Jumat, 25 November 2011

Psikologi Internet

LEMBAGA PEMERINTAHAN INDONESIA (SISTEM PEMERINTAHAN RI)

ASPEK-ASPEK

WARNA Dalam sistem pemerintahan republik Indonesia, penggunaan warna kurang mencolok atau menarik. Itu dibuktikan dalam beberapa penggunaan warna saja, yaitu bendera Indonesia (merah putih) tetapi backgroundnnya hanya putih saja tidak ada warna lainnya. Sedangkan warna-warna seperti dalam background hanya foto-foto pemerintahan saja yang hanya berwarna tidak untuk background situs tersebut sehingga mengesankan biasa dan kurang menarik untuk di lihat secara keseluruhan.

CONTENT / ISI Lembaga pemerintahan ini berisi lembaga eksekutif mengenai wewenang presiden, terdapat 10 macam kementerian negara, penjelasan mengenai kementerian koordinator, secretariat jendral, inspektorat jendral, seketariat negara (fungsi setneg dan organisasi setneg), sekretariat kabinet (tugas pokok dan fungsi), organisasi seskab, lembaga pemerintahan non departemen (daftar LPND), kejaksaan RI, badan ekstra struktural (macam-macam BES), badan independent, tentara nasional Indonesia (tugas TNI), kepolisian negara RI, perwakilan-perwakilan, mahkamah konstitusi, dan badan pemeriksa keuangan (BPK).

KELENGKAPAN Secara garis besar lembaga pemerintahan ini cukup lengkap, karena menjelaskan bermacam hal yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan republik Indonesia.

PENGGUNAAN Hampir secara keseluruhan penggunaan dalam huruf lembaga pmerintahan

HURUF ini belum lah sesuai penulisan, karena masih menggunakan jenis huruf calibri, dan arial, berukuran antara 11-22.

LEMBAGA PERUSAHAAN (PT. PLN / PERSERO)

ASPEK-ASPEK

WARNA Secara keseluruhan tidak ada warna yang mencolok dalam lembaga perusahaan ini (PT. PLN / PERSERO), hanya warna kuning bagian luar, tiga garis biru bagian tengah, dan merah yang melambangkan bahwa itu listrik.

CONTENT / ISI Lembaga perusahaan ini (PT. PLN / PERSERO) berisi tentang visi, misi, moto, sejarah. Bagian atas terdapat beranda, pelanggan (pasang baru online, perubahan daya online, sambungan sementara online, pelayanan sosial, rumah tangga, bisnis, industri, kantor pemerintah & PJU), investor, media, suplier, tentang kami, unit PLN. Bagian sebelah kiri: tentang kami (profil perusahaan, struktur perusahaan, manajemen, bisnis PLN, inovasi, CEO note, unit PLN, PLN peduli. Serta di bagian kanan, ada website untuk share jika diperlukan.

KELENGKAPAN Secara garis besar lembaga perusahaan ini cukup lengkap, karena menjelaskan bermacam hal yang berkaitan dengan lembaga perusahaan.

PENGGUNAAN Walaupun penggunaan huruf agak kecil, namun masih dapat terlihat dan ter

HURUF baca dan terlihat dengan jelas

Analisis dan perbandingan fasilitas internet.

1. Email à Gmail vs Ymail

Untuk fasilitas Gmail, data yang ingin di kirim lebih banyak kapasitasnya, untuk membuka email atau sebelum login kita dihadapkan dengan aplikasi lots of space, less spam, dan mobile acsess. About gmail, new features, switch to gmail, dan create in account. Gmail juga bisa berbagi atau share ke aplikasi blogger, gplus, twitter, dan facebook. Ada juga menu tampilan lambat atau muat tampilan HTML biasa (untuk koneksi lambat). Setelah login dapat langsung terbuka sebelah kiri surat, kenalan, dan tugas. Dilanjutkan ke bawah ada inbok, dll, kalender. Dokumen, foto, sites, web, dan lainnya (grup, gambar, maps, terjemahan, buku, cendekia, blog, dan tanya jawab).

Sedangkan untuk Ymail, sebelum masuk atau sign in terlebih dahulu individu akan ditampilkan berbagai macam informasi yang update mulai dari musik, berita pernikahan, gaya hidup, permainan, adapaun fasilitas lain seperti Yahoo! OMG!, Yahoo! News, Yahoo! She, begitu juga dengan rekomendasi untuk ke beberapa tempat liburan yang menarik, hotel terbaik, Yahoo untuk bisnis anda ( solusi beriklan, beriklan di search, kirimkan situs anda), tentang Yahoo! (lowongan kerja, informasi perusahaan, bantuan, dan kirim masukan), adapaun layanan yahoo lain yaitu: address book, answer, game, group, mail, maps, messenger, mim, mobile, movies, news*, omg*, sport, shine, toolbar, video, flickr, internasional, yahoo!firefox, yahoo!IE8. Kita juga dapat mengakses saham, berita, bisnis, dan internasional, MITRA PILIHAN (tech life, sea games, berita BCA), dan masih banyak lagi tampilan sebelum kita masuk untuk login yahoo yang lebih menarik perhatian, selain itu juga untuk mendaftar tidak dipungut biaya.

2. Instant messaging à Ym / Gtalk / whatscape / digsly

3. Social network: FB vs G plus (G +)

FB (FACEBOOK), memudahkan seseorang untuk berinteraksi dengan yang lain, mudah digunakan, dan gratis mendaftar sampai kapanpun, dan menu atau aplikasi yang ditampilkan lebih banyak.

G plus (G +) à terdapat trending topic ( innovation, natural resources, energy, technology, social media, supply and demand, internet, utilities, dll), banyak hal yang didapat pada social network ini.

3. Pro kontra teknologi internet dan rekomendasi yang baik dan aman untuk anak dan remaja?

PRO: Pada zaman sekarang internet banyak sekali manfaat dan kegunaan internet, misalnya saja melalui aplikasi facebook, twitter, blackberry messenger, jingu, eBuddy Lite Messenger, uber social, snaptu, dll seseorang dapat kembali mengenal atau mendekatkan yang jauh dengan seseorang yang dekat dengan kata lain menjaga tali silaturrahmi yang telah lama terputus (lost contact) menjadi dekat kembali. Internet juga bermanfaat bagi di bidang pendidikan, yaitu dapat mencari segala macam informasi mengenai ilmu dan pengetahuan dalam sekejap apa yang dibutuhkan seseorang dapat langsung didapatnya.

Aplikasi di bidang pendidikan yang diberikan pada universitas Gunadarma seperti v-class, studentsite, dll yang memudahkan para mahasiswanya dalam mencari informasi. Didalam bidang kesehatan juga banyak memberikan informasi untuk ibu hamil bagaimana menjaga kandungan agar ibu dan bayi sehat dan selamat, mencari alternatif obat apa yang cocok digunakan agar menyembuhkan penyakitnya. Selain itu juga dapat mencurahkan segala macam curahan hati, potensi, perasaan senang, gelisah, atau suasana hati apapun dapat dicurahkan melalui aplikasi blogger untuk meringankan bebannya secara mental maupun psikis.

Belakangan ini informasi mengenai bagaimana perkembangan sea games pun dapat dengan cepat seseorang dapat dengan cara membuka handphone saja. Apapun yang kita butuhkan dapat kita dapatkan melalui internet dengan sekejap dan instant. Bahkan bisa di bilang ada beberapa slogan untuk aplikasi wikipedia “saya tahu semuanya”, google “saya punya semua”, facebook “saya kenal semua”, terutama internet “tanpa saya kalian tidak bisa apa-apa”.

KONTRA: Banyak sekali kontra atau ketidaksetujuan yang banyak dikemukakan oleh banyak pihak, salah satunya internet dapat membuat seseorang lupa waktu, dengan semakin mudah dan murahnya mengakses internet seseorang dapat mengakses situs porno, dan yang ditakutkan oleh para kaum ibu bahwa anak mereka terjerumus karena internet tersebut, contohnya ketergantungan game online yang membuat anak lupa diri, atau justru sebaliknya para kaum ibu yang terkadang suka lupa akan kewajibannya terhadap keluarga atau mengabaikannya.

Tetapi janganlah keseluruhan kita salahkan kepada internet, tergatung bagaimana seseorang dapat menggunakannya sebagai kebutuhan kita ambil beberapa contoh kasus yang di kutip dalam http://tekno.kompas.com mengenai terorisme, pertama menteri komunikasi dan informatika, Tifatul Sembiring, menegaskan bahwa berkembangnya terorisme bukan semata-mata karena kemudahan akses informasi lewat internet. Menurutnya, orang-orang yang memanfaatkan internet untuk menyebarkan kekerasan dan hasutan yang harus mendapat perhatian serius. Terorisme itu adalah kesalahan orang memahami agama, bukan internet," kata saat menggelar jumpa pers 1st ICT USO Expo and Conference di Jogja Expo Center, Senin (26/9/2011). Menurutnya, tindakan teror juga tak sepenuhnya dampak hasutan di internet.

Tifatul mengatakan, internet hanya menjadi satu upaya sekelompok orang untuk menghasut pembacanya. Karena itu, pihaknya akan melacak situs-situs yang terindikasi melakukan penghasutan kepadaorang lain untuk melakukan tindak kekerasan. Situs yang terbukti melakukan kegiatan tersebut tidak segan-segan diblokir. "Ini sudah on progress," ujarnya. Kementerian Komunikasi dan Informatika sudah memblokir 300 dari 900 situs yang terindikasi menyebarkan kekerasan. Tifatul juga mengatakan, upaya pemblokiran ini merupakan satu cara untuk mencegah adanya penghasutan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Namun, ia menegaskan tidak semua situs akan diblokir, melainkan hanya situs yang dianggap berbahaya saja.

Kedua, contoh kasus yang dikutip dari http://tekno.kompas.com, menyatakan bahwa karena keasyikan chatting lewat BlackBerry Messenger (BBM) memang sering menyita waktu dan membuat banyak orang yang lupa diri. Bahkan, bisa berakibat fatal kalau sampai membuat lalai dengan keadaan di sekitarnya. Di Baturaden, Banyumas, saat asyik ber-BBM, seorang ibu melalaikan bayinya sehingga tewas tertimpa bantal.

Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 11.45, saat bapak dari bayi tersebut pulang dari tempat kerja untuk melaksanakan shalat Jumat, ia mendapati sang bayi sudah lemas dan tak bersuara seperti biasa. Sementara sang ibu tengah asyik menggunakan BlackBerry-nya di ruang tamu. Seketika itu juga sang bapak melarikan bayinya ke klinik untuk memeriksakan keadaan bayinya. Namun malang, bayi itu sudah tidak bernyawa lagi walau masih terasa hangat. Hasil pemeriksaan dokter, jantung bayi itu tak lagi berdetak, tidak ada suara paru, serta dipastikan pupil dari kedua matanya yang sudah melebar atau midriasis dan tidak adanya refleks cahaya dari pupil mata itu. Ini adalah salah satu tanda pasti kematian karena rileksnya otot siliaris pupil dalam bola mata.

Saat datang ke klinik kami, bapak ini membopong bayinya didampingi sang ibu yang masih menggenggam BlackBerry-nya itu. Setelah dokter menjelaskan semua keadaan yang ada, spontan sang bapak merampas BB istrinya itu dan melemparkan ke tembok klinik hingga hancur berantakan. Cerita miris tersebut langsung mendapat banyak tanggapan. Hanya dalam hitungan jam sejak diunggah sekitar pukul 12.00, tulisan itu sudah dibaca lebih dari 60.000 kali dan ada 75 komentar sampai pukul 22.00. Rata-rata dari komentar itu mengingatkan kembali kepada semua orang agar tidak lalai menggunakan teknologi. Ada yang menyalahkan sang ibu.

Tetapi, ada juga yang tetap bersimpati dengan peristiwa yang menimpa keluarga tersebut. Bagaimana trauma psikologis sang ibu saat disalahkan oleh suami sebagai penyebab kematian anaknya. Di antara pembaca, ada pula yang menyangsikan cerita ayah korban, bahkan menuding sebagai hoax karena tidak disertai rincian lokasi kejadian dan korban. Namun, menurut ayah korban menjadi hak tempatnya bekerja untuk merahasiakan data pasien, kecuali untuk kepentingan penyelidikan hukum.

Ketiga, dikutip juga melalui situs yang sama menyatakan bahwa Perempuan semakin banyak yang menggunakan internet. Tidak diragukan lagi perempuan makin menyukai dunia internet seiring semakin majunya dunia internet itu sendiri dan teknologi untuk mendapatkannya. Pada tahun 2010, 46 persen pengguna pengguna internet di seluruh dunia adalah wanita, angka ini tidak berbeda jauh dengan kaum pria. Bahkan tahun ini dengan makin majunya social media seperti facebook, angka kepesertaan perempuan dalam menggunakan internet dipercaya akan semakin naik. Data terakhir menunjukkan perempuan terutama di social media melebihi jumlah laki-laki, bahkan yang paling banyak mengakses social media dengan ponsel adalah perempuan.

Jumlah 46 persen pengguna internet perempuan tersebut tersebar di berbagai kawasan dengan persentase yang berbeda-beda. Di Asia Pasifik, 42,4% pengguna internet adalah perempuan, sedangkan di Eropa angkanya mencapai 47%. Di Amerika Utara dan Amerika Latin kepesertaan perempuan berada di angka 50,4% dan 48,1%. Lebih jauh negara-negara seperti Singapura, Amerika Serikat, Kanada, dan Selandia Baru memiliki pengguna internet perempuan yang lebih banyak dibandingkan laki-laki.

Namun di Indonesia dan India, pengguna internet perempuan masih sangat sedikit di tahun 2010 yang lalu (sekitar bulan Juni), yaitu hanya 35% di Indonesia dan 28% di India. Namun demikian saya percaya di tahun 2011 ini angka ini akan naik sangat signifikan karena sekarang Indonesia merupakan pengguna Facebook terbesar kedua di dunia dan India merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan pengguna Facebook tertinggi di tahun 2010 yang lalu.

Dari statistik yang dirilis oleh Comscore.com diperoleh bahwa perempuan menghabiskan waktu lebih banyak di internet dibandingkan dengan laki-laki, yaitu rata-rata 24,8 jam untuk perempuan dan 22,9 jam untuk laki-laki. Tentu menjadi hal yang menarik untuk diketahui apa saja yang dikerjakan perempuan ketika sedang berinternet tersebut dan apa pula yang dilakukan laki-laki. Apa yang mereka lakukan? Apakah chatting, mencari dokumen, mengirim e-mail atau sekedar browsing yang tak jelas tujuannya?.

Dari hasil statistik dari 40 negara di dunia di tahun 2010 yang lalu, ternyata apa yang menjadi favorit perempuan dan laki-laki sewaktu berselancar atau menggunakan internet berbeda. Dari data tersebut, 16,3 % perempuan menggunakan waktu di internet untuk bersocial networking, sedangkan laki-laki hanya 11,7 %. Indeks yang ada di samping angka persentase tersebut di atas menunjukkan besarnya waktu yang digunakan, dengan semakin besar indeks, waktu yang digunakan untuk suatu kegiatan tertentu dalam berinternet semakin besar.

Data tersebut juga memperlihatkan bahwa dalam tiga kategori yang bisa dimasukkan ke sosial media, yaitu social networking, instant messengers, dan email, perempuan mengungguli laki-laki. Ketiga kegiatan ini menghabiskan waktu lebih dari 35% waktu yang digunakan peempuan dalam berinternet. Bahkan di Amerika Utara, 9 dari 10 perempuan yang menggunakan internet mengunjungi social media, sebuah angka yang sangat tinggi.

Sementara kaum laki-laki lebih tertarik kepada kegiatan mencari direktori atau sumber (mungkin mendownload film, lagu, buku dan video), pelelangan, dan bisnis. Bila kita tinjau lebih jauh apa yang menjadi hal yang penting bagi perempuan dan laki-laki dalam berinternet dapat kita lihat bahwa kebanyakan topik yang banyak menarik perhatian perempuan di internet tidak jauh dari yang disukai oleh perempuan umumnya seperti parfum, bunga, Gifts and Greetings, dan hewan peliharaan. Bagi laki-laki lebih menyukai community-food, family and parenting, apparel dan seterusnya.

Bila dilihat apa saja yang dibeli oleh laki-laki dan perempuan, terutama di Amerika Serikat, hal ini kembali menegaskan bahwa perempuan memang sangat suka dengan keperempuannya sehingga membeli barang yang tidak jauh-jauh dari hal tersebut. Kebanyakan perempuan AS (71%) membeli apparel and accessories, sedangkan laki-laki hanya 29%.

Jika dilihat dalam satu situs tertentu seperti twitter, laki-laki lebih condong untuk men-tweet, tweet yang ia buat sendiri, sedangkan perempuan menggunakan twitter untuk menfollow selebritis dan menemukan penawaran dari suatu produk serta menjadikan Twitter sebagai media percakapan. Jelas sudah, walau sama-sama mengakses internet, ternyata perempuan dan laki-laki memiliki selera yang berbeda dalam menentukan konten apa yang menarik bagi sebagian besar mereka. Perempuan memang lebih suka bersosialisasi, membeli dan mengikuti topik yang erat hubungannya dengan kaum perempuan, sedangkan laki-laki lebih kepada pengetahuan, berita, forum dan membeli barang yang dekat dengan karakteristik mereka seperti komputer dan gadget.

Dengan mengetahui kecederungan pemakain internet perempuan dan laki-laki ini, bagi pemasar yang aktif dan pandai akan memanfaatkan peluang ini dengan menawarkan berbagai produk yang disukai masing-masing gender tersebut. Dengan kecenderungan makin populernya social media dan semakin banyaknya perempuan yang menggunakannya, pemasar hendaknya juga menggunakan media ini untuk mendekati perempuan dan mengenalkan produk kepada mereka secara lebih personal.

Jadi pro dan kontra internet adalah jangan salahkan internet jika seseorang dapat lupa waktu atau menjadi pribadi yang cuek dan tidak teratur. Seseorang cenderung menyalahkan internet karena internet sangat mudah untuk aplikasnya atau untuk mengaksesnya. Padahal justru tergantung dari bagaimana individu itu menggunakan atau menempatkannya sesuai kebutuhan bukan malah dijadikan hobi yang berlebihan. Pemanfaatan internet yang baik untuk anak dan remaja adalah dijadikan aplikasi di bidang pendidikan untuk mencari ilmu dan pengetahuan, bukan malah menjadikan internet sebagai sarana media bermain sehingga menyebabkan anak atau remaja tersebut menjadi ketergantungan internet. Peran orang tua juga sangat penting, yaitu melalui cara penempatan komputer tidak pada kamar anak atau remaja bisa di luar kamar atau ruang tamu, selalu mengawasi anak ketika menggunakan internet, dan membatasi waktu anak atau remaja ketika mengakses situs-situs apapun.

Sumber:

http://www.pln.co.id/?p=102

http://www.metrodata.co.id/profile/index.as

http://www.ptppa.com/

http://www.indonesia.go.id/

http://tekno.kompas.com/read/2011/09/26/22004041/Terorisme.Berkembang.Jangan.Salahkan.Internet

http://tekno.kompas.com/read/2011/01/23/12503713/Perempuan.Lebih.Dominan.di.Internet

http://tekno.kompas.com/read/2011/09/30/2214196/Ibu.Asyik.dengan.BBM..Bayi.Meninggal.Tertimpa.Bantal

Nama: YULIE RIZKI UTAMI

Kelas: 4PA06

NPM: 10508245

PSIKOLOGI DAN INTERNET

Kamis, 12 Mei 2011

STRESS

STRESS

Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil.

Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka. Stres bisa positif dan bisa negatif, para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan.Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.

Sumber-sumber potensi stress

1. FAKTOR LINGKUNGAN

Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga mempengaruhi tingkat stres para karyawan dan organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika ekonomi memburuk orang merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaannya.

2. FAKTOR ORGANISASI

Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan stres. Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi. Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan individual, kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan.

Sebagai contoh, bekerja di ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang selalu terganggu oleh suara bising dapat meningkatkan kecemasan dan stres. Dengan semakin pentingnya layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional bisa menjadi sumber stress. Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran menciptakan ekspektasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi. Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan. Tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat meyebabkan stres, terutama di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.

3. Faktor pribadi

Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stress.Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan.

Studi terhadap tiga organisasi yang berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala stres yang dilaporkan sebelum memulai pekerjaan sebagian besar merupakan varians dari berbagai gejala stres yang dilaporkan sembilan bulan kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren untuk mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor individual yang secara signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang. Artinya, gejala stres yang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu.

Akibat Stres

Stres menampakkan diri dengan berbagai cara. Sebagai contoh, seorang individu yang sedang stres berat mungkin mengalami tekanan darah tinggi, seriawan, jadi mudah jengkel, sulit membuat keputusan yang bersifat rutin, kehilangan selera makan, rentan terhadap kecelakaan, dan sebagainya. Akibat stres dapat dikelompokkan dalam tiga kategori umum: gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku. Pengaruh gejala stres biasanya berupa gejala fisiologis. Terdapat riset yang menyimpulkan bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan detak jantung dan tarikan napas, menaikkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan memicu serangan jantung.

Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dpat menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan pekerjaan. Ketidakpuasan adalah efek psikologis sederhana tetapi paling nyata dari stres. Namun stres juga muncul dalam beberapa kondisi psikologis lain, misalnya, ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan. Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, dan perputaran karyawan, selain juga perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gagap, serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur.

Ada banyak riset yang menyelidiki hubungan stres-kinerja. Pola yang paling banyak dipelajari dalam literatur stres-kinerja adalah hubungan terbalik. Logika yang mendasarinya adalah bahwa tingkat stres rendah sampai menengah merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuannya untuk bereaksi. Pola terbalik ini menggambarkan reaksi terhadap stres dari waktu ke waktu dan terhadap perubahan dalam intensitas stres.

Istilah stress dikemukakan oleh Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang mendefinisikan stress sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya. Lazarus (1976) mengemukakan bahwa stress adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal. Stres tidak saja kondisi yang menekan seseorang ataupun keadaan fisik ataupun psikologis seseorang maupun reaksinya terhadap tekanan tadi, akan tetapi stress adalah keterkaitan antar ketiganya (Prawitasari, 1989). Karena banyaknya definisi mengenai stress, maka Safarino (1994) mencoba mengkonseptualisasikan ke dalam tiga pendekatan, yaitu stimulus, respons, dan proses.

  1. STIMULUS

Kita dapat mengetahui hal ini dari pilihan seseorang terhadap sumber atau penyebab ketegangan berupa keadaan atau situasi dan peristiwa tertentu. Keadaan atau situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut stressor. Beberapa ahli yang menganut pendekatan ini mengkategorikan stressor menjadi tiga, yaitu: (a) peristiwa katastropik, misalnya angina tornado atau gempa bumi, (b) peristiwa hidup yang penting, misalnya pekerjaan atau orang yang dicintai, (c) keadaan kronis, misalnya hidup dalam kondisi sesak dan bising.

  1. RESPONS

Respons adalah reaksi seseorang terhadap stressor. Untuk itu dapat diketahui dari dua komponen yang saling berhubungan, yaitu: komponen psikologis dan komponen fisiologis.

    1. Komponen psikologis, seperti perilaku, pola berpikir, dan emosi.
    2. Komponen fisiologis, seperti detak jantung, mulut yang mongering (sariawan), keringat, dan sakit perut.

Kedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan.

  1. PROSES

Stres sebagai suatu proses terdiri dari stressor dan strain ditambah dengan satu dimensi penting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi interaksi dan penyesuaian diri yang kontinu yang disebut juga dengan istilah transaksi antara manusia dengan lingkungan yang didalamnya termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang lain merasakannya.

Cox (dalam Crider dkk, 1983) mengemukakan 3 model stress, yaitu: Response-Based model, Stimulus-Based model, dan Interactional model.

  1. Response-Based model

Stres model ini mengacu sebagai sekelompok gangguan kejiwaan dan respon-respon psikis yang timbul pada situasi sulit. Model ini mencoba untuk mengidentifikasikan pola-pola kejiwaan dan respon-respon kejiwaan yang diukur pada lingkungan yang sulit. Pusat perhatian dari model ini adalah bagaimana stressor yang berasal dari peristiwa lingkungan yang berbeda-beda dapat menghasilkan respon stress yang sama.

  1. Stimulus-Based model

Tiga karakteristik penting dari stimuli stress adalah sebagai berikut:

(1) Overload

Karakteristik ini diukur ketika sebuah stimulus datang secara intens dan individu tidak dapat menghadapi lebih lama lagi.

(2) Conflict

Konflik diukur ketika sebuah stimulus secara simultan membangkitkan dua atau lebih respon-responyang tidak berkesesuaian.

(3) Uncontrollability

Uncontrollability adalah peristiwa-peristiwa dari kehidupan yang bebas atau tidak tergantung pada perilaku dimana pada situasi ini menunjukkan tingkat stress yang tinggi.

  1. Interaction model

Model ini memperkirakan bahwa stress dapat diukur ketika dua kondisi bertemu, yaitu:

  1. Ketika individu menerima ancaman akan motif dan kebutuhan penting yang dimilikinya. Jika telah berpengalaman stress sebelumnya, individu harus menerima bahwa lingkungan mempunyai ancaman pada motif-motif atau kebutuhan penting pribadi.
  2. Ketika individu tidak mampu untuk mengcoping stressor.

Pengertian coping lebih merujuk pada kesimpulan total dari metode personal, dapat dipergunakan untuk menguasai situasi yang penuh. Coping termasuk rangkaian dari kemampuan untuk bertindak pada lingkungan dan mengelola gangguan emosional, kognitif serta reaksi psikis.

JENIS STRES

Holahan (1981) menyebutkan jenis stress yang dibedakan menjadi dua bagian, yaitu systemic stress dan psychological stress. Systemic stress didefinisikan oleh Selye (dalam Holahan, 1981) sebagai respon non spesifik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan lingkungan. Ia menyebut kondisi-kondisi pada lingkungan yang menghasilkan, misalnya racun kimia atau temperatur ekstrim sebagai stressor.

Selye mengidentifikasikan tiga tahap dalam respon sistemik tubuh terhadap kondisi-kondisi penuh stress yang diistilahkan General Adaption syndrome (GAS).

Tahap pertama adalah alarm reaction dari system otonom termasuk didalamnya peningkatan sekresi adrenalin, detak jantung, tekana darah dan otot menegang. Tahap ini bisa diartikan sebagai pertahanan tubuh.

Tahap kedua adalah resistence atau adaptasi yang didalamnya termasuk berbagai macam respon coping secara fisik.

Tahap ketiga adalah exhaustion atau kelelahan akan terjadi kemudian apabila stesor datang secara intens dan dalam jangka waktu yang cukup lama dan jika usaha-usaha perlawanan gagal untuk menyelesaikan secara adekuat.

SUMBER STRES (STRESSOR)

Lazarus dan Cohen (dalam Evans, 1982) mengemukakan bahwa terdapat tiga sumber stress, (a) fenomena catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas, dan kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang, banjir, dsb. (b) Kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti pada fenomena catalismic meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit seperti respon seseorang terhadap penyakit atau kematian. (c) Daily hassles, yaitu masalah yang ssering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut ketidakpuasan kerja atau masalah-masalah lingkungan seperti kesesakan atau kebisingan karena polusi.

Stres juga berkaitan erat dengan psikologi lingkungan, stres yang diakibatkan oleh kepadatan dalam ruang dengan penilaian kognitif akan mengakibatkan denyut jantung bertambah tinggi dan tekanan darah menaik, sebagai reaksi stimulusyang tidak diinginkan. Dengan kondisi tersebut, maka seseorang yang berusaha mengatasi situasi stress akan memasuki tahapan kelelahan karena energinya telah banyak digunakan untuk mengatasi situasi stress. Bangunan yang tidak memperhatikan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial merupakan sumber stress bagi penghuninya.

Apabila perumahan tidak memperhatikan kenyamanan penghuni, misalnya pengaturan udara yang tidak memadai, maka penghuni tidak dapat beristirahat dan tidur dengan nyaman. Akibatnya, penghuni seringkali lelah dan tidak dapat bekerja secara efektif dan ini akan mempengaruhi kesejahteraan fisik maupun mentalnya. Penghuni selalu waspada dan akan mengalami kelelahan fisik maupun mental. Hubungan antara manusia sangat penting, untuk itu perumahan juga sebaiknya memperhatikan kebutuhan tersebut.

Pembangunan perumahan yang tidak menyediakan tempat umum dimana para warga dapat berinteraksi satu sama lain akan membuat mereka sulit berhubungan satu sama lain atau perumahan yang tidak memperhatikan ruang pribadi masing-masing anggotanya akan dapat merupakan sumber stress bagi penghuninya (Zimring dalam Prawitasari, 1989). Fontana (1989) menyebutkan bahwa stress lingkungan berasal dari sumber yang berbeda-beda seperti tetangga yang rebut, jalan menuju bangunan tempat kerja yang mengancam nilai atau kenikmatan salah satu milik atau kekayaan, dan kecemasan finansial atas ketidakmampuan membayar pengeluaran-pengeluaran rumah tangga.

Baum, Singer dan Baum (dalam Evans, 1982) mengartikan stress lingkungan dalam tiga faktor, yaitu: (1) stressor fisik (misalnya, suara), (2) penerimaan individu terhadap stressor yang dianggap sebagai ancaman (appraisal of the stressor), (3) dampak stressor pada organisme (dampak fisiologis).

Fontana (1989) menyebutkan bahwa sumber utama dari stress di dalam dan sekitar rumah adalah sebagai berikut:

a. Stres karena teman kerja (partner)

b. Stres karena anak-anak

c. Stres karena pengaturan tempat tinggal setempat

d. Tekanan-tekanan lingkungan

Berikut ini akan disajikan hal-hal yang berhubungan dengan coping behavior, yaitu pengertian coping behavior, coping behavior dan kepadatan, serta coping behavior kesesakan.

Coping behavior, ketika seseorang mempersepsikan lingkungannya terdapat dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, rangsang-rangsang yang dipersepsikan tersebut akan berada pada dalam batas-batas optimal sehingga akan timbul kondisi keseimbangan (homeostatis). Kedua, rangsang-rangsang tersebut berada di atas batas optimal (overstimulation) atau dibawahnya (underestimate).

Coping behavior dan kepadatan. Kepadatan tinggi merupakan stressor lingkungan yang dapat menimbulkan kesesakan bagi individu yang berada didalamnya (Holahan, 1982). Stresor lingkungan, menurut Stokols (dalam Brigham, 1991) merupakan salah satu aspek lingkungan yang dapat menyebabkan stress, penyakit atau akibat-akibat negatif pada perilaku masyarakat. Pada fase pertama, menerangkan bahwa kepadatan yang tinggi kadang-kadang dapat menjadi faktor penyebab stress.

Hal ini mungkin berdampak buruk atau tidak bagi seseorang, keadaan ini tergantung pada:

    1. Perbedaan individu,seperti jenis kelamin
    2. Keadaan atau situasi seperti waktu pada lokasi tertentu
    3. Kondisi sosial, seperti hubungan antara orang-orang yang berada disana dan intensitas interaksi.

Jika aspek negatif dari kepadatan tinggi itu tidak menonjol, maka lingkungan akan dipersiapkan ke dalam suatu keadaan yang optimal dan efek negatif tidak akan terjadi bila ketidakleluasaan dari kepadatan tinggi menonjol maka kesesakan akan terjadi. Kesesakan ini merupakan keadaan psikologis yang dapat menyebabkan stress. Selanjutnya pada fase kedua, seseorang dalam keadaan stress akan mengadakan coping, bila coping berhasil dilakukan individu, maka individu akan dapat beradaptasi dan terbiasa dengan keadaan tersebut, sedangkan bila coping tidak berhasil dilakukan individu, maka individu akan kehilangan kemampuan untuk melakukan adaptasi, sehingga akhirnya dapat menyebabkan gangguan fisik maupun mental, putus asa, tidak berdaya, dll.

Coping Behavior dan Kesesakan. Kesesakan dapat dirasakan sebagai suatu pengalaman yang kadang-kadang menyenangkan dan kadang-kadang tidak menyenangkan. Kadang-kadang situasi yang sesak justru dapat dinikmati, misalnya saja dalam suatu pertandingan olah raga di stadion besar, jika penonton hanya sedikit tentu suasana akan menjadi kurang meriah dan hal ini dapat mempengaruhi pemain. Dalam pesta, pameran, pertunjukan seni, dan sejenisnya orang lebih suka kalau suasananya ramai.

Konsekuensi negatif dari kesesakan diterangkan oleh Jain (dalam Awaldi, 1990) menjadi lima asumsi. Pertama, model stimulus berlebih. Dalam kondisi banyak orang, akan muncul stimulus-stimulus berlebih dari luar yang minta ditanggapi. Asumsi pertama ini sesuai dengan teori information overload. Kedua, model perilaku terbatas. Perilaku yang dapat dikerjakan seseorang di dalam suasana dengan kepadatan tinggi dan penuh sesak cenderung terbatas. Ketiga, model ekologi-dalam model ini dikatakan bahwa perilaku negatif yang muncul akibat suasana sumpek dan padat hanya terjadi pada situasi dimana pilihan-pilihan dan sumber yang tersedia sedikit.

Keempat, model atribusi-akibat negatif dari kepadatan dan kesumpekan hanya terjadi di tempat dan situasi tertentu. Kelima, model arousal-model terakhir ini menerangkan bahwa kepadatan dan kesumpekan akan menyebabkan terstimulinya perangkat-perangkat fisiologis, menaikan tekanan darah dan menimbulkan stress.

Stres dapat mempengaruhi perilaku individu ketika berhadapan dengan dunia luar terutama dunia sekitar. Hal itu dapat saja terjadi, karena orang yang mengalami stress agak sulit untuk menentukan perilaku baik apa yang akan ditampilkan dihadapan orang lain. Orang yang stress lebih sering berperilaku aneh, kasar, cuek, tidak mau peduli dengan dirinya sendiri dan orang lain, cenderung agresif, sensitif, bahkan bisa dikatakan perilaku yang ditampilkan cenderung kacau. Ia sudah tidak memiliki pemikiran yang sehat, sehingga orang yang stress tidak dapat di tebak. Misalnya saja, orang yang sedang mengalami stress karena memikirkan pekerjaan kantor yang begitu banyak ditambah lagi teman sekerja yang tidak bisa diajak kerja sama, serta atasan yang tidak bisa mengerti keadaan karyawan lama-kelamaan orang tersebut merasa tertekan yang mengakibatkan dirinya mengalami stress. Di kantor orang tersebut, menjadi lebih pendiam dan tertutup, senang menyendiri, melamun, lesu, kurang bergairah dalam bekerja, tidak nafsu makan, dan menjadi lebih pemarah dan sensitif jika perilakunya merasa diperhatikan oleh orang lain. Jadi, perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari dapat menentukan apakah diri kita mengalami stress atau tidak.


Sumber:

Arsitektur, Psikologi, dan Masyarakat.

