Minggu, 30 Mei 2010

Gangguan Gagap

5. Contoh Kasus Gangguan Gagap
Cukup 1x3 jam terap bicara anak kelas 5 SD yang sudah 5 tahun tidak berbicara, padahal kesehariannya anak tersebut bisa berbicara. Seorang anak kelas 5 SD di Surabaya datang ke sebuah klinik hipnoterapi dengan orang tuanya dengan keluhan:
• Sudah 5 tahun ini sama sekali tidak berbicara di sekolahnya, padahal di rumah bisa berbicara, walaupun bicaranya sangat minimal.
• Setiap pagi sang anak ini diantar orang tuanya ke sekolah. Begitu sampai pagar sekolah, sang anak tidak berbicara sepatah katapun sampai pulang nantinya.
• Keluhan teman-temannya, kalau berkomunikasi dengan temannya, sambil tunju-tunjuk dan tarik-tarik tangan atau baju, paling berkata “eh..eh...eh...” dengan isyarat tangan, misalnya mau pinjam penghapus.
• Teman-temannya menyebutnya si bisu.
• Kepala sekolahnya meminta kepada orang tuanya agar anak ini dibawa ke profesional untuk diterapi, karena nanti kelas 6 SD akan ada tes kelulusan SD dari Depdikbud. Kepala sekolah itu mengatakan, “pasti anak ini tidak akan lulus dan akan mencemarkan nama baik SD tersebut, karena selama ini 100% lulus”. Bila kenaikan dari kelas 5 ke kelas 6 ini masih juga bisu, kepala sekolah menyarankan dengan halus agar sang anak pindah sekolah saja.
• Ayah ibunya sudah capai membawanya ke berbagai psikolog bertahun-tahun, tetapi belum juga sembuh dan tidak terungkap mengapa sang anak tidak mau berbicara. Komunikasi dengan psikolog selama ini dengan tulisan, sang anak tidak menjawab juga.
Lalu, orang tua sanga anak mencoba ke klinik hipnoterapi dengan bertemu beberapa terapis. Pertama-tama, terapis mencoba berkomunikasi dengan sang anak senyaman mungkin, terapi anak tersebut tetap juga tidak bisa berbicara . Lalu terapis tinggalkan anak tersebut sendirian dan terapi meminta sanga anak menuliskan apa-apa yang dirasakannya. Terapis datang kembali 5 menit kemudian, ternyata sang anak tidak menuliskan apa-apa di kertasnya, terapisaya menduga sang anak sudah trauma menghadapi para terapis. Setelah 30 menit terapis urut sarafnya, sang anak bisa bersuara dan menjawab pertanyaan terapis dan sembuh. Suara sang anak masih pelan, lalu terapis ajarkan teknik vokal sehingga sang anak bisa bersuara agak keras. Tentu saja wajah sang ayah dan ibunya sangat gembira.


Sumber:
Wikipedia.com
Organisasi.org komunitas & kepustakaan nasional
Hipno-bicara.blogspot.com

Gangguan Gagap

4. Solusi lain selain Hypnoterapi

Cukup 1x sesi terapi gagap 4-5.5 jam diperlukan 3 langkah tuntas termasuk terapi wicara dengan memberikan pelatihan therapeutic public speaking. Langkah sukses dengan terapi holistik untuk gagap dapat dilakukan cukup dengan 1x sesi terapi, yaitu: (a) Dihilangkan trauma, rasa takut, dan cemas gagapnya secara hardware dan software ( hypnotherapy, nerve facial massage, timeline therapy, part therapy, anchored therapy, gestalt therapy, chair therapy, fast phobia cure, swish pattern therapy, submodality therapy, dll. (b) Diberikan teknik berbicara atau terapi wajah, yaitu voice mechanic, vocal training, voice breathing, mental rehearsal, unconscious fast learning, voice rhytm and tonality, metronomic voice speech, difficult wording training, dll. (c) Latihan berbicara, yaitu melatih hal-hal tersebut diatas dengen metode accelerated learning selama sekitar 1-2 jam.

Jika dengan teknik hipnoterapi saja, gangguan gagap belum bisa di sembuhkan secara tuntas. Dalam ilmu hypnotherapy, ada istilah yang disebut dengan critical factor, yaitu ketidaksinkronan antara otak sadar dan otak bawah sadar. Critical Factor ini banyak disebutkan oleh Dr. Milton H. Ericksson bapak psikoterapi dan hipnoterapi. Bila critical factor ini terjadi, hipnoterapi tidak akan sukses. Sangat sulit bagi seorang pasien, untuk mencapai somnambolism ( very deep trance) sehingga cukup 1x terapi dan sembuh.

Contoh critical factor dalam Gagap secara sederhana, walaupun beberapa kali di hipnoterapi biasanya 3-6x sesi untuk standart hipnoterapi): ”Anda mulai sekarang semakin percaya diri dalam berbicara....dst....dst”. Ini adalah potongan hypnotherapy script untuk penderita gagap, yaitu sugesti yang masuk ke otak bawah sadar. Tetapi sebagian otak bawah sadar dan otak sadarnya menolak, mungkin seperti ini, ”Ah, mana mungkin aku sembuh, tadi saja sebelum terapi saya masih gagap berat, mana mungkin dalam sekejap sembuh. Saya tidak yakin sembuh gagap, bicara saya selama puluhan tahun ini sudah sulit ”.

Kita dapat membayangkan pikiran bawah sadar mungkin mengatakan sembuh dari gagap, tetapi pikiran sadarnya masih mengatakan tidak yakin sembuh. Disinilah terjadi ketidaksinkronan di antara keduanya, tentu saja penderita gagap menjadi tidak sembuh. Jadi, tidak cukup hanya dengan hipnoterap saja, tetapi dengan holistic therapy dengan 3 langkah seperti yang telah disebutkan diatas, kesembuhan secara signifikan dapat dicapai hanya dengan 1x terapi.



Sumber:

Wikipedia.com

Organisasi.org komunitas & kepustakaan nasional

Hipno-bicara.blogspot.com


Gangguan Gagap

3. Teknik Penyembuhan Orang Gagap
Gagap dapat disembuhkan dengan hipnoterapi atau hypnotherapy, masalah gagap banyak ditemui di banyak negara, termasuk di negara kita ini. Ada 2 macam bentuk gagap, yaitu stammering atau sulit berbicara dan stuttering atau sulit mengeluarkan kata-kata tertentu. Gangguan gagap ternyata berawal dari ketakutan dan trauma masa lalu yang membekas sampai hari ini. Intake interview harus dilakukan cukup hati-hati dan sangat empati agar tidak menambah stress pasien. Pada tahap sederhana, seseorang hanyalah tidak percaya diri dalam berbicara public speaking dan pada tingkat yang parah sampai stammering atau stuttering.
Orang gagap juga termasuk trauma public speaking biasanya sangat menderita, apalagi kalau orang ini berada di sebuah kantor dalam keadaan rapat, mengeluarkan pendapat, menghadap pimpinan, dll. Adrenalin selalu terpacu, fight and flight response muncul secara intensif. Dipastikan karirnya sangat sulit berkembang dan nasibnya sudah di duga akan jatuh. Terapi yang sudah cukup berhasil untuk mengobati gagap, yaitu selain self labeling ( belief system ) yang diubah, trauma healing juga diajarkan instant relaxation dimanapun penderita berada disertai dengan anchor positif.
Pada stammering dan suttering yang parah, mutlak harus di tambah dengan facial message tertentu secara bertahap dan diberi pekerjaan rumah dalam hal berbicara sampai level tertentu. Dengan menggunakan terapi facial massage, secara hardware saraf-saraf di wajah yang menjalankan fungsi berbicara biasanya sangat kaku, sehingga perintah bicara dari otaknya tidak dapat dengan sempurna dilaksanakan oleh organ-organ alat bicara.


Sumber:
Wikipedia.com
Organisasi.org komunitas & kepustakaan nasional
Hipno-bicara.blogspot.com

Gangguan Gagap

  1. Definisi

Gagap adalah suatu gangguan bicara dimana bicara terganggu, tanpa disadari oleh pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, atau frasa serta jeda atau hambatan tak disadari yang mengakibatkan gagalnya produksi suara. Umumnya gagap bukan disebabkan oleh proses produksi suara atau proses penerjemahan pikiran menjadi kata. Gagap juga tak berhubungan dengan tingkat kecerdasan seseorang, di luar kegagapannya orang gagap umumnya normal. Gangguan ini juga bersifat bahwa situasi tertentu sepeti melalui telepon, tingkat kegagapan dapat meningkat atau menurun. Penyebab utama gagap tidak diketahui, factor genetik dan neurofisiologi berperan atas timbulnya gangguan ini.

  1. Efek gagap

Efek gagap secara fisik mungkin tidak begitu berpengaruuh, namun secara psikologis orang gagap biasanya minder dan malu karena memiliki kekurangan dalam hal berbicara di depan umum. Orang gagap mungkin akan menjadi pendiam dan hanya bicara ke orang-orang yang dekat saja. Rasa tidak percaya diri selalu ada terus-menerus dan mungkin ada rasa putus asa jika penderita gagap dikucilkan dan selalu di cemoohkan oleh orang yang berada di sekitarnya. Untuk mengobati gagap diperlukan tekad, kerja keras serta dukungan dari orang-orang dekat.

Penderita harus dibantu untuk melatih kegagapannya hingga sembuh dengan menggunakan metode-metode yang mungkin ada. Untuk mengatasi efek psikis, diperlukan bimbingan konseling atau psikolog. Banyak teknik bicara yang dapat meningkatkan kefasihan bicara pada beberapa orang. Salah satu teknik terbaru dalam penyembuhan ini adalah dengan pijat saraf bicara di sekitar wajah, mulut dan leher seseorang yang gagap. Seorang yang gagap mempunyai kecenderungan untuk tidak berbicara dalam kesehariannya.

Hal ini menyebabkan otot dan saraf bicaranya menjadi kaku, sehingga mulut menjadi sulit digerakkan. Setelah otot dan saraf gagap lentur karena dipijat, barulah penderita diberikan terap bicara sesuai dengan usianya. Tentu saja terapi bicara bagi anak, berbeda dengan terapi bicara anak-anak. Bagi seseorang yang menderita gagap karena genetika, disarankan untuk selalu memijat saraf setiap hari.



Sumber:

Wikipedia.com

Organisasi.org komunitas & kepustakaan nasional

Hipno-bicara.blogspot.com


Sabtu, 22 Mei 2010

enuresis

DSM-IV-TR dan berbagai system klasifikasi lainnya membedakan anak-anak yang mengompol ketika tidur disebut enuresis nocturnal, anak-anak yang mengompol ketika bangun disebut enuresis diural, dan anak-anak yang mengompol di siang dan malam hari. DSM-IV-TR memperkirakan bahwa pada usia 5 tahun, 7 % anak laki-laki dan 3 % anak perempuan masih mengompol. Pada usia 10 tahun, 3% anak laki-laki dan 2% anak perempuan.

Penyebab Enuresis
Sebuah temuan konsisten menyatakan bahwa kemungkinan seorang anak enuretik memiliki kerabat tingkat pertama yang juga mengompol sangat tinggi, mendekati 75% ( Bakwin, 1973 ). Sebanyak 10% dari seluruh kasus enuresis disebabkan oleh kondisi medis murni, seperti infeksi saluran urin, penyakit ginjal kronis, tumor, diabetes, dan kejang ( Kolvin, McKeith, & Meadow, 1973; Stansfield, 1973 ). Pengendalian kandung kemih, yaitu penghambatan suatu refleks alami hingga berkemih dengan sengaja dapat dilakukan.
Bukti-bukti media mengenai aktivitas otot-otot panggul bawah mendukung pemikiran bahwa anak-anak yang mengompol tidak dapat melakukan kontraksi spontan pada otot-otot tersebut di malam hari ( Norgaard, 1989a, 1989b ). Para teoris pembelejaran berpendapat bahwa anak-anak mengompol karena mereka tidak belajar untuk terbangun di malam hari sebagai respons yang dikondisikan atas penuhnya kandung kemih atau untuk menghambat relaksasi otot lingkar yang mengendalikan urinasi ( Walker, 1995 ).

Penanganam Enuresis
Penanganan rumahan untuk mengompol telah melebar dari sekedar membatasi asupan cairan hingga mengundurkan anak-anak di atas bola-bola golf atau menggantungkan bukti kesalahan, sprei basah-di jendela ( Houts, 1991 ). Dua macam penanganan yang paling banyak digunakan oleh professional adalah pemberian obat atau system alarm urin. Sebuah lonceng dan sebuah baterai tersambung dengan kabel ke sebuah bantalan yang terdiri dari dua lembar kertas metalik, lembar bagian tasa berlubang-lubang, dan di antara kedua lembaran tersebut terdapat selapis kain penyerap.
Metode lain yang menggunakan pendekatan pengkondisian operan tanpa bantuan alarm urin tidak seberhasil metode alarm ( Houts, 2000; Houts, Berman, & Abramason, 1994 ). Di sisi lain, keberhasilan yang lebih besar dapat dicapai dengan memberi tambahan pada prosedur alarm urine dasar, seperti minum dalam jumlah yang lebih banyak selama beberapa malam berturut-turut sebelum waktu tidur ( agar sia anak terbiasa menahan cairan di kandung kemih tanapa mengompol ). Dan memastikan bahwa si anak terbangun dan mengganti seprei setiap kali alarm berbunyi ( untuk menambah konsekuensi negative mengompol ) ( Barclay & Houts, 1995; Mellon & Houts, 1998 ).
Pendekatan yang lain adalah penanganan farmakologis. Sekitas sepertiga pasien enuretik yang berupaya mendapatkan bantuan professional diberi resep obat, seperti obat antidpresan imipramin ( Tofranil ) dan baru-baru ini, desmopresin yang meningkatkan penyerapan air dalam ginjal. Pemberian obat semacam itu memberikan hasil dengan cara mengubah reaktivitas otot yang digunakan dalam berkemih ( imipramin ) atau dengan mengkonsetrasikan urine dalam kandung kemih ( Desmopresin ).


Sumber:
Davidson Gerald C., Nille, M. kring ann. M. ( 2004 ) abnormal edisi ke-9, Rajawali press.

Gangguan Enkopresi

Faktor Resiko Konstipasi Pada Anak

Hampir semua dokter mempunyai pengalaman menghadapi penderita dengan konstipasi. Konstipasi kadang-kadang mudah diatasi, tetapi bisa juga menimbulkan problem yang sulit diatasi. Konstipasi adalah kesulitan atau hambatan pengeluaran tinja melalui kolon dan rectum, biasanya disertai kesulitan saat defeksi. Pada keadaan normal 24 jam kolon harus dikosongkan secara teratur. Sebagian orang sehat melakukan defeksi 2-3 kali dalam sehari. Tetapi ada pula yang mempunyai kebiasaan melakukan defeksi tiap 2 hari sekali. Diare adalah pengeluaran tinja yang encer atau lembek dengen frekuensi lebih dari normal.

Sedangkan konstipasi adalah defeksi yang jarang dengan konsistensi tinja yang keras dan kering. Lebih dari 90% bayi cukup bulan yang baru lahir mengeluarkan mekonium dalam 24 jam dan sebagian yang lain mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama. Konstipasi harus diperhatikan pada bayi tetapi pada sebagian besar anak, terutama pada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Keadaan konstipasi biasanya relatif tidak berbahaya. Setelah mekonium keluar, konsistensi dan frekuensi buang air besar biasanya berubah-ubah. Bentuk tinja tidak normal pada bayi berlangsung sampai 2 tahun.

Jumlah penderita konstipasi sekitar 3% dari jumlah kunjungan rata-rata pada dokter anak dari lebih dari 25% pada klinik gastroenterologi anak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa masalah yang berarti pada konstipasi adalah penanganan konstipasi dan kurangnya pengertian secara umum mengenai konstipasi pada anak. Gangguan defekasi sebagai bentuk umum dari defekasi yang tidak normal tidak hanya meliputi konstipasi, tetapi gejala-gejala lain seperti soiling, enkropresis atau nyeri perut. Mekanisme dasar yang bertanggung jawab atas gangguan defekasi masih belum jelas.

Pada dekade terakhir ini, beberapa metode telah dikembangkan untuk mempelajari fungsi kolon dan regio anorektal dan anorektal manometry, colonic transit time, scintigrafi, colinic manomatry dan anorectal endosonography. Penanganan melalui defeksi sebaiknya dimulai dengan cara yang sederhana, seperti nasehat mengenai jenis makanan dan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Kekurangan serat diduga merupakan penyebab utama masalah defeksi pada penderita konstipasi di negara-negara barat.

Meskipun demikian, penelitian pada anak yang mengevaluasi manfaat yang mengandung serat dengan menggunakan parameter yang objektif, seperti colonic transit time belum dilakukan. Kebanyakan orang tua memperhatikan pola defeksi anaknya, khususnya khususnya diare, namun untuk konstipasi mereka sering tidak segera mencari pertolongan dokter. Di lain pihak konstipasi bisa menimbulkan kecemasan, mempunyai dampak emosional yang mencolok pada penderita dan keluarganya.

Sumber:

Faktor resiko pada anak

Berkala ilmu kedokteran vol.35, No.4, 2003.

Dyah kurniati, M. Juffrie, Departement of Pediatric, Faculty of Medicine Gadjah Mada University. Dr. Sardjito Hospital, Yogyakarta, Indonesia.

Gangguan Enkopresi

Hal-hal yang harus di waspadai:
- Nyeri perut berat lebih dari 6 jam
- Nyeri perut dengan nyeri tekan yang jelas apabila perut ditekan, khususnya saat tangan penekan dilepaskan, yang berkurang jika anak membungkuk atau bila pada anak kurang dari satu tahun.
- Muntah berwarna hijau atau darah, darah dalam tinja dengan warna hitam dan seperti ter.
- Trauma pada perut
- Penurunan kesadaran
- Pernafasan yang cepat dan dangkal
- Anak tampak menderita sakit berat
- Kemungkinan terjadi keracunan obat atau racun
Hal yang dapat dilakukan biarkan anak beristirahat, berikan sedikit cairan jernih. Turunkan demam dengan obat penurun panas, jangan memberi obat penghilang rasa sakit.


Sumber:
info.ibu-ibu.com

Gangguan Enkopresi

Sakit perut pada bayi dan anak merupakan gejala umum dan sering kali dijumpai. Tetapi tidak semua nyeri perut bersumber dari bagian perut, dapat pula dari bagian luar perut ( nyeri alih ). Keadaan cengeng yang berkepanjangan dan berulang paling sering menjelang sore hari selama beberapa hari terjadi pada sekitar 10% anak-anak, biasanya antara umur 2 minggu sampai 3 bulan. Keadaan ini merupakan suatu yang normal , hanya sedikit yang diketahui tentang keadaan ini, namun dianggap disebabkan oleh kembung yang disertai nyeri perut. Keadaaan ini akan menhilang secara spontan seiring dengan usia bayi.

Hal ini dapat diredakan dengan tindakan yang ritmis dan menimbulkan ketenangan seperti menggoyang-goyangkan tubuh bayi. Cengeng akibat perumbuhan gigi juga sering pada anak yang lebih besar. Pada bayi dan anak manifestasi klinis nyeri perut tergantung pada umur, usia 0-3 bulan biasanya digambarkan dengan adanya muntah 3 bulan - 2 tahun muntah, tiba-tiba menjerit, menangis, tanpa adanya trauma yang dapat menerangkannya. Usia 2-5 tahun sudah dapat menyatakan sakit perut, tapi lokalisasi belum tepat. Di atas 5 tahun dapat menerangkan sifat dan tempat yang dirasakan sakit.

Pada bayi, sering terjadi gastroenteritis (diare) akut dan kolik, namun juga penting untuk menyingkirkan gejala lainnya. Pada kelompok usia prasekolah dapat disebabkan oleh gastroenteritis akut, infeksi virus, infeksi saluran kemih, apendisitis ( usus buntu ), radang paru, sembelit dan trauma. Sementara anak usia sekolah sering menderita gastroenteritis akut, infeksi saluran kemih, apendisitis, trauma, radang panggul, sembelit dan radang usus. Gambaran sakit yang khas pada apendisitis ( usus buntu ), rasa sakit dimulai pada tengah-tengah perut, tidak menetap tapi berpindah ke perut kanan bawah. Perut terasa nyeri jika ditekan, sering lebih hebat pada saat tangan penekan dilepaskan. Keadaan ini sering disertai demam, mual, muntah dan penurunan nafsu makan.


Sumber:

Info.ibu-ibu.com



gangguan fonologis

1. Definisi
Gangguan Fonologi adalah kegagalan untuk menggunakan bunyi-bunyi ujaran yang sesuai bagi usia individu usia dan dialek yang digunakan. Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Sekitar 3% dari anak-anak pra-sekolah dan 2% dari anak usia 6-7 tahun memiliki kelainan ini, sedangkan yang berusia 17 tahun, hanya 0,5% yang terpengaruh. Penyebab gangguan fonologis pada anak-anak tidak diketahui. Kemungkinan karena komponen genetik, karena sebagian besar anak-anak dengan masalah ini mempunyai saudara dengan kelainan yang serupa.
2. Gejala
• Kegagalan suara dengan tepat
• Mengganti suara satu suara lain
• Hilang suara
3. Pengobatan
Bentuk yang lebih ringan dari gangguan ini dapat hilang dengan sendirnya. Terapi wicara di anggap sebagai pengobatan yang sukses.


Sumber:
medlineplus dan UMM

Selasa, 18 Mei 2010

Pencegahan Bunuh Diri

1. Tarik keluar orang itu

2. Bersikaplah simpatik

Tunjukkan bahwa kita paham permasalahannya orang tersebut.

3. Sarankan bahwa cara-cara lain selain bunuh diri dapat ditemukan untuk menyelesaikan masalah orang tersebut, bila cara tersebut tidak tampak saat itu. Shneidman ( 1985 ) mengingatkan bahwa orang yang ingin bunuh diri biasanya hanya melihat dua solusi dari kesulitannya, bunuh diri atau cara-cara penyelesaian medis.

4. Tanyakan bagaimana orang tersebut ingin membunuh dirinya

Orang dengan metode eksplisit memiliki alat seperti: Sebuah pistol atau obat-obatan.

5. Ajukan pada orang tersebut untuk menemani berkonsultasi dengan seorang ahli saat itu

6. Jangan katakana sesuatu seperti, “kamu ngomong ngaco atau gila”

Komentar itu akan menurunkan dan menyakitkan self esteem orang tersebut. Jangan menekan orang yang ingin bunuh diri untuk mengontak orang tertentu, seperti orang tua atau pasangannya. Konflik dengan mereka akan meningkatkan pikiran-pikiran mereka untuk bunuh diri.


Sumber:

Nevid. S. Jeffrey., Rathus A. Spencer (dkk). ( 2005 ) Psikologi Abnormal edisi ke-5/jilid 1, Erlangga.



Panduan Untuk Menangani Klien yang Berpikir Untuk Bunuh Diri

Prosedur Umum:
1. Berbicara tentang bunuh diri secara terbuka dan berdasarkan fakta
2. Hindari kata-kata negatif tentang perilaku atau motif bunuh diri
3. Sampaikan teori penyelesaian tentang perilaku bunuh diri dan pertahankan sudut pandang bahwa bunuh diri merupakan solusi yang tidak adaptif atau tidak efektif
4. Libatkan orang-orang yang signifikan baiak klien termasuk terapis lain
5. Jadwalkan sesi secara cukup sering dan pertahankan disiplin sesi, misalnya: sekurang-kurangnya beberapa waktu dalam terapi difokuskan untuk tujuan jangka panjang terapi
6. Terapi menyadari betapa banyaknya variabel dalam diri pasien dan hindari mengambil atau menerima tanggung jawab secara berlebihan atas perilaku ingin bunuh diri pasien
7. Lakukan terus konsultasi dengan seorang kolega
8. Lakukan terus kontak berkala dengan orang-orang yang menolak menjalani terapi

Prosedur perencanaan Pra-psikis:
1. Antisipasi dan buatlah rencana untuk menghadapi situasi krisis
2. Terus-menerus mengukur resiko bunuh diri dan semi bunuh diri
3. Selalu dapat dihubungi
4. Manfaatkan layanan lokal gawat darurat atau kartu krisis bunuh diri
5. Berikan kepada pasien kartu krisis: nomor-nomor telepon terapis, polisi, gawat darurat, rumah sakit, orang-orang yang signifikan
6. Simpan nomor-nomor telepon dan alamat para pasien dan orang-orang yang signifikan bagi mereka
7. Buatlah kontrak anti bunuh diri jangka pendek dan sesuaikan terus dengan kondisi mutakhir
8. Bicarakan dengan dokter si pasien mengenai resiko meresepkan obat secara berlebihan
9. Jangan membuat pasien memilih berbicara atau menyampaikan pemikiran tentang bunuh diri agar mendapatkan perhatian anda
10. Tunjukkan kepedulian anda secara terbuka yang tanpa syarat
11. Klarifikasi dan doronglah berbagai respon selain berpikir untuk bunuh diri terhadap berbagai masalah
12. Identifikasikan bagi pasien kemungkinan respon terapis terhadap perilaku bunh diri pasien
13. Pastikan bahwa pasien memiliki ekspektasi realitas mengenai berbagai respon dari orang lain terhadap bunuh diri di masa mendatang

Sumber: Linehan, 1981, dalam H. Glazer dan J. Clarkin ( ed ), Depression, Behavioral and Directive Interpretation Stategis (hlm 229-294 ), New York: Garlang. Hak cipta, 1981.

Referensi:
Davidson Gerald C., Nille, M. kring ann. M. ( 2004 ) Abnormal edisi ke-9, Rajawali Press.

Prediksi Bunuh Diri

Teman dan anggota keluarga sering merespon berita bunuh diri dengan ketidakpercayaan atau rasa bersalah bahwa mereka gagal mengenali tanda-tanda dari tindakan yang akan dilakukan. Namun, para ahli kesulitan memprediksi siapa yang mungkin melakukan bunuh diri. Orang yang bunuh diri cenderung menunjukkan niatnya, seringkali cukup eksplisit, seperti menceritakan pada orang lain mengenai pikiran-pikiran bunuh dirinya ( Denneby dkk., 1996 ) dan beberapa berusaha untuk menyembunyikan niatnya.
Orang yang memikirkan bunuh diri juga secara tiba-tiba mencoba untuk memilah-milah urusan-urusan mereka, seperti membuat surat warisan atau membeli tanah di pemakaman. Saat orang yang bermasalah memutuskan untuk melakukan bunuh diri, mereka secara tiba-tiba tampak berada dalam keadaan yang damai, mereka terlepas dari keharusan untuk terbebani dengan masalah hidup. Ketenangan yang tiba-tiba ini dapat salah diinterpretasikan sebagai suatu tanda keharusan. Prediksi dari bunuh diri bukanlah sebuah ilmu pasti, bahkan bagi para ahli yang berpengalaman sekalipun. Banyak factor-faktor yang dapat diobservasi, seperti keputusasaan yang tampak berhubungan dengan bunuh diri. Namun, kita tidak dapat memprediksi kapan seorang yang putus asa akan melakukan bunuh diri bahkan tidak sama sekali.


Sumber:

Nevid. S. Jeffrey., Rathus A. Spencer (dkk). ( 2005 ) Psikologi Abnormal edisi ke-5/jilid 1, Erlangga.



Gangguan kecemasan ( pencegahan bunuh diri )

Mencegah Tindakan Bunuh Diri
Menangani gangguan mental, salah satu cara untuk melakukan pencegahan tindakan bunuh diri dengan mengecamkan dalam pikiran bahwa sebagian besar orang yang mencoba bunuh diri menderita gangguan mental yang dapat ditangani, seperti depresi, skizofrenia, penyalahgunaan zat atau gangguan kepribadian ambang. Menangani kemungkinan bunuh diri secara langsung, tradisi lain dalam pencegahan bunuh diri mengabaikan gangguan mental, malahan berkonsentrasi pada berbagai karakteristik tertentu dari orang-orang yang berpikir untuk bunuh diri terlepas dari berbagai gangguan mental.

Edwin Shneidman mengembangkan strategi umum dalam pencegahan bunuh diri ( 1985, 1987 ) yang mencakup tiga hal, sebagai berikut:
1. Mengurangi penderitaan dan rasa sakit psikologis yang mendalam
2. Membuka pandangan, yaitu mempeluas pandangan yang terbatas dengan membantu individu melihat berbagai pilihan selain pilihan ekstrem dengan membiarkan penderitaan dan ketiadaan terus berlangsung
3. Mendorong orang bersangkutan untuk mundur meskipun hanya selangkah dari tindakan yang menghancurkan diri sendiri

Rudd, Joiner dan Rajab ( 2001 ) baru-baru ini mengajukan beberapa hal inti dalam pencegahan bunuh diri, sebagai berikut:
a. Penyelesaian masalah, biasanya dalam kerangka kognitif-behavioral yang juga mencakup pelatihan asersi dan panduan lain dalam keterampilan sosial.
b. Panduan dalam mengendalian emosi, terutama kemarahan, serta mentoleransi penderitaan
c. Menciptakan hubungan terapeutik yang kuat dan empatik, membangun kepercayaan dan harapan, meskipun bila hal itu berarti mendorong orang yang berpikir untuk bunuh diri menjadi sangat tergantung kepada terapis selama kurun waktu tertentu.


Sumber:

Davidson Gerald C., Nille, M. kring ann. M. ( 2004 ) Abnormal edisi ke-9, Rajawali Press.



Gangguan kecemasan (10 hal umum bunuh diri )

    1. Sasaran bunuh umumnya adalah untuk mencari solusi
    2. Tujuan bunuh diri umunya penghasilan kesadaran
    3. Stimulus bunuh diri umumnya adalah rasa sakit psikologis yang tidak dapat di toleransi
    4. Stesor dalam tindakan bunuh diri umunya adalah kebutuhan psikologis yang tidak terpenuhi
    5. Emosi yang umum dialami dalam bunu diri adalah keputusasaan-ketidakberdayaan
    6. Kondisi kognitif yang umum dalam bunuh diri adalah ambivalensi
    7. Kondisi perseptual yang umum dalam bunuh diri merupakan keadaan terdesak
    8. Tindakan yang umum dalam bunuh diri adalah aggression
    9. Tindakan interpersonal yang umum dalam bunuh diri adalah pengungkapan niat
    10. Konsistensi yang umum dalam bunuh diri adalah dengan pola coping sepanjang hidup.

Sumber: dikutip dari Scneidmen, 1985.


Referensi:

Davidson Gerald C., Nille, M. kring ann. M. ( 2004 ) Abnormal edisi ke-9, Rajawali Press.




Senin, 17 Mei 2010

Motif bunuh Diri

MOTIF BUNUH DIRI
Pada dasarnya segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat, dalam hubungan sebab akibat ini akan menghasilkan suatu alasan atau sebab tindakan yang disebut motif. Motif bunuh diri ada banya macamnya, yaitu: (1) Dilanda keputusasaan dan depresi, (2) Cobaan hidup dan tekanan lingkungan, (3) Himpitan ekonomi atau kemiskinan ( harta/iman/ilmu ), dan (4) Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.

Banyak motif bunuh diri yang dikemukakan ( Mintz, 1968 ), yaitu:
1. Agresi yang dibalikkan ke diri sendiri
2. Pembalasan yang dilakukan dengan cara menimbulkan perasaan bersalah pada orang lain
3. Upaya untuk memaksakan cinta dari orang lain
4. Upaya untuk melakukan perubahan atas kesalahan yang dilihat pada masa lalu
5. Upaya untuk menyingkirkan perasaan yang tidak dapat diterima, seperti ketertarikan seksual kepada lawan jenis
6. Keinginan untuk reinkarnasi
7. Keinginan untuk bertemu dengan orang yang dicintai yang telah meninggal
8. Keinginan atau kebutuhan untuk melarikan dari stress, kehancuran, rasa sakit atau kekosongan



Sumber:
www.wikipedia.com
Davidson Gerald C., Nille, M. kring ann. M. ( 2004 ) Abnormal edisi ke-9, Rajawali Press.

Gangguan kecemasan ( bunuh diri )

Bunuh Diri
1. Pengertian
Bunuh diri ( suicide ) adalah tindakan mengakhiri hidup sendiri tanpa bantuan aktif orang lain. Bunuh diri merupakan perbuatan menghentikan hidup sendiri yang dilakukan oleh individu itu sendiri atau atas permintaannya. Alasan atau motif bunuh diri bermacam-macam, namun biasanya didasari oleh rasa bersalah yang sangat besar, karena merasa gagal untuk mencapai suatu harapan. Berbagai alasan dan definisi yang berbeda-beda tenteng bunuh diri. Namun, tetap saja pada intinya adalah keputusasaan, sebab orang yang tidak berputus asa dan bersedia tetap menjalani kehidupan seberat dan seburuk apapun, maka ia tidak akan pernah melalukan kegiatan bunuh diri.
Sebab ia sadar, bahwa hidup ini memang penuh cobaan-cobaan berat dan pahit, baginya bunuh diri hanyalah tindakan sia-sia dan pengecut. Masih banyak hal-hal yang bisa dilakukan dalam hidup ini dan segala sesuatu pastilah ada batasnya. Seberat apapun persoalannya, tetap saja ia memiliki batas akhir ( penyelesaian ), walaupun permasalahan itu harus selesai oleh waktu, tapi ia selesai juga. Kegiatan bunuh diri adalah kegiatan manusia-manusia pengecut atau pecundang hidup ( looser ), sebab kekalahan sudah mutlak menjadi milik mereka membunuh dirinya sendiri.


Sumber:

www.wikipedia.com

Davidson Gerald C., Nille, M. kring ann. M. ( 2004 ) Abnormal edisi ke-9, Rajawali Press.

Gangguan kecemasan ( phobia sekolah )

Gangguan Anxiety

Gangguan anxiety merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irasional dan tidak dapat secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Ada 2 hal penting dalam gaya neurotik ini, yaitu neurotik ( neurotik nucleus ) berupa persepsi bahwa lingkungan penuh ancaman dan pertentangan neurotik ( neurotic paradox ), berupa perasaan mengenai dirinya yang berada dalam keadaan darurat sehingga melakukan tindakan dan membangun sikap yang bertentangan dengan proses penyembuhan.

Terdapat 3 jenis kecemasan yang dikemukakan Freud, ialah kecemasan nyata ( reality anxiety ), kecemasan neurotik ( neurotic anxiety ), dan kecemasan moral ( moral anxiety ). Cemas adalah suatu keadaan perasaan, dimana individu merasa lemah sehingga tidak berani dan mampu untuk bersikap dan bertindak secara rasional sesuai dengan yang seharusnya. Misalnya, seorang ibu muda yang merasa takut atau was-was ketika untuk pertama kalinya melepas anaknya pergi sendiri berangkat sekolah, padahal secara objektif tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

- Seperti dalam contoh, ibu muda yang sangat khawatir terhadap anaknya yang unuk pertama kali dilepas sendirian berangkat sekolah. Dalam pikiran dan terutama perasaan sang ibu, lingkungan penuh ancaman. Misalnya, dalam bentuk ketidakteraturan pengguna jalan oleh masyarakat atau sebaliknya, sangat rendahnya mutu pengaturan dan pengendalian atas ketidakteraturan perilaku masyarakat pengguna jalan oleh polisi lalu lintas. Akibat dari adanya pikiran dan perasaan itu, maka dilakukanlah tindakan-tindakan yang memungkinkan ancaman itu tidak mengenainya. Misalnya tetap mengantar anak ke sekolah sampai anak itu malu sendiri karena hanya dirinya yang diantar orangtua ke sekolah. Adanya tindakan-tindakan darurat untuk masalah-masalah yang sebenarnya wajar saja. Tindakan neurotik ini anatara lain dengan menggunakan mekanisme pertahanan yang makin lama makin banyak sampai berlebihan.

- Adanya tindakan-tindakan yang justru akan menambah besar gangguan tersebut. Jadi, seorang neurotik akan melakukan tindakan-tindakan yang berlawanan atau berkebalikan dengan tindakan yang seharusnya ia lakukan, kalau ia menginginkan kesembuhan. Misalnya, saat ujian seorang mahasiswa merasa bahwa ujian itu sangat menentukan nasib masa depannya karena merupakan hal yang sangat penting. Dengan demikian, kesalahan atau ketidakmampuan menjawab soal akan dirasakan sebagai suatu ancaman. Oleh karena itu, ia akan berupaya sebisa mungkin dapat menjawab soal, antara lain dengan cara yang tidak benar seperti, bertanya kepada teman ( walaupun disadari bahwa tindakan tersebut dilarang atau mengandung dosa ), asal bisa menjawab. Masalahnya kemudian bahwa cara tersebut ternyata berhasil sehingga ia dapat nilai “A”. Maka perbuatan itu akan diulangi lagi, baik sengaja maupun tidak sengaja. Penggunaan pola yang salah akan dilakukan, sehingga menambah kualitas hidup yang semakin menurun.

POLA RESPON CEMAS ( Anxiety Respons Pattern )

Hampir semua orang pernah mengalami anxiety, tetapi hamper semua orang pula tidak dapat melukiskan secara objektif apa yang dirasakannya. Dalam teori Freud, kecemasan ditemukan dalam tiga jenis yaitu: (1) kecemasan yang sumbernya objektif atau kecemasan nyata yang disebut takut ( fear ), (2) Kecemasan yang disebut kecemasan neurotik, yaitu kecemasan yang tidak memperlihatkan sebab dan ciri-ciri khas yang objektif, (3) Kecemasan sebagai akibat dari adanya keinginan yang tertahan oleh hati nurani ( conscience ).

Pola respon anxiety merupakan suatu pola respon yang bersifat defensif dan menolak atau menghindari ( avoidance ) adanya situasi yang dikehendaki dan menyebabkan kita dapat membuat tindakan yang pasti. Misalnya, seorang fobia, biasanya akan mengembangkan strategi-strategi perilaku yang terus-menerus untuk meyakinkan bahwa ia sedang mengalami situasi atau lingkungan yang mengandung hal-hal yang mencemaskan. Dengan demikian, secara terpaksa ia harus selalu siap menghadapi suatu situsi yang tidak dapat ia duga.

Sumber:

Pengantar Psikologi Abnormal oleh Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, psi.

Kamis, 13 Mei 2010

Beberapa Cara Praktis mengset-up Situasi Untuk Menciptakan Functional Communication, yaitu:

^ Cari tahu hal yang paling menyenangkan buat anak, contohnya anak suka nonton film kartun seperti doraemon, sinchan, atau upin dan ipin. Hal tersebut bisa dijadikan stimulus untuk mengajari anak functional communication.
^ Mengetahui kemampuan anak untuk berkomunikasi sampai sejauh mana dan kemudian ditetapkan target respon yang diharapkan. Misalnya, kalau anak belum bisa sama sekali berkomunikasi, maka target perilaku komunikasi yang diharapkan adalah menunjuk komunikasi bahasa tubuh terlebih dahulu. Bila anak sudah bisa berbicara, maka target selanjutnya adalah mengucapkan satu kata, dua kata, dan sebagainya.
^ Set-up situation, dimana anak harus mengkomunikasikan apa yang diinginkan kepada orang lain. Misalnya, saat anak ingin kartun doraemon atau sinchan, kita letakkan kaset dvd favoritnya di tempat anak yang tidak bisa menjangkaunya, kemudian minta agar anak menunjuk ke tempat kaset dvd diletakkan atau berkata untuk minta di ambilkan kepada kita apabila anak ingin kaset dvd tersebut, dan sebagainya sesuai dengan target perilaku komunikasi yang sudah ditetapkan pada point kedua. Pada awalnya, kita bantu dengan verbal atau prompt model sehingga anak menerima pembelajaran functional communication. Anak menerima pesan bila ia ingin sesuatu harus mengatakan keinginannya pada orang lain dalam bentuk bahasa tubuh atau verbal dan menghindari anak tantrum, karena memang belum mengerti apa yang kita inginkan darinya. Bila anak bisa mengikuti target perilaku komunikasi, berikan apa yang anak inginkan kemudian puji anak dengan reward yang memotivasi. Coba satu kali lagi trialnya tanpa dibantu untuk memastikan apakah mengerti pesan atau keinginan atau goal dari trial tersebut. Bila anak bisa, berikan ia reward yang lebih besar lagi seperti sorakan atau hal lain. Namun, bila anak tidak bisa melakukannya cukup bilang “coba lagi ya”, setelah itu bantu anak sekali lagi dan langsung lepaskan anak dari trial tersebut agar anak tidak frustasi. Sebisa mungkin buat situasi menyenabgkan bagi anak, mengingat komunikasi adalah masalah yang sulit bagi anak penyandang autisme.
^ Pastikan dalam setiap trial atau set-up situation yang diciptakan, anak bekerja dengan bersih, including eye contact, bahasa tubuh yang dimaksud, artikulasi kata, dan sebagainya.
^ Evaluasi kemampuan anak kemudian kembangkan functional communication. Misalkan yang tadinya hanya menunjuk, selanjutnya harus mengatakan benda yang dimaksud atau yang tadinya satu kata, harus bisa dua kata “minta kaset” dan sebagainya, dengan begitu anak akan tertantang terus untuk berkomunikasi.
^ Konsisten dalam menjalankan adalah yang terpenting, dalam arti semua orang dalam keluarga harus memperlakukan hal yang sama untuk anak. Jadi, anak mengerti aturan main yang harus ia lakukan bila menginginkan sesuatu.


Sumber:
Functional Communication

Sebab-sebab dan Terapi Gangguan Komunikasi

Dilihat dari penyebabnya, gangguan komunikasi bisa disebabkan oleh gangguan pada masalah memproduksi kata-kata karena motorik mulut, gangguan pada pendengaran sehingga tidak bisa mendengar kata apalagi mengingat kata-kata dengan jelas, tidak memahami arti kata-kata dan mengasosiasikan dengan situasi, dan lingkungan tidak mendukung anak untuk termotivasi berbicara atau mengembangkan kemampuan bicaranya. Untuk penyebab yang pertama yang disebabkan oleh gangguan pada masalah memproduksi kata-kata motorik mulut, biasanya di dalam speech therapy akan ditangani dengan pendekatan tertentu dilihat dari kebutuhan anak, pendekatan tersebut dapat berupa blowing atau oral motorik yang lain.

Sedangkan penyebab kedua, biasanya diperiksa dulu pendengarannya atau umumnya anak-anak yang mengalami pendengaran lebih banyak belajar melalui visual learning, dengan metode COMPIC atau PECS untuk menjembatani komunikasi pada anak penyandang autisme. Pada penyebab yang ketiga, ditangani dengan cara mengajari meaning kata, faktor lingkungan adalah faktor terakhir tapi sekaligus menopang seluruh faktor di atas bisa efektif, dan bisa ditangani melalui pendekatan "functional comunication" yang bisa di"set up" situasinya oleh lingkungan, dan bisa secara praktis dilakukan orang tua.

Pembagian Gangguan Komunikasi Pada Anak Autisme

Gangguan komunikasi pada anak penyandang autisme, dibedakan menjadi 2 yaitu: gangguan komunikasi verbal dan non verbal. Gangguan komunikasi verbal dimana anak bisa bicara tapi bicara tidak digunakan untuk komunikasi. Contohnya, membeo, ekolali, dan berbicara dalam situasi yang salah. Sebaliknya, gangguan komunikasi non verbal nampak dari hal-hal sederhana seperti eye contact minim, tidah memahami bahasa tubuh, sampai dengan terlambat bicara atau sama sekali tidak bisa berbicara. Komunikasi non verbal adalah suatu komunikasi tanpa menggunakan kata-kata atau suatu bentuk komunikasi dengan cara membaca bahasa simbolik dan bahasa mimik. Pada anak autisme mangalami kegagalan perkembangan membangun kontak emosi, dengan sendirinya ia mengalami kegagalan membaca bahasa mimik. Karena, bahas mimik pada dasarnya adalah komunikasi dengan cara membaca emosi orang lain.
Ketidakmampuan membaca emosi orang lain dalam bentuk ekspresi muka orang lain yang menyebabkan anak-anak autisme tidak mampu mengekspresikan wajahnya. Ia adalah anak yang tidak berekspresi, tidak mampu menunjukkan kehangatan, rasa senang atau marah. Selain ia tak mampu mengutarakan emosinya ia juga kadang mengalami kesalahan dalam mengekspresikan perasaannya, atau ekspresinya tidak pada tempatnya. Padahal komunikasi nonverbal ini merupakan bentuk komukasi yang lebih banyak digunakan oleh kita sehari-hari, dalam membangun hubungan dengan orang lain. Dengan kata lain, sebagian besar komunikasi adalah berbentuk komunikasi non verbal. Dengan sendirinya kegagalan komunikasi nonverbal ini akan pula menyebabkan ia mengalami gangguan bersosialisasi, atau membangun hubungan sosial dengan orang-orang di sekitarnya.

sumber:
functional communication

Gangguan Komunikasi Pada Anak Penyandang Autisme

Joint Attention yang berarti bersama-sama memperhatikan, menyebutkan apa yang dilihatnya dengan cara menunjukkan ke satu objek dan menyebutkan nama objek itu. Pada anak normal dilakukan dengan cara melihat wajah ibu atau pengasuhnya dan kemudian diterusakan dengan kontak mata dengan maksud menarik perhatian ibu atau pengasuhnya agar bersama-sama memperhatikan sesuatu yang menjadi perhatiannya, kemudian ia menunjuk dengan tangan dan jari-jarinya yang menjadi perhatiannya. Hal tersebut merupakan suatu awal perkembangan dari komunikasi timbal balik yang membutuhkan suatu interaksi emosional yang sehat.
Pada fase ini anak autis mengalami kegagalan perkembangan, umumnya anak-anak autisme tidak melakukan fase dimana ia mencoba membangun kontak komunikasi melalui kontak mata. Ini adalah ciri yang khas pada penyandang autisme, menurut Buitelaar kita harus ekstra berhati-hati. Jangan jadikan ketidakadaan kontak mata sebagai butir diagnosa, karena banyak anak normal yang tidak melakukan kontak mata saat berinteraksi. Jangan juga menghitung berapa lama ia mampu membangun kontak mata, sebab banyak anak normal yang hanya sekilas melakukan kontak mata.

Sumber:

Functional Communication

Rabu, 12 Mei 2010

Terapi Pada Anak dengan Gangguan Komunikasi

  1. Terapi Pada Anak Dengan Gangguan Komunikasi

Apabila kita atau dokter mencurigai adanya gangguan, maka evaluasi dini oleh professional sebaiknya segara dilakukan. Suatu evaluasi yang dilakukan oleh ahli patologi bicara dan bahas diantaranya adalah melihat kemampuan berbicara dan berbahasa anak dengan menggunakan tes dan skala yang sudah di standarisasi. Ahli patologi tersebut juga akan mengamati apa yang anak mengerti, apa yang anak dapat katakana, komunikasi bahasa tubuh seperti menunjuk, menggeleng, dan status oral-motor anak ( bagaimana bentuk bibir, lidah, langit-langit mulut, apakah mereka dapat bekerja sama di dalam berbicara, makan, dan menelan ).

Apabila ahli tersebut manyatakan bahwa anak memerlukan terapi bicara, maka keterlibatan orangtua sangat berperan. Suatu tim yang terdiri dari guru, terapis bicara dan bahasa, audiologis, dan orangtua diperlukan untuk menangani gangguan komunikasi pada anak. Amplifikasi mungkin dibutuhkan pada anak dengan gangguan pendengaran. Aanak yang tidak dapat dibantu dengan hearing aid memerlukan terapi yang dini, seperti penggunaan bahasa isyarat dan membaca bibir yang dapat membantu komunikasi mereka.

Sumber:

www.klikdokter.com

Persentase Anak dengan Gangguan Komunikasi, Perkembangan Bicara dan Bahasa yang Normal

d. Persentase Anak yang Mengalami Gangguan Komunikasi
Gangguan wicara pada anak adalah salah satu kelainan yang sering dialami oleh anak-anak dan terjadi pada 1 dari 12 anak atau 5-8 % dari anak-anak prasekolah. Hal ini mencakup gangguan berbicara 3 % dan gagap 1 %. Konsekuensi yang diambil pada gangguan wicara yang terlambat ditangani adalah perubahan yang signifikan dalam hal tingkah laku, gangguan kejiwaan, kesulitan mambaca, dan gangguan prestasi akademik termasuk penurunan prestasi di sekolah sampai drop out. Sampai saat ini, gangguan wicara pada anak merupakan masalah yang sulit terdeteksi pada pusat pelayanan primer. Gangguan pendengaran bervariasi sekitar 5 % dari anak usia sekolah dengan level pndengaran di bawah normal. Dari jumlah ini, 10-20 % memerlukan pendidikan khusus. Sekitar 1/3 dari anak yang memiliki gangguan pendengaran, bersekolah di sekolah biasa, 2/3 dari mereka memasuki pendidikan khusus atau sekolah luar biasa untuk tuna rungu.
e. Perkembangan Bicara dan Bahasa yang Normal
- Sebelum 12 bulan, mengoceh atau babbling adalah tahap awal dari perkembangan berbicara. Apabila bayi beranjak besar sekitar 9 bulan, mereka mulai untuk menggunakan nada yang berbeda-beda untuk berbicara, berkata “mama” dan “dada” tanpa mengerti artinya. Sebelum usia 12 bulan, anak mulai tertarik pada suara.
- Usia 12-15 bulan, anak pada usia ini memiliki variasi babbling mereka dan minimal 1-2 kata yang dimengerti sudah dikeluarkan, tidak termasuk “mama” dan “dada”. Anak usia ini dudah dapat mengerti dan mengikuti petunjuk tunggal, seperti: “tolong berikan saya mainan itu” atau mengerti perintah dan sedikit pertanyaan, misalnya: mana hidungmu?.
- Usia 18-25 bulan, anak sudah memiliki sekitar 20 kata pada usia 18 bulan dan sekitar 50 kata atau penggalan kata pada usia sekitar 24 bulan. Pada usia 24 bulan, anak harus belajar mengkombiasikan 2 kata seperti, “susu sapi”. Usia 2 tahun seharusnya juga dapat mengikuti 2 macam perintah, seperti “ tolong ambilkan mainan itu dan bawakan saya gelasmu”.
- Usia 2-3 tahun, koleksi kata-kata anak sudah mulai meningkat, dapat mengkombinasikan 3 atau lebih kata menjadi kalimat, mengerti berbagai macam perintah, dapat mengidentifikasikan warna, dan mengerti konsep deskriptif, misalnya besar vs kecil.


sumber:

www.klikdokter.com

Karakteristik Gangguan Komunikasi

  1. Karakteristik Gangguan Komunikasi

Bayi yang tidak berespon dengan suara atau tidak bisa bubbling atau mengoceh merupakan hal yang perlu diperhatikan. Pada usia 12-24 bulan, perhatikan lebih perlu diberikan pada anak dengan: (a) tidak dapat menggunakan bahasa tubuh seperti menunjuk atau melambai pada usia 12 bulan, (b) memilih bahasa tubuh dibandingkan vokalisasi untuk berkomunikasi pada usia 18 bulan, (c) memiliki kesulitan menirukan suara atau kata pertama tidak muncul pada usia 18 bulan.

Hal-hal yang Harus di perhatikan Pada Anak Berusia Lebih Dari 2 Tahun apabila Terjadi Gangguan Komunikasi, yaitu:

  • Hanya dapat mengulang kata atau suara tanpa mampu menghasilkan kata atau kalimat sendiri
  • Hanya mengucapkan beberapa kata atau suara berulang-ulang
  • Tidak dapat mengikuti petunjuk sederhana
  • Memiliki suara yang tidak biasa ( suara hidung )
  • Lebih sulit dimengerti sebayanya, orangtua dan pengasuh sebaiknya mengerti separuh dari yang diucapkan anak pada usia 2 tahun, sekitar ¾ dari yang diucapkan pada anak 3 tahun, dan pada usia 4 tahun, anak seharusnya sudah dapat dimengerti seluruh kata-kata yang dia keluarkan.

Anak dengan keterlambatan bicara dan bahasa memiliki berbagai karakteristik termasuk ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk, lambat dalam berbicara, kesulitan artikulasi, dan kesulitan dalam membuat kalimat. Gagap adalah gangguan dalam berbicara atau lambat di dalam berbicara, umumnya muncul antara 3-4 tahun dan dapat berkembang menjadi kasus yang kronik apabila tidak ditangani secara adekuat. Gagap dapat secara spontan menghilang pada usia remaja, namun terapi bicara dan bahasa sebaiknya dilakukan sebelumnya. Anak dengan kemungkinan gangguan pendengaran dapat muncul dengan kurangnya kemampuan pendengaran, perlunya pengulangan pertanyaan sebelum dapat menjawab yang benar, berbicara dalam kata-kata yang kurang tepat atau mengalami kebingungan dalam diskusi dan ditangani bersama.


Sumber:
www.klikdokter.com