya dirinya yang diantar orangtua ke sekolah. Adanya tindakan-tindakan darurat untuk masalah-masalah yang sebenarnya wajar saja. Tindakan neurotik ini anatara lain dengan menggunakan mekanisme pertahanan yang makin lama makin banyak sampai berlebihan.

- Adanya tindakan-tindakan yang justru akan menambah besar gangguan tersebut. Jadi, seorang neurotik akan melakukan tindakan-tindakan yang berlawanan atau berkebalikan dengan tindakan yang seharusnya ia lakukan, kalau ia menginginkan kesembuhan. Misalnya, saat ujian seorang mahasiswa merasa bahwa ujian itu sangat menentukan nasib masa depannya karena merupakan hal yang sangat penting. Dengan demikian, kesalahan atau ketidakmampuan menjawab soal akan dirasakan sebagai suatu ancaman. Oleh karena itu, ia akan berupaya sebisa mungkin dapat menjawab soal, antara lain dengan cara yang tidak benar seperti, bertanya kepada teman ( walaupun disadari bahwa tindakan tersebut dilarang atau mengandung dosa ), asal bisa menjawab. Masalahnya kemudian bahwa cara tersebut ternyata berhasil sehingga ia dapat nilai “A”. Maka perbuatan itu akan diulangi lagi, baik sengaja maupun tidak sengaja. Penggunaan pola yang salah akan dilakukan, sehingga menambah kualitas hidup yang semakin menurun.

POLA RESPON CEMAS ( Anxiety Respons Pattern )

Hampir semua orang pernah mengalami anxiety, tetapi hamper semua orang pula tidak dapat melukiskan secara objektif apa yang dirasakannya. Dalam teori Freud, kecemasan ditemukan dalam tiga jenis yaitu: (1) kecemasan yang sumbernya objektif atau kecemasan nyata yang disebut takut ( fear ), (2) Kecemasan yang disebut kecemasan neurotik, yaitu kecemasan yang tidak memperlihatkan sebab dan ciri-ciri khas yang objektif, (3) Kecemasan sebagai akibat dari adanya keinginan yang tertahan oleh hati nurani ( conscience ).

Pola respon anxiety merupakan suatu pola respon yang bersifat defensif dan menolak atau menghindari ( avoidance ) adanya situasi yang dikehendaki dan menyebabkan kita dapat membuat tindakan yang pasti. Misalnya, seorang fobia, biasanya akan mengembangkan strategi-strategi perilaku yang terus-menerus untuk meyakinkan bahwa ia sedang mengalami situasi atau lingkungan yang mengandung hal-hal yang mencemaskan. Dengan demikian, secara terpaksa ia harus selalu siap menghadapi suatu situsi yang tidak dapat ia duga.

Sumber:

Pengantar Psikologi Abnormal oleh Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, psi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar