Menangani gangguan mental, salah satu cara untuk melakukan pencegahan tindakan bunuh diri dengan mengecamkan dalam pikiran bahwa sebagian besar orang yang mencoba bunuh diri menderita gangguan mental yang dapat ditangani, seperti depresi, skizofrenia, penyalahgunaan zat atau gangguan kepribadian ambang. Menangani kemungkinan bunuh diri secara langsung, tradisi lain dalam pencegahan bunuh diri mengabaikan gangguan mental, malahan berkonsentrasi pada berbagai karakteristik tertentu dari orang-orang yang berpikir untuk bunuh diri terlepas dari berbagai gangguan mental.
Edwin Shneidman mengembangkan strategi umum dalam pencegahan bunuh diri ( 1985, 1987 ) yang mencakup tiga hal, sebagai berikut:
1. Mengurangi penderitaan dan rasa sakit psikologis yang mendalam
2. Membuka pandangan, yaitu mempeluas pandangan yang terbatas dengan membantu individu melihat berbagai pilihan selain pilihan ekstrem dengan membiarkan penderitaan dan ketiadaan terus berlangsung
3. Mendorong orang bersangkutan untuk mundur meskipun hanya selangkah dari tindakan yang menghancurkan diri sendiri
Rudd, Joiner dan Rajab ( 2001 ) baru-baru ini mengajukan beberapa hal inti dalam pencegahan bunuh diri, sebagai berikut:
a. Penyelesaian masalah, biasanya dalam kerangka kognitif-behavioral yang juga mencakup pelatihan asersi dan panduan lain dalam keterampilan sosial.
b. Panduan dalam mengendalian emosi, terutama kemarahan, serta mentoleransi penderitaan
c. Menciptakan hubungan terapeutik yang kuat dan empatik, membangun kepercayaan dan harapan, meskipun bila hal itu berarti mendorong orang yang berpikir untuk bunuh diri menjadi sangat tergantung kepada terapis selama kurun waktu tertentu.
Sumber:
Davidson Gerald C., Nille, M. kring ann. M. ( 2004 ) Abnormal edisi ke-9, Rajawali Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar