Senin, 28 Februari 2011

Pengaruh modernisasi terhadap perkembangan Perilaku Anak

Berbagai kenyataan modernitas dan ketersediaan faktanya tidak sulit bahkan setiap hari disediakan baik oleh keluarga, masyarakat dan juga dunia informasi. Maraknya dunia periklanan memaksa informasi beredar lebih mudah dan juga lebih merangsang rasa ingin tahu, rasa ingin mencoba sebagai akibat rayuan semata atau memang publikasi yang dirancang secara sistematis oleh para ahli komunikasi dengan biaya yang mahal dan dengan dampak meluas dan mendalam. Dapat dikatakan informasi-informasi tersebut dapat lebih cepat hadir daripada sarapan pagi kita, atau lebih cepat disantap daripada nasehat orang tua.

Pendidikan anak di jaman modern ini tidaklah mudah. Di satu sisi jaman ini memberikan berbagai banyak kemajuan teknologi yang memungkinkan anak-anak kita memperoleh fasilitas yang serba canggih dan instan. Anak-anak sekarang sejak dini sudah mengenal HP, kamera, komputer, dan berbagai alat teknologi lain yang berkembang dengan pesatnya. Kemajuan yang demikian cepat juga ditengarai membawa dampak negatif seperti tersedianya informasi negatif melalui media masa dengan teknologi yang sulit untuk dihindari. Misalnya: porno, kekerasan, konsumerisme, takhayul, kemusyrikan melalui berbagai media informasi seperti internet, handphone, majalah, televisi dan juga vcd. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Kurt Lewin mengenai Field Theory (teori medan) yang menyatakan bahwa tingkah laku adalah fungsi dari pribadi dan lingkungan. Interaksi lingkungan dengan pembangunan saat ini maupun yang akan datang saling berpengaruh.

Anak lebih mudah terpengaruh dengan lingkungan teman sebaya, ia lebih banyak menghabiskan waktu luangnya di warnet hanya untuk bermain game online ketimbang di rumah mengerjakan tugas sekolah atau untuk istirahat tidur siang. Kalau pun anak sedang berada di rumah, waktu luang hanya dihabiskan untuk menonton televisi atau menyetel DVD. Anak menyukai jam-jam di luar rumah seperti jalan-jalan ke mall, bermain play station, dan di tempat tongkrongan lain yang anak suka. Bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan pengaruh inti, setelah itu sekolah dan kemudian masyarakat. Keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun oleh orangtua dan orang-orang terdekat. Dalam bentuknya keluarga selalu memiliki kekhasan. Setiap keluarga selalu berbeda dengan keluarga lainnya. Ia dinamis dan memiliki sejarah “perjuangan, nilai-nilai, kebiasaan” yang turun temurun mempengaruhi secara akulturatif (tidak tersadari). Sebagaian ahli menyebutnya dbahwa Pengaruh keluarga amat besar dalam pembentukan pondasi kepribadian anak. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah keluarga yang penuh konflik, tidak bahagia, tidak solid antara nilai dan praktek, serta tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang rusak.

Secara umum masyarakat Jawa hidup dalam norma masyarakat yang relatif masih baik, meskipun pergeseran-pergeserannya ke arah rapuh semakin kuat. Lingkungan buruk yang sering terjadi di sekitar anak, misalnya: kelompok pengangguran, judi yang diterima, perkataan jorok dan kasar, “yang-yangan” remaja yang dianggap lumrah, dan dunia hiburan yang tidak mendidik. Sebenarnya masih banyak pengaruh positif yang dapat diserap oleh anak-anak kita di wilayah budaya masyarakat Jawa, seperti: tutur kata bahasa Jawa yang kromo inggil ataupun berbagai peraturan hidup yang tumbuh di dalam budaya Jawa. Masalahnya adalah bagaiamana mengelaborasi nilai-nilai tersebut agar cocok dengan nilai-nilai modernitas dan Islam. Namun pada masa kini pengaruh sesungguhnya mana yang buruk dan bukan menjadi serba relatif dan kadang tidak dapat dirunut lagi. Banyak anak yang mengalami kesulitan menghadapi anak bukan karena keluarga mereka tidak memberikan kebiasaan yang baik. Demikian juga banyak anak yang tetap dapat menjadi baik justru tumbuh di keluarga yang kurang baik.

Tugas masyarakat adalah bagaimana menjadikan dirinya aman bagi generasi mereka sendiri. Kini yang terjadi kita semua mencemaskan lingkungan kita sendiri. Bahkan kita hampir-hampir tak percaya dengan sekolah kita bahwa mereka mampu menjadi daerah yang aman bagi anak-anak kita. Tugas berat para orang tua adalah meyakinkan fungsi keluarga mereka benar-benar aman, nyaman bagi anak-anak. Rumah adalah surga bagi anak, dimana mereka dapat menjadi cerdas, sholeh, dan tentu saja tercukupi lahir dan bathinnya. Padahal mana ada surga yang dibangun di atas keserbakekurangan iman, ilmu dan amal sholeh. Tantangan terbesar dalam pendidikan anak jaman ini adalah informasi yang rusak dan pengaruh buruk yang diciptakan oleh lingkungan modernitas yang tidak berbasis agama.

Jadi banyak sekali pengaruh-pengaruh yang dihadapi anak selama berada di luar lingkungan keluarga, seperti, pengaruh lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan pergaulan. Para orang tua hendaklah bersikap bijak agar anak-anak mereka kelak menjadi generasi penerus bangsa yang bisa diharapkan. Bukan memiliki mental yang ingin menang sendiri, berperilaku dan berkata kasar, serta bertindak atas dasar keinginannya sendiri Anak harus dibimbing dan di beri pengarahan agar anak mengerti arah dan tujuan dari hidup yang mereka jalani sekarang dan untuk ke depan. Lingkungan apapun sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan mental anak. Karena interaksi individu dengan lingkungan merupakan hal yang terjadi secara wajar dalam kehidupan sehari-hari.


Sumber:

Drs. Yadi Purwanto, MM http://www.ilmupsikologi.com

Sabtu, 19 Februari 2011

Analisis terhadap adanya Pengaruh Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Malaria di Kabupaten Barito Selatan

Ada beragam variasi lingkungan dan tiap lingkungan terdiri dari berbagai kepribadian orang yang tentunya berpengaruh terhadap perilaku individu dalam masyarakat. Pada kesempatan kali ini saya akan berusaha menganalis masalah yang terjadi karena adanya pengaruh lingkungan dan perilaku masyarakat terhadap kejadian malaria di kabupaten Barito Selatan. Sesuai teori lingkungan yang dikatakan oleh Veitch&Arkklein (1995), yaitu variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi dalam jurnal ini yaitu pengaruh lingkungan dan variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi yaitu perilaku masyarakat.

Penyakit malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Plasmodium (Klas Sporozoa) yang menyerang sel darah merah. Proses terjadinya penularan malaria di suatu daerah meliputi 3 (tiga) faktor utama, yaitu: (1) Adanya penderita baik dengan adanya gejala klinis ataupun tanpa gejala klinis, (2) Adanya nyamuk atau vektor, (3) Adanya manusia yang sehat ( Depkes RI, 1995a). Faktor kesehatan lingkungan fisik, kimia, biologis, dan sosial budaya sangat berpengaruh terhadap penyebaran penyakit malaria di Indonesia. Pernyataan tersebut sangatlah berkaitan dengan unsur-unsur dari pengertian psikologi lingkungan yang dikemukakan oleh Veitch&Arkklein yang menyatakan bahwa perspektif disiplin ilmu terbagi atas 2 macam, yaitu: (1) Disiplin yang terkait, terdiri dari meterologi dan geofisika, fisika, kimia, arsitek, dan biologi, (2) Ahli, terdiri dari ahli geologi, ahli fisika, ahli kimia, ahli ekologi, arsitek.

Kesehatan lingkungan mempelajari dan menangani hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan ekosistem dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pencegahan terhadap penyakit dan gangguan kesehatan dengan mengendalikan faktor lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Kurt Lewin mengenai Field Theory (teori medan) yang menyatakan bahwa tingkah laku adalah fungsi dari pribadi dan lingkungan. Interaksi lingkungan dengan pembangunan saat ini maupun yang akan datang saling berpengaruh.

Apabila ditinjau dari segi manusia, interaksi dengan alam ini dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan tetapi bila sumber daya alam tidak mendukung kesehatan manusia maka bisa terjadi keadaan sebaliknya, antara lain terjadinya penyakit malaria. Pengambilan metode penelitian pada jurnal ini menggunakan data yang dikumpulkan meliputi suhu, kelembaban, PH air, vegetasi sekitar rumah penduduk, musuh alami jentik nyamuk Anopheles, pendidikan, pekerjaan, konstruksi rumah, kepadatan vektor (angka kepadatan jentik dan man biting rate), penyuluhan tentang penyakit malaria oleh petugas kesehatan setempat serta perilaku masyarakat yang meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pernyataan diatas sangat berkaitan dengan teori dua bentuk kualitas lingkungan yang dikemukakan oleh Wrightsman&Deaux, 1981), yang menyatakan bahwa kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu seperti sound, cahaya, warna, temperature, kelembaban termasuk ke dalam Ambient Condition, sedangkan setting-setting permanent seperti ruangan -> konfigurasi dinding. Lantai, atap, dekorasi, dll termasuk ke dalam Architektural Features.

Orang yang bertempat kerjanya di hutan mempunyai resiko untuk tertular penyakit malaria karena dihutan merupakan tempat hidup dan berkembangbiaknya nyamuk Anopheles sp dengan kepadatan yang tinggi. Hutan merupakan lingkungan alamiah (natural environment) yang merupakan salah satu jenis-jenis lingkungan di dalam sosio-lingkungan yang dikemukakan oleh Sarwono. Lingkungan fisik yang diperkirakan berpengaruh terhadap kejadian malaria adalah suhu, kelembaban, dan konstruksi rumah penduduk. Pada kelembaban yang tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit sehingga meningkatkan penularan penyakit malaria.

Lingkungan kimia yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah PH dan salinitas air. Adanya danau, genangan air, persawahan, kolam ataupun parit di suatu daerah yang merupakan tempat perindukan nyamuk sehingga meningkatkan kemungkinan timbulnya penularan penyakit malaria. Lingkungan biologi meliputi ada tidaknya vegetasi di sekitar rumah penduduk dan ada tidaknya musuh alami yaitu ikan pemakan jentik nyamuk. Perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kejadian malaria terdiri dari empat vaiabel, yaitu pengetahuan, sikap, tindakan, dan penyuluhan.

Semakin baik tindakan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan terhadap penyakit malaria maka akan semakin berkurang resiko untuk terjadinya penularan penyakit malaria, dan sebaliknya. Sikap seseorang dipengaruhi oleh pengalaman sendiri atau orang lain yang berada di sekitarnya. Bila dihubungkan dengan teori bahwa suatu sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, maka mungkin saja responden menjawab pertanyaan dengan hal-hal yang yang baik saja namun sikap dari jawaban tersebut tidak diwujudkan dalam tindakan yang nyata. Jadi, Faktor kesehatan lingkungan fisik, kimia, biologis, dan sosial budaya sangat berpengaruh terhadap penyebaran penyakit malaria di Indonesia.

Referensi:

Jurnal kesehatan lingkungan, vol 2, no. 2, Januari 2006:121-128