Kamis, 13 Mei 2010

Beberapa Cara Praktis mengset-up Situasi Untuk Menciptakan Functional Communication, yaitu:

^ Cari tahu hal yang paling menyenangkan buat anak, contohnya anak suka nonton film kartun seperti doraemon, sinchan, atau upin dan ipin. Hal tersebut bisa dijadikan stimulus untuk mengajari anak functional communication.
^ Mengetahui kemampuan anak untuk berkomunikasi sampai sejauh mana dan kemudian ditetapkan target respon yang diharapkan. Misalnya, kalau anak belum bisa sama sekali berkomunikasi, maka target perilaku komunikasi yang diharapkan adalah menunjuk komunikasi bahasa tubuh terlebih dahulu. Bila anak sudah bisa berbicara, maka target selanjutnya adalah mengucapkan satu kata, dua kata, dan sebagainya.
^ Set-up situation, dimana anak harus mengkomunikasikan apa yang diinginkan kepada orang lain. Misalnya, saat anak ingin kartun doraemon atau sinchan, kita letakkan kaset dvd favoritnya di tempat anak yang tidak bisa menjangkaunya, kemudian minta agar anak menunjuk ke tempat kaset dvd diletakkan atau berkata untuk minta di ambilkan kepada kita apabila anak ingin kaset dvd tersebut, dan sebagainya sesuai dengan target perilaku komunikasi yang sudah ditetapkan pada point kedua. Pada awalnya, kita bantu dengan verbal atau prompt model sehingga anak menerima pembelajaran functional communication. Anak menerima pesan bila ia ingin sesuatu harus mengatakan keinginannya pada orang lain dalam bentuk bahasa tubuh atau verbal dan menghindari anak tantrum, karena memang belum mengerti apa yang kita inginkan darinya. Bila anak bisa mengikuti target perilaku komunikasi, berikan apa yang anak inginkan kemudian puji anak dengan reward yang memotivasi. Coba satu kali lagi trialnya tanpa dibantu untuk memastikan apakah mengerti pesan atau keinginan atau goal dari trial tersebut. Bila anak bisa, berikan ia reward yang lebih besar lagi seperti sorakan atau hal lain. Namun, bila anak tidak bisa melakukannya cukup bilang “coba lagi ya”, setelah itu bantu anak sekali lagi dan langsung lepaskan anak dari trial tersebut agar anak tidak frustasi. Sebisa mungkin buat situasi menyenabgkan bagi anak, mengingat komunikasi adalah masalah yang sulit bagi anak penyandang autisme.
^ Pastikan dalam setiap trial atau set-up situation yang diciptakan, anak bekerja dengan bersih, including eye contact, bahasa tubuh yang dimaksud, artikulasi kata, dan sebagainya.
^ Evaluasi kemampuan anak kemudian kembangkan functional communication. Misalkan yang tadinya hanya menunjuk, selanjutnya harus mengatakan benda yang dimaksud atau yang tadinya satu kata, harus bisa dua kata “minta kaset” dan sebagainya, dengan begitu anak akan tertantang terus untuk berkomunikasi.
^ Konsisten dalam menjalankan adalah yang terpenting, dalam arti semua orang dalam keluarga harus memperlakukan hal yang sama untuk anak. Jadi, anak mengerti aturan main yang harus ia lakukan bila menginginkan sesuatu.


Sumber:
Functional Communication

Tidak ada komentar:

Posting Komentar