www.wikipedia.stress dan penyebabnya.com

www.pskologi zone.com

Minggu, 24 April 2011

PRIVASI, RUANG PERSONAL (PERSONAL SPACE), TERITORIALITAS

1. Privasi

Kerahasiaan pribadi atau privacy adalah kemampuan satu atau sekelompok individu untuk mempertahankan kehidupan dan urusan personalnya dari publik atau untuk mengontrol arus informasi mengenai diri mereka. Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Privasi yang diinginkan dapat berupa tingkatan yang menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain atau justru ingin menghindar atau sukar di capai oleh orang lain (Dibyo, Hartono, 1986). Contoh nyata pada privasi yang menyangkut ketertutupan dalam kehidupan sehari-hari dapat kita jumpai pada media massa atau televisi yang sering dilakukan oleh para artis untuk melakukan aksi tutup mulut atau no comment atas suatu kejadian yang tidak dikehendaki. Mereka merasa jika mengeluarkan statement atau pendapat yang sebenarnya, maka artis tersebut akan terbongkar wujud aslinya dan takut di cap negatif oleh http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5561047451529771512masyarakat luas jika artis tersebut telah melakukan satu kesalahan. Artis tersebut hanya bisa diam jika dimintai keterangan oleh wartawan atau sejumlah awak media yang ingin mengetahui kebenaran dari suatu berita jika artis tersebut terbukti bersalah. Padahal sebagai artis harus memberi contoh yang baik dan positif karena di tonton ribuan orang. Sedangkan privasi yang menyangkut keterbukaan dapat berupa keterbukaan individu untuk memberikan suatu pernyataan apabila ia telah melakukan suatu kesalahan dan bersedia minta maaf serta bertanggung jawab atas perbuatan yang telah dilakukan, walaupun pada akhirnya nanti resiko terbesar adalah pemberian makna negatif dari orang sekitar jika individu tersebut berkata jujur dalam statementnya. Privasi dapat dianggap sebagai suatu aspek dari dari keamanan diri seseorang. Hak pelanggaran privasi oleh pemerintah, perusahaan, atau individual menjadi bagian di dalam hokum di banyak negara, dan kadang, konstitusi atau hukum privasi. Hampir semua negara memiliki hukum yang dengan berbagai cara membatasi privasi, sebagai contoh, aturan pajak umumnya mengharuskan pemberian informasi mengenai pendapatan. Pada beberapa negara, privasi individu dapat bertentangan dengan aturan kebebasan berbicara dan beberapa aturan hukum mengharuskan pemaparan informasi publik yang dapat dianggap pribadi di negara atau budaya lain. Privasi menunjukkan adanya pilihan untuk menghindarkan diri dari keterlibatan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya, Marshall (dalam Wrightman & Deaux, 1981) dan ahli-ahli lain (seperti Bates, 1964; Kira, 1966 dalam Altman, 1975).
Dalam hubungannya dengan orang lain, manusia memiliki referensi tingkat privasi yang diinginkan. Ada saat-saat dimana seseorang ingin berinteraksi dengan orang lain (privasi rendah) dan ada saat-saat dimana ia ingin menyendiri dan terpisah dari orang lain (privasi tinggi).
Altman mengungkapkan beberapa cara untuk mencapai hat tsb yang mengontol dan mengatur melalui individu yaitu:
1. Perilaku verbal
Misalnya, “maaf saya tidak punya waktu”.
2. Perilaku non verbal
Misalnya, seseorang akan menjauh dan membentuk jarak dengan orang lain, membuang muka ataupun terus menerus melihat waktu yang menandakan bahwa dia tidak ingin berinteraksi dengan orang lain. Sebaliknya, dengan mendekati dan menghadapkan muka, tertawa, menganggukan kepala memberikan indikasi bahwa dirinya siap untuk berkomunikasi dengan orang lain.
3. Mekanisme kultural
Budaya mempunyai bermacam-macam adapt istiadat, aturan atau norma, yang menggambarkan keterbukaan atau ketertutupan kepada orang lain dan hal ini sudah diketahui oleh banyak orang pada budaya tertentu (Altman, 1975;Altman & Chemers dalam Dibyo Hartono, 1986).
4. Ruang personal
Ruang personal adalah salah satu mekanisme perilaku untuk mencapai tingkat privasi tertentu. Sommer (dalam Altman, 1975) menyebutkan empat macam karakteristik ruang personal, yaitu: pertama, daerah batas diri yang diperbolehkan dimasuki oleh orang lain. Kedua, ruang personal itu tidak berupa pagar yang tampak mengelilingi individu sehingga tidak kelihatan oleh orang lain. Ketiga, batas kawasan yang dinamis, yang berubah-ubah besarnya sesuai dengan waktu dan situasi. Keempat, pelanggaran ruang personal oleh orang lain akan dirasakan sebagai ancaman sehingga daerah ini di kontol dengan kuat.
5. Teritorialitas
Pembentukan kawasan territorial adalah mekanisme perilaku lain untuk mencapai privasi tertentu.
Menurut Altman (1975) menjabarkan tiga fungsi privasi, pertama privasi adalah pengatur dan pengontrol interaksi interpersonal yang berarti sejauh mana hubungan dengan orang lain diinginkan, kapan waktunya menyendiri dan kapan waktunya bersama-sama dengan orang lain. Kedua, merencanakan dan membuat strategi untuk berhubungan dengan orang lain yang meliputi keintiman atau jarak berhubungan dengan orang lain. Ketiga, privasi adalah memperjelas identitas diri.
Holahan (1982) menambahkan bahwa ada enam jenis privasi, yaitu: 1) keinginan untuk menyendiri, 2) keinginan untuk menjauhi pandangan dan gangguan suara tetangga atau kebisingan lalu lintas, 3) kecenderungan untuk intim terhadap orang-orang tertentu (keluarga), tetapi jauh dari semua orang lain, 4) keinginan untuk merahasiakan jati diri agar tidak dikenal orang lain, 5) keinginan untuk tidak mengungkap diri terlalu banyak, 6) keinginan untuk terlibat dengan tetangga.
Tedapat tiga faktor yang mempengaruhi privasi, yaitu factor personal, factor situasional, dan faktor budaya. Faktor personal, Marshall (dalam Gifford, 1987) menyatakan bahwa perbedaan dalam latar belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan akan privasi. Faktor situasional, beberapa hasil penelitian tentang privasi dalam dunia kerja secara umum menyimpulkan bahwa kepuasan terhadap kebutuhan akan privasi sangat berhubungan dengan seberapa besar lingkungan mengijinkan orang-orang di dalamnya untuk menyendiri. Faktor budaya, penemuan dari beberapa peneliti tentang privasi dalam berbagai budaya (seperti Patterson dan Chiswick pada suku Iban di Kalimantan, Yoors pada orang Gypsy dan Geertz pada orang jawa dan Bali) memandang bahwa pada tiap-tiap budaya tidak ditemukan adanya perbedaan dalam banyaknya privasi yang diinginkan, tetapi sangat berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan privasi (Gifford, 1987).
Pengaruh privasi terhadap perilaku dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu: Altman (1975) menjelaskan bahwa fungsi psikologis dari perilaku yang penting adalah untuk mengatur interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungan sosial. Maxine Wolfe, dkk (dalam Holahan, 1982), mencatat bahwa pengelolaan hubungan interpersonal adalah pusat dari pengalaman tentang privasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, orang yang terganggu privasinya akan merasakan keadaan yang tidak mengenakkan. Westin (dalam Holahan, 1982), ketertutupan terhadap informasi personal yang selektif memenuhi kebutuhan individu untuk membagi kepercayaan dengan orang lain. Schwartz (dalam Holahan, 1982) menemukan bahwa kemampuan untuk menarik diri ke dalam privasi (privasi tinggi) dapat membantu membuat hidup ini lebih mengenakkan saat harus berurusan dengan orang-orang yang “sulit”. Menurut Westin (dalam Holahan, 1982), dengan privasi kita juga dapat melakukan evaluasi diri dan membantu kita mengembangkan dan mngelola perasaan otonomi diri (personal autonomy). Otonomi ini meliputi perasaan bebas, kesadaran memilih dan kemerdekaan dari pengaruh orang lain. Dari beberapa definisi para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi psikologis dari privasi dapat dibagi menjadi privasi memainkan peran dalam mengelola interaksi sosial yang kompleks di dalam kelompok sosial dan membantu kita memantapkan perasaan identitas diri.

2. PERSONAL SPACE (RUANG PERSONAL)
Istilah personal space pertama kali digunakan oleh Katz pada tahun 1973 dan bukan merupakan sesuatu yang unik dalam istilah psikologi, karena istilah ini juga di pakai dalam bidang biologi, antropologi, dan arsitektur (Yusuf, 1991). Studi personal space merupakan tinjauan terhadap perilaku hewan dengan cara mengamati perilaku mereka berkelahi, terbang, dan jarak sosial antara yang satu dengan yang lain. Kajian ini ditransformasikan dengan cara membentuk pembatas serta dapat pula diumpamakan semacam gelembung yang mengelilingi individu denga individu lain.
Ada lima definisi ruang personal berdasarkan hasil-hasil penelitian, antara lain: (1) Ruang personal adalah batas-batas yang tidak jelas antara seseorang dengan orang lain, (2) ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri, (3) pengaturan ruang personal merupakan proses dinamis yang memungkinan diri kita keluar darinya sebagai suatu perubahan situasi, (4) ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka dapat berakibat kecemasan, stress, dan bahkan perkelahian, (5) ruang personal berhubungan secara langsung dengan jarak-jarak anatar manusia, walaupun ada tiga orientasi dari orang lain, yaitu berhadapan, saling membelakangi, dan searah.

Menurut Edward T. Hall, terdapat emapat zona spasial yang meliputi jarak intim, jarak personal, jarak sosial, dan jarak publik.
Jarak intim, merupakan jarak yang dekat/akrab atau keakraban dengan jarak 0-18 inci. Menurut Hall, jarak yang akrab ini merupakan kemunculan orang lain adalah jelas sekali dan mungkin suatu saat akan menjadi sangat besar karena sangat meningkatkan masukan panca indera. Pada jarak 0-6 inci (fase dekat pada jarak intim), kontak fisik merupakan suatu hal yang teramat penting. Hall menggambarkan bahwa pada jarak ini akan mudah terjadi pada saat orang sedang bercinta, olahraga gulat, saling menyenangkan, dan melindungi. Jika daerah atau zona ini menyenangkan dalam situasi ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain yang dicintainya, mungkin akan menjadi tidak menyenangkan dalam situasi lain.
Jarak pribadi (personal distance), memilki jarak antara 1,5-4 kaki, jarak ini merupakan karakteristik kerenggangan yang biasa di pakai individu satu sama lain. Jarak pribadi masih mengenal pembagian dua fase, yaitu fase dekat (1,5-2,5 kaki) dan fase jauh (2,5-4 kaki). Di luar jarak ini menurut Hall, seseorang tidak dapat dengan mudah memegang tangan orang lain. Zona jarak pribadi adalah transisi antara kontak intim dengan tingkah laku umum yang agak formal.
Jarak sosial (social distance), yang mempunyai jarak 4-25 kaki dan merupakan jarak-jarak nMiringormal yang memungkinkan terjadinya kontak sosial yang umum serta hubungan bisnis. Dalam penelitian di suatu kantor terbukti bahwa pada susunan bangku-bangku dan perabotan milik kantor sering di susun ternyata secara tak sengaja berdasarkan pada zona jarak sosial. Fase jauh atau dalam jarak 7-12 kaki seringkali lebih formal dimana pengamatan visual secara terinci seringkali terlewatkan, meskipun seluruh tubuh orang lain dapat dengan mudah di lihat. Panas tubuh, sentuhan dan bau biasanya tidak lagi ada pada jarak ini.
Zona publik, yaitu pada jarak 12-25 kaki atau jarak-jarak dimana isyarat-isyarat komunikasi lebih sedikit dibandingkan dengan daerah-daerah terdahulu. Jarak ini secara khusus disediakan untuk situasi-situasi formal atau pembicaraan umum atau orang-orang yang berstatus lebih tinggi, misalnya dalam kelas.

3. TERITORIALITAS
Holahan (dalam Iskandar, 1990) mengungkapkan bahwa teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilik atau tempat yang ditempatinya atau area yang sering melibatkan cirri pemilikannya dan pertahanan dari serangan orang lain.
Menurut Lang (1987), terdapat empak karakter dari teritorialitas, yaitu:
a. Kepemilikan atau hak dari suatu tempat
b. Personalisasi atau penandaan dari suatu area tertentu
c. Hak untuk mempertahankan diri dari gangguan luar
d. Pengatur dari beberapa fungsi, mulai dari bertemunya kebutuhan dasar psikologis sampai kepada kepuasan kognitif dan kebutuhan-kebutuhan estetika


Porteus (dalam Lang, 1987) mengidentifikasikan tiga kumpulan tingkat spasial yang saling terkait satu sama lain, yaitu:
1. Personal space, yang telah banyak di bahas di muka
2. Home Base, ruang-ruang yang dipertahankan secara aktif, misalnya rumah tinggal atau lingkungan rumah tinggal
3. Home Range, seting-seting perilaku yang terbentuk dari bagian kehidupan

Hussein El-Sharkwy (dalam Lang, 1987) mengidentifikasi empat tipe teritori yaitu attached, supporting, dan peripheral.
1. Attached Territory, adalah gelombang ruang sebagaimana telah di bahas dalam ruang personal.
2. Central Territory, seperti rumah seseorang, ruang kelas, ruang kerja, dimana kesemuanya itu kurang memiliki personalisasi, Oscar Newman menyebutnya “ruang privat”.
3. Supporting Territory, adalah ruang-ruang yang bersifat semi privat dan semi publik. Pada semi privat terbentuknya ruang terjadi pada ruang duduk asrama, ruang duduk atau santai di tepi kolam renang, atau area-area pribadi pada rumah tinggal seperti pada halaman depan rumah yang berfungsi sebagai pengawasan tarhadap kehadiran orang lain. Ruang-ruang semi publik antara lain adalah salah satu sudut ruangan dalam took, kedai minum (warung), atau jalan kecil di depan rumah. Semi privat cenderung untuk dimiliki sedangkan semi publik tidak dimiliki oleh pemakai.
4. Peripheral Territory, adalah ruang publik yaitu area-area yang di pakai oleh individu-individu atau suatu kelompok tetapi tidak dapat memiliki dan menuntutnya.

Sementara itu, Altman membagi teritorialitas menjadi tiga, yaitu territorial primer, territorial sekunder, dan territorial umum:
1. Teritorial Primer
Jenis teritori dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya. Pelanggaran terhadap teritori utama ini akan mengakibatkan timbulnya perlawanan dari pemiliknya dan ketidakmampuan untuk mempertahankan teritori utama ini akan mengakibatkan masalah yang serius terhadap aspek psikologis pemiliknya, yaitu dalam hal harga diri dan identitasnya. Teritorial ini dapat berupa ruang kerja, ruang tidur, pekarangan, wilayah negara, dsb.
2. Teritori Sekunder
Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh perorangan. Yang termasuk dalam terotorial ini adalah sirkulasi lalu lintas di dalam kantor, toilet, zona servis, dsb.
3. Teritorial Umum
Teritorial Umum dapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan-aturan yang lazim di dalam masyarakat dimana territorial umum berbeda. Contohnya adalah taman kota, tempat duduk dalam bis kota, gedung bioskop, ruang kuliah, dsb.
Berdasarkan pemakaiannya, territorial umum dapat di bagi menjadi tiga, yaitu Stalls, Turns, dan Use Space.
a. Stalls
Merupakan suatu tempat yang dapat di sewa atau dipergunakan dalam jangka waktu tertentu, biasanya berkisar antara jangka waktu lama dan agak lama. Contohnya adalah kamar-kamar di hotel, kamar-kamar di asrama, ruangan kerja, lapangan tennis, sampai ke bilik telepon umum.
b. Turns
Turns mirip dengan stalls, hanya berbeda dalam jangka wakatu penggunaannya saja. Turns di pakai orang dalam waktu yang singkat, misalnya tempat antrian karcis, antrian bensin, dsb.
c. Use Space
Use space adalah teritori yang berupa ruang dimulai dari titik kedudukan seseorang ke titik kedudukan objek yang sedang diamati seseorang.

Privasi suatu lingkungan dapat di capai melalui pengontrolan teritorial, karena di dalamnya tercakup pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang meliputi:
1. Kebutuhan akan identitas, berkaitan dengan kebutuhan akan kepemilikan, kebutuhan terhadap aktualisasi diri yang pada prinsipnya adalah dapat menggambarkan kedudukan serta peran seseorang dalam masyarakat.
2. Kebutuhan terhadap stimulasi yang berkaitan erat dengan aktualisasi dan pemenuhan diri.
3. Kebutuhan akan rasa aman dalam bentuk bebas dari ancaman, bebas dari serangan oleh pihak luar, dan memiliki keyakinan diri.
4. Kebutuhan yang berkaitan dengan pemeliharaan hubungan dengan pihak-pihak lain dan lingkungan sekitarnya (Lang dan Sharkawy dalam Lang, 1987).


Menurut Altman (1975), teritorial bukan hanya untuk menciptakan privasi saja, melainkan fungsi sebagai alat untuk menjaga keseimbangan hubungan sosial. Perilaku territorial manusia dalam hubungannya dengan lingkungan binaan dapat di kenal antara lain penggunaan elemen-elemen fisik untuk menandai demarkasi teritori yang dimiliki seseorang, misalnya pagar halaman.

Minggu, 27 Maret 2011

kesesakan sosial

Kesesakan menurut Altman (1975) adalah suatu proses internal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok kecil. Di Indonesia banyak contoh nyata dari kesesakan, diantaranya kesesakan pada jalan raya. Akibat dari banyaknya jalan yang rusak, terjadinya kemacetan di sepanjang jalan mengakibatkan antrian panjang kendaraan. Pengendara yang merasa dalam keadaan sesak, berusaha menyalip antara mobil yang satu dengan yang lain. Di tambah teriknya panas membuat pengendara tidak sabaran untuk mengendarainya. Klakson di tekan sekencang mungkin agar mobil-mobil bisa jalan dengan lancar dan tidak terjadi kesesakan.

Kesesakan (crowding) dan kepadatan (density) merupakan fenomena yang akan menimbulkan permasalahan bagi setiap negara di dunia dan di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan terbatasnya luas bumi dan potensi sumber daya alam yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia, sementara perkembangan jumlah manusia di dunia tidak terbatas. Kepadatan dan kesesakan memiliki hubungan yang erat, karena kepadatan merupakan salah satu syarat yang dapat menimbulkan kesesakan, Altman (1975), Heimstra dan McFarling (1978). Proses kepadatan dapat dirasakan sebagai kesesakan atau tidak dapat ditentukan penilaian individu, terdapat empat macam menurut Baum dan Paulus (1978), yaitu: (1) karakteristik seting fisik, (2) karakteristik seting sosial, (3) karakteristik personal, (4) karakteristik beradaptasi.

Kesesakan dan kepadatan yang timbul dari perkembangan jumlah manusia di dunia pada masa kini telah menimbulkan berbagai macam masalah sosial di banyak negara, yaitu Indonesia, India, Cina, dll., baik permasalahan yang bersifat fisik maupun psikis dalam perspektif psikologis. Contoh permasalah sosial yang nyata dalam perspektif psikologis dari kesesakan dan kepadatan penduduk adalah semakin banyaknya orang yang mengalami stress dan berperilaku agresif destruktif. Bell, dkk 1978; Holahan, 1982 membagi tiga teori kesesakan, yaitu beban stimulus, kendala perilaku, dan teori ekologi.

Teori beban stimulus, mendasarkan diri pada pandangan bahwa kesesakan akan terbentuk bila stimulus yang diterima individu melebihi kapasitas kognitifnya sehingga timbul kegagalan memproses stimulus atau informasi dari lingkungan. Teori kendala perilaku, menurut teori ini situasi akan dianggap sesak bila kepada atau kondisi lain yang berhubungan dengannya membatasi aktivitas individu dalam suatu tempat. Teori ekologi, Micklin (dalam Holahan, 1982) mengemukakan sifat-sifat umum model ekologi pada manusia, pertama teori ekologi perilaku memfokuskan pada hubungan timbal balik antara orang dengan lingkungannya. Kedua, unit analisisnya adalah kelompok sosial dan bukan individu, dan organisasi sosial memegang peranan sangat penting. Ketiga, menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber-sumber material dan sosial.

Masalah penduduk dunia semakin padat, hal ini sebenarnya akibat menurunnya tingkat kematian dengan tanpa disertai menurunnya tingkat kesuburan. Umumnya di negara-negara berkembang (maju) sudah mampu menurunkan tingkat kesuburannya, sedangkan di negara yang sedang berkembang belum mampu menurunkan tingkat kematian dan tingkat kesuburannya. Di negara-negara yang sedang berkembang, kira-kira ¾ penduduk dunia hidup. Dibandingkan dengan mereka yang hidup di negara yang sedang berkembang mempunyai angka kelahiran mencapai 37,5 per 1000 penduduk. Sementara wanita di negara sedang berkembang mempunyai 5-6 orang, sementara di negara maju rata-ratajumlah anaknya hanya 2 orang.

Menurut Altman terdapat beberapa faktor yang akan timbul dalam kondisi kesesakan yang ekstrim, yaitu (1) kondisi-kondisi pencetus, terdiri dari 3 faktor yaitu (a) faktor-faktor situasional, seperti kepadatan ruang yang tinggi dalam jangka waktu yang lama dengan sumber-sumber pilihan perilaku yang terbatas, (b) factor-faktor personal, seperti kurangnya kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam situasi yang padat dan rendahnya keinginan berinteraksi dengan orang lain didasarkan pada latar belakang pribadi, suasana hati, dsb. (c) Kondisi interpersonal, seperti gangguan sosial, ketidakmampuan memperoleh sumber-sumber kebutuhan, dan gangguan-gangguan lainnya.

(2) Serangkaian faktor-faktor organismik dan psikologis seperti stress, kekacauan pikiran, dan perasaan kurang enak badan. (3) Respon-respon pengatasan, yang meliputi beberapa perilaku verbal dan non verbal yang tidak efektif dalam mengurangi stress atau dalam mencapai interaksi yang diinginkan dalam jangka waktu yang panjang atau lama. Jadi kunci utama dari kerangka pikiran yang dikemukakan oleh Altman adalah kesesakan yang ekstrim akan timbul bila keseluruhan faktor-faktor tersebut muncul secara bersama-sama atau simultan.

Hubungan antara masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup memang sangat kompleks dan sangat majemuk sifatnya, karena di dalamnya tercakup banyak sekali faktor-faktor, misalnya dalam teknologinya, pola konsumsinya, dan faktor-faktor sosial, ekonomi dan politik. Kapadatan penduduk yang tinggi akan memberikan tekanan melampaui batas kemampuan daya dukung alam lingkungan tersebut menjadi rusak lingkungan hidupnya. Sebaliknya, suatu lingkungan hidup yang terpelihara kelestariannya akan sangat menunjang bagi kelangsungan hidupnya.

Kesinambungan kehidupan alami sudah tidak diperhitungkan lagi, tegakan pepohonan yang tadinya berfungsi untuk menahan curah hujan dan mengatur aliran air sekarang sudah digantikan dengan tanaman ketela pohon atau jagung. Akibatnya, di musim hujan terjadi genagan air tetapi di musim kemarau orang sulit mencari air. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga komponen variabel demografi yang meliputi fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Aristoteles dalam karyanya berjudul politics menyebutkan bahwa pertambahan jumlah penghuni pada suatu pemukiman dengan melebihi batas tertentu akan mempengaruhi hubungan antara penghuni tersebut. Artinya terjadi kepincangan kehidupan sosial ekonomi, budaya, politik, dan hamkamnas, dan lingkungan hidup.

Tedapat tiga faktor yang mempengaruhi kesesakan, yaitu personal, sosial, dan fisik. Faktor personal, terdiri dari kontrol pribadi dan locus of control; budaya, pengalaman, proses adaptasi, serta jenis kelamin dan usia. (a) Kontol pribadi dan Locus of control, Seligman dkk (dalam Worchel dan Cooper, 1983) mengatakan bahwa kepadatan tinggi baru akan menghasilkan kesesakan apabila individu sudah tidak mempunyai kontrol terhadap lingkungan sekitarnya. (b) Budaya, pengalaman, dan adaptasi, Sundstrom (dalam Gifford, 1987), mengatakan bahwa pengalaman pribadi dalam kondisi padat dimana kesesakan terjadi dapat mempengaruhi tingkat toleransi individu terhadap stress akibat kesesakan yang dialami. (c) Jenis kelamin dan usia, Dabbs (1997) mengatakan bahwa perbedaan jenis kelamin tidaklah berpengaruh terhadap kesesakan, melainkan dipengaruhi oleh jenis kelamin mitra yang dihadapi.

Faktor sosial, menurut Gifford (1987), secara personal individu dapat mengalami lebih banyak atau sedikit mengalami kesesakan cenderung dipengaruhi oleh karakteristik yang sudah dimiliki, tetapi di lain pihak pengaruh orang lain dalam lingkungan dapat juga memperburuk keadaan akibat kesesakan. Faktor fisik, Gove and Hughes (1983) menemukan bahwa kesesakan di dalam rumah berhubungan dengan faktor-faktor fisik yang berhubungan dengan kondisi rumah seperti jenis rumah, urutan lantai, ukuran rumah (perbandingan jumlah penghuni dan luas ruangan yang tersedia ) dan suasana sekitar rumah.

Pengaruh negatif kesesakan tercemin dalam bentuk penurunan-penurunan psikologis, fisiologis, dan hubungan sosial individu. Pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kesesakan antara lain adalah perasaan kurang nyaman, stress, kecemasan, suasana hati yang kurang baik, prestasi kerja dan prestasi belajar menurun, agresivitas meningkat dan bahkan gangguan mental yang serius. Menurut Holahan, 1982 menambahkan pula perilaku sosial yang seringkali timbul karena situasi yang sesak antara lain kenakalan remaja, menurunnya sikap gotong-royong dan saling membantu, penarikan diri dari lingkungan sosial, berkembangnya sikap acuh dan tak acuh, dan semakin berkurangnya intensitas hubungan sosial.

Nama: yulie rizki utami

Npm: 10508245

Kelas: 3pa06

Judul: kesesakan sosial

Unit blog: yulierizkiutami.blogspot.com

Sumber:

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab4-kepadatan_dan_kesesakan.pdf

http://pikologi-hasnida2.2008.pdf.

Minggu, 20 Maret 2011

kepadatan penduduk

KEPADATAN

Kepadatan adalah hasil bagi jumlah objek terhadap luas daerah, satuan yang digunakan adalah satuan atau luas daerah. Sebagai contoh, kepadatan penduduk disebut sebagai 65 orang/km2. Kepadatan merupakan terjadinya penyempitan jumlah orang dalam suatu wilayah melebihi kapasitas di tempat tersebut. Kepadatan atau density menurut Sundstrom adalah jumlah manusia dalam dalam setiap unit ruangan (dalam Wrightsman & Deaux, 1981) atau sejumlah individu yang berada di suatu ruang atau wilayah tertentu dan lebih bersifat fisik (Holahan, 1982;Heimstradan Mcfarling, 1978; Stokols dalam Schmidt dan keating, 1978). Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin dengan banyak dibandingkan dengan luas ruangannya (Sarwono, 1992).

Orang –orang yang berada dalam keadaan sesak kurang dapat mempertahankan hidupnya di dalam Lingkungan. Tidak memperhatikan atau tidak mau peduli terhadap orang lain karena hidup dari masing-masing individu saja susah dalam keadaan sesak apalagi bisa respek terhadap orang yang berada di sekitarnya. Misalnya saja dalam sebuah rumah susun beberapa orang menyewa sebuah ruangan di ruangan tersebut untuk mereka tinggal. Setiap orang punya aktivitasnya masing-masing, ketika malam tiba sulit bagi orang-orang tersebut untuk istirahat, karena untuk tidur saja mereka kurang leluasa karena terbatasnya ruangan tersebut. Menghadap ke arah kanan atau kiri selalu berhadapan dengan wajah teman-teman mereka yang menyebabkan mereka sulit untuk bernafas. Belum lagi di tambah barang-barang yang mereka miliki bercampur menjadi satu hingga berantakan, bahkan ruang untuk tidur bersatu dengan ruang masak. Dalam bahasa sehari-hari biasa kita sebut dengan ungkapan “4L” (Lo lagi-lo lagi), karena memang batas antar ruangan tidak ada sekat yang jelas.

Contoh lain dalam kehidupan masyarakat yaitu kepadatan kepunduduk, yaitu ditandai adanya pertambahan jumlah penduduk yang tak terkendali di suatu daerah. Menurut Jain (1987) berpendapat bahwa tingkat kepadatan penduduk akan dipengaruhi oleh unsur-unsur yaitu jumlah individu pada setiap ruang,jumlah ruang pada setiap unit tempat tinggal, jumlah unit rumah tinggal pada setiap struktur hunian pada setiap wilayah pemukiman. Kepadatan juga dapat dibedakan pada beberapa kategorikan, menurut Holahan (1982) menggolongkan kepadatan ke dalam dua kategori, yaitu kepadatan spasial (spatial density) yang terjadi bila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecil atau sempit, sedangkan jumlah individu tetap didapatkan kepadatan meningkat sejalan menurunnya besar ruang dan kepadatan sosial (social density) yang terjadi bila jumlah individu di tambah tanpa diiringi dengan penambahan besar atau luas ruangan sehingga didapatkan kepadatan meningkat sejalan dengan bertambahnya individu.

Altman (1975) juga membagi pada dua kepadatan, yaitu kepadatan dalam (inside density), yaitu sejumlah individu yang berada dalam suatu ruang atau tempat tinggal seperti kepadatan di dalam rumah dan kamar, sedangkan yang kedua yaitu kepadatan luar (outside density), yaitu sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu, seperti jumlah penduduk yang bermukim di suatu wilayah pemukiman. Hal yang menyebabkan kepadatan penduduk yaitu oleh kelahiran, kematian, dan migrasi. Pertumbuhan penduduk dikatakan meningkat bila kelahiran lebih tinggi daripada kematian. Selain itu, jumlah orang yang datang (bermigrasi) lebih banyak daripada kematian. Pertumbuhan penduduk dikatakan menurun bila kematian lebih tinggi daripada kelahiran. Selain itu, jumlah orang yang keluar atau bermigrasi lebih sedikit daripada kematian.

(1) Angka Kelahiran (Natalitas), adalah angka yang menunjukkan bayi yang lahir dari setiap 1000 penduduk per tahun. Angka kelahiran bayi dapat dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu: Angka kelahiran dikatakan tinggi jika angka kelahiran > 30 per tahun, Angka kelahiran dikatakan sedang jika angka kelahiran 20-30 per tahun, dan Angka kelahiran dikatakan rendah jika angka kelahiran <> 18 per tahun, mortalitas dikatakan sedang jika angka kematian antara 14-18per tahun, mortalitas dikatakan rendah jika angka kematian antara 9-13 per tahun.

Faktor lain dari kepadatan penduduk yaitu migrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain. Migrasi dibagi menjadi lima macam, yaitu: emigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain, imigrasi adalah masuknya penduduk ke dalam suatu daerah negaratertentu, urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota, transmigrasi adalah perpindahan penduduk antarpulau dalam suatu negara, dan Remigrasi adalah kembalinya penduduk ke negara asal setelah beberapa lama berada di negara orang lain.

Faktor-faktor pendorong adanya migrasi adalah Makin susah mendapatkan hasil pertanian daerah asal, makin terbatasnya lapangan kerja di daerah asal, alasan perkawinan dan pekerjaan, tidak adanya kecocokan budaya dan kepercayaan di daerah asal, dan terjadi bencana alam, seperti: gunung meletus, banjir, dan gempa. Faktor-faktor pendorong terjadinya migrasi adalah adanya harapan bisa mendapatkan pekerjaan yang diinginkan di tempat yang baru, ada rasa kebanggaan tersendiri berada di tempat yang baru, adanya kesempatan mendapatan pendidikan yang lebih tinggi, adanya kesempatan mendapatkan penghasilan yang lebih baik, dan adanya aktivitas, tempat hiburan yang menarik minat seseorang.

Pengaruh kepadatan penduduk terhadap kehidupan memiliki dampak pada beberapa bidang terutama bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan. (1) Pengaruh kepadatan penduduk terhadap bidang ekonomi yaitu pendapatan per kapita berkurang sehingga daya beli masyarakat menurun. Hal ini juga menyebabkan kemampuan menabung masyarakat menurun sehingga dana untuk pembangunan negara berkurang. Akibatnya lapangan kerja menjadi berkurang dan pengangguran makin meningkat. (2) Pengaruh kepadatan penduduk terhadap bidang sosial, yaitu jika lapangan pekerjaan berkurang, maka pengangguran akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan kejahatan. Selain itu, terjadinya urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota untuk mendapatkan pekerjaan yang layak makin meningkatkan penduduk kota. Hal ini berdampak pada lingkungan dan kesehatan masyarakat.

(3) Pengaruh kepadatan penduduk terhadap lingkungan, yaitu jumlah penduduk yang makin meningkat menyebabkan kebutuhannya makin meningkat pula. Hal ini berdampak negatif pada lingkungan, yaitu (a) makin berkurangnya lahan produktif, seperti sawah dan perkebunan karena lahan tersebut dipakai untuk pemukiman, makin berkurangnya ketersediaan air bersih. Manusia membutuhkan air bersih untuk keperluan hidupnya. Pertambahan penduduk akan menyebabkan bertambahnya kebutuhan air bersih, hal ini menyebabkan persediaan air bersih menurun.

(b) Pertambahan penduduk juga menyebabkan arus mobilitas meningkat. Akibatnya, kebutuhan alat tranportasi meningkat dan kebutuhan energi seperti minyak bumi meningkat pula. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran udara dan membuat persediaan minyak bumi makin menipis, dan (c) Pertambahan penduduk juga menyebabkan makin meningkatnya limbah rumah tangga, seperti sampah dan lain-lain. Akibat dari bertambahnya jumlah penduduk, mak limbah-limbah yang di buang secara sembarangan mengakibatkan beberapa macam pencemaran lingkungan, diantaranya (1) pencemaran air, penyebab pencemaran air adalah limbah pabrik atau limbah rumah tangga. Bahan pencemar berupa bahan kimia yang mengandung racun, mudah mengendap, mengandung radioaktif, panas, dan pembongkarannya banyak memerlukan oksigen.

(2) Pencemaran tanah, bahan pencemar tanah berasal dari limbah pabrik, limbah rumah tangga, dan barang-barang rongsokan. Bahan pencemar yang sukar dihancurkan oleh mikroba adalah plastik, steroform, kaca, dan lain-lain. Untuk mengurangi pencemaran ini banyak hal yang dilakukan oleh masyarakat untuk mendaur ulang bahan-bahan tersebut. (3) Pencemaran udara, Bahan pencemar udara umumnya berasal dari pembakaran bahan bakar fosil yang tidak sempurna oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Dari pembakaran tersebut akan dihasilkan gas dan asap yang sangat membahayakan. (4) Pencemaran suara, disebabkan oleh suara bising yang terus menerus. Suara tersebut dapat ditimbulkan oleh mesin instalasi listrik pabrik, pesawat terbang, kereta api, dan lain-lain. Akibat pencemaran tersebut dapat menimbulkan gangguan pendengaran, tekanan darah, jantung, dan lain-lain.

Dari beberapa penjelasan di atas mengenai kesesakan, terdapat beberapa perilaku yang dihasilkan atau dampaknya terhadap kehidupan dan bagaimana manusia merasakan dan bereaksi terhadap kepadatan yang terjadi, dalam penelitian Bell (dalam Setiadi, 1991) mengatakan bahwa terdapat tiga hal negatif akibat dari kesesakan, yaitu: pertama, ketidaknyamanan dan kecemasan, dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah hingga terjadi penurunan kesehatan atau peningkatan pada kelompok manusia tertentu. Kedua, peningkatan agresifitas pada anak-anak dan orang dewasa (mengikuti kurve linear) atau menjadi sangat menurun (berdiam diri atau murung) bila kepadatan tinggi sekali (high spatial density), serta kehilangan minat berkomunikasi, kerjasama, dan tolong-menolong sesame anggota.

Ketiga, terjadi penurunan ketekunan dalam pemecahan persoalan atau pekerjaan serta penurunan hasil kerja terutama pada pekerjaan yang menuntut hasil kerja yang kompleks. Dalam penelitian tersebut dapat pula diketahui dampak negatif kepadatan lebih berpengaruh terhadap pria atau dapat dikatakan bahwa pria lebih memiliki perasaan negatif pada kepadatan tinggi bila dibandingkan wanita. Pria juga lebih bereaksi lebih negatif terhadap anggota kelompok, baik pada kepadatan tinggi ataupun rendah dan wanita justru lebih suka menyukai anggota kelompoknya pada kepedatan tinggi. Taylor (dalam Gifford, 1982) berpendapat bahwa lingkungan sekitar dapat mempengaruhi sikap, perilaku dan keadaan internal individu di suatu tempat tinggal.

Berikut adalah daftar beberapa negara atau dependensi menurut kepadatan penduduk per km². Data ini meliputi kawasan daratan dan perairan (danau, waduk, sungai). Data jumlah penduduk berdasarkan perkiraan bulan Juli 2005.

Urutan

Negara/Wilayah

Penduduk (Jiwa)

Wilayah (km²)

Kepadatan (Jiwa/km²)

Dunia (daratan)

6.445.398.968

148.940.000

43

Makau

449.198

25,4

17.684

1

Monako

32.409

1,95

16.620

2

Singapura

4.425.720

692,7

6.389

Hong Kong

6.898.686

1.092

6.317

Gibraltar

27.884

6,5

4.289

Jalur Gaza

1.376.289

360

3.823

3

Vatikan

921

0,44

2.093

4

Malta

398.534

316

1.261

Bermuda

65.365

53,3

1.226

5

Maladewa

349.106

300

1.164

6

Bahrain

688.345

665

1.035

7

Bangladesh

144.319.628

144.000

1.002

Guernsey

65.228

78

836

Jersey

90.812

116

782

8

Barbados

279.254

431

648

9

Republik Cina (Taiwan)

22.894.384

35.980

636

10

Nauru

13.048

21

621

11

Mauritius

1.230.602

2.040

603

Mayotte

193.633

374

517

12

Korea Selatan

48.422.644

98.480

492

13

San Marino

28.880

61,2

472

14

Tuvalu

11.636

26

448

Puerto Riko

3.916.632

9.104

430

Tepi Barat

2.385.615

5.860

407

15

Belanda

16.407.491

41.526

395

Martinique

432.900

1.100

393

Aruba

71.566

193

370

16

Lebanon

3.826.018

10.400

368

17

Belgia

10.364.388

30.528

340

18

Jepang

127.417.244

377.835

337

19

India

1.080.264.388

3.287.590

329

20

Kepulauan Marshall

59.071

181,3

326

Sumber:

http://2010/02/11/kepadatan-penduduk-dan-pencemaran-lingkungan/

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab4-kepadatan_dan_kesesakan.pdf