Selasa, 11 Mei 2010

Membangun Motivasi

Banyak anggapan motivasi adalah pemberian, “saya butuh dimotivasi dahulu, baru saya akan berubah”. Kalau tidak berubah, dengan mudahnya kita menyalahkan situasi dan keadaan atas kondisi keterpurukan yang kita alami. Sehingga kita merasa perlu untuk dipengaruhi, diajak untuk membangkitkan kembali semangat kita untuk bisa kembali kepada keadaan semula. Terkadang kita masih menyerahkan keadaan kita kepada orang lain, sehingga menganggap bahwa orang lainlah yang bertanggung jawab atas hidup kita.

Butuh suatu kesadaran akan perlu adanya perubahan yang dilakukan, dimana perubahan itu merupakan pilihan kita bukan pilihan orang lain. Kita bisa belajar dari pengalaman hidup motivator, misalnya Andrie Wongso dimana ia mampu menginspirasikan orang lain berdasarkan pilihannya untuk tidak mudah putus asa dan membuat segala sesuatu yang dihadapinya menjadi luar biasa. Banyak dari para motivator yang berusaha mencari SINGA yang tidur di dalam dirinya. Cara membangkitkannya adalah mengetahui karakteristik pribadi, gali motivasi, kenali minat dan potensi yang dimiliki, dan cari sarana dan wadah yang selaras dengan ketiga hal di atas.

  1. Kepribadian

Manusia sebagai individu yang unik, memiliki kelemahan dan kelebihan yang berbeda-beda. Namun sebagian besar orang masih belum menyadari secara spesifik jenis dan karakter kepribadian mereka. Sehingga banyak muncul adanya kebimbangan dalam diri, tertekan karena merasa terjebak dalam pekerjaan atau kegiatan yang tidak sesuai, selalu gagal dalam melakukan sesuatu, tidak pernah dipromosi, dan sebagainya. Untuk itu, perlu terlebih dahulu kita memahami bagaimana karakter kita, kekuatan dan kelemahan pribadi yang kita miliki.

Ada beberapa orang yang bersifat pendiam, pasif, sementara lainnya ada yang ceria, ambisius, setia, suka bergaul, dan sebagainya. Beberapa di bawah ini adalah ciri kepribadian: (a) ekstrovert dan introvert, (b) indrawi ( sensing ) dan intuitif ( intuitive ), (c) pemikir ( thinker) perasa ( feling ), dan (d) penilai ( judging ) dan pengertian ( perceiver ). Untuk seorang pemimpin, perlu adanya wawasan untuk mengetahui pendekatan atau situasi apa yang dapat membangkitkan motivasi dari masing-masing bawahannya.Misalnya, seorang ekstrovert akan merasa sangat termotivasi jika ia di dengarkan, di tanggapi, dan diberikan pujian atas apa yang dilakukannya.

  1. Motivasi

Dalam bekerja atau melakukan sesuatu, pasti ada dorongan yang kita sebut motivasi. Motivasi dapat berasal dari dalam diri kita atau dari luar. Menurut Abraham Maslow, motivasi didasari adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan kita, mulai dari yang palind dasar yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan yang terakhir kebutuhan akan aktualisasi diri. Setelah paham akan kelemahan dan kelebihan kita, sadari bahwa itu semua tidak cukup jika tidak disalurkan.

Pemberdayaan SINGA tidak akan optimal tanpa adanya AKSI dan tindakan tersebut secara aktif secara terus-menerus. Mengapa demikian? Karena hidup itu adalah proses belajar, kita perlu memupuk dan menjaga dorongan yang kita miliki agar kita tidak berhenti untuk maju. Misalnya dengan membaca buku-buku pengalaman hidup. Minat adalah sesuatu yang perlu kita perhatikan saat menentukan jenis aktivitas atau pekerjaan apa yang kita pilih. Seseorang akan menjadi mudah bosan, jenuh, dan tidak bahagia ketika melakukan kegiatan yang tidak ia sukai.

  1. Wadah dan Sarana

Agar SINGA semakin mengaum, maka kita butuh penyaluran berupa wadah atau sarana. Misalnya dengan melakukan pekerjaan, kegiatan pelayanan, kegiatan organisasi, dan sebagainya. Dalam melakukan kegiatan, kita akan berhubungan dengan berbagai macam karakter individu atau kelompok atau budaya yang beragam. Disinilah sarana kita untuk berlatih, saling memberikan energi dan belajar dari orang lain. Prinsip yang perlu diterapkan dalam melakukan interaksi antar individu adalah penerimaan dan berkembang bersama.

Artinya, dengan penerimaan kita bersedia untuk mengakui kelemahan dan kelebihan diri kita dan orang lain. Berkembang bersama artinya, dalam kebersamaan kita saling meningkatkan kemampuan diri, membantu dan belajar dari interaksi yang dilakukan. Satu hal yang penting adalah orang lain, terutama pemimpin perlu peka terhadap poin-poin di atas. Sehingga ia mampu memaksimalkan potensi timnya dan membuat tim yang dikelola menjadi bahagia. Pemimpin mampu membuat anak buahnya bertanggung jawab untuk melakukan tugasnya, dan anggota melaksanakan tanggung jawabnya dan mengambil keputusan berdasarkan kewenangannya.

Sumber:

OTC DIGEST edisi 34 TAHUN III 9 JUNI 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar