Sabtu, 22 Mei 2010

enuresis

DSM-IV-TR dan berbagai system klasifikasi lainnya membedakan anak-anak yang mengompol ketika tidur disebut enuresis nocturnal, anak-anak yang mengompol ketika bangun disebut enuresis diural, dan anak-anak yang mengompol di siang dan malam hari. DSM-IV-TR memperkirakan bahwa pada usia 5 tahun, 7 % anak laki-laki dan 3 % anak perempuan masih mengompol. Pada usia 10 tahun, 3% anak laki-laki dan 2% anak perempuan.

Penyebab Enuresis
Sebuah temuan konsisten menyatakan bahwa kemungkinan seorang anak enuretik memiliki kerabat tingkat pertama yang juga mengompol sangat tinggi, mendekati 75% ( Bakwin, 1973 ). Sebanyak 10% dari seluruh kasus enuresis disebabkan oleh kondisi medis murni, seperti infeksi saluran urin, penyakit ginjal kronis, tumor, diabetes, dan kejang ( Kolvin, McKeith, & Meadow, 1973; Stansfield, 1973 ). Pengendalian kandung kemih, yaitu penghambatan suatu refleks alami hingga berkemih dengan sengaja dapat dilakukan.
Bukti-bukti media mengenai aktivitas otot-otot panggul bawah mendukung pemikiran bahwa anak-anak yang mengompol tidak dapat melakukan kontraksi spontan pada otot-otot tersebut di malam hari ( Norgaard, 1989a, 1989b ). Para teoris pembelejaran berpendapat bahwa anak-anak mengompol karena mereka tidak belajar untuk terbangun di malam hari sebagai respons yang dikondisikan atas penuhnya kandung kemih atau untuk menghambat relaksasi otot lingkar yang mengendalikan urinasi ( Walker, 1995 ).

Penanganam Enuresis
Penanganan rumahan untuk mengompol telah melebar dari sekedar membatasi asupan cairan hingga mengundurkan anak-anak di atas bola-bola golf atau menggantungkan bukti kesalahan, sprei basah-di jendela ( Houts, 1991 ). Dua macam penanganan yang paling banyak digunakan oleh professional adalah pemberian obat atau system alarm urin. Sebuah lonceng dan sebuah baterai tersambung dengan kabel ke sebuah bantalan yang terdiri dari dua lembar kertas metalik, lembar bagian tasa berlubang-lubang, dan di antara kedua lembaran tersebut terdapat selapis kain penyerap.
Metode lain yang menggunakan pendekatan pengkondisian operan tanpa bantuan alarm urin tidak seberhasil metode alarm ( Houts, 2000; Houts, Berman, & Abramason, 1994 ). Di sisi lain, keberhasilan yang lebih besar dapat dicapai dengan memberi tambahan pada prosedur alarm urine dasar, seperti minum dalam jumlah yang lebih banyak selama beberapa malam berturut-turut sebelum waktu tidur ( agar sia anak terbiasa menahan cairan di kandung kemih tanapa mengompol ). Dan memastikan bahwa si anak terbangun dan mengganti seprei setiap kali alarm berbunyi ( untuk menambah konsekuensi negative mengompol ) ( Barclay & Houts, 1995; Mellon & Houts, 1998 ).
Pendekatan yang lain adalah penanganan farmakologis. Sekitas sepertiga pasien enuretik yang berupaya mendapatkan bantuan professional diberi resep obat, seperti obat antidpresan imipramin ( Tofranil ) dan baru-baru ini, desmopresin yang meningkatkan penyerapan air dalam ginjal. Pemberian obat semacam itu memberikan hasil dengan cara mengubah reaktivitas otot yang digunakan dalam berkemih ( imipramin ) atau dengan mengkonsetrasikan urine dalam kandung kemih ( Desmopresin ).


Sumber:
Davidson Gerald C., Nille, M. kring ann. M. ( 2004 ) abnormal edisi ke-9, Rajawali press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar