Minggu, 27 Maret 2011

kesesakan sosial

Kesesakan menurut Altman (1975) adalah suatu proses internal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok kecil. Di Indonesia banyak contoh nyata dari kesesakan, diantaranya kesesakan pada jalan raya. Akibat dari banyaknya jalan yang rusak, terjadinya kemacetan di sepanjang jalan mengakibatkan antrian panjang kendaraan. Pengendara yang merasa dalam keadaan sesak, berusaha menyalip antara mobil yang satu dengan yang lain. Di tambah teriknya panas membuat pengendara tidak sabaran untuk mengendarainya. Klakson di tekan sekencang mungkin agar mobil-mobil bisa jalan dengan lancar dan tidak terjadi kesesakan.

Kesesakan (crowding) dan kepadatan (density) merupakan fenomena yang akan menimbulkan permasalahan bagi setiap negara di dunia dan di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan terbatasnya luas bumi dan potensi sumber daya alam yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia, sementara perkembangan jumlah manusia di dunia tidak terbatas. Kepadatan dan kesesakan memiliki hubungan yang erat, karena kepadatan merupakan salah satu syarat yang dapat menimbulkan kesesakan, Altman (1975), Heimstra dan McFarling (1978). Proses kepadatan dapat dirasakan sebagai kesesakan atau tidak dapat ditentukan penilaian individu, terdapat empat macam menurut Baum dan Paulus (1978), yaitu: (1) karakteristik seting fisik, (2) karakteristik seting sosial, (3) karakteristik personal, (4) karakteristik beradaptasi.

Kesesakan dan kepadatan yang timbul dari perkembangan jumlah manusia di dunia pada masa kini telah menimbulkan berbagai macam masalah sosial di banyak negara, yaitu Indonesia, India, Cina, dll., baik permasalahan yang bersifat fisik maupun psikis dalam perspektif psikologis. Contoh permasalah sosial yang nyata dalam perspektif psikologis dari kesesakan dan kepadatan penduduk adalah semakin banyaknya orang yang mengalami stress dan berperilaku agresif destruktif. Bell, dkk 1978; Holahan, 1982 membagi tiga teori kesesakan, yaitu beban stimulus, kendala perilaku, dan teori ekologi.

Teori beban stimulus, mendasarkan diri pada pandangan bahwa kesesakan akan terbentuk bila stimulus yang diterima individu melebihi kapasitas kognitifnya sehingga timbul kegagalan memproses stimulus atau informasi dari lingkungan. Teori kendala perilaku, menurut teori ini situasi akan dianggap sesak bila kepada atau kondisi lain yang berhubungan dengannya membatasi aktivitas individu dalam suatu tempat. Teori ekologi, Micklin (dalam Holahan, 1982) mengemukakan sifat-sifat umum model ekologi pada manusia, pertama teori ekologi perilaku memfokuskan pada hubungan timbal balik antara orang dengan lingkungannya. Kedua, unit analisisnya adalah kelompok sosial dan bukan individu, dan organisasi sosial memegang peranan sangat penting. Ketiga, menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber-sumber material dan sosial.

Masalah penduduk dunia semakin padat, hal ini sebenarnya akibat menurunnya tingkat kematian dengan tanpa disertai menurunnya tingkat kesuburan. Umumnya di negara-negara berkembang (maju) sudah mampu menurunkan tingkat kesuburannya, sedangkan di negara yang sedang berkembang belum mampu menurunkan tingkat kematian dan tingkat kesuburannya. Di negara-negara yang sedang berkembang, kira-kira ¾ penduduk dunia hidup. Dibandingkan dengan mereka yang hidup di negara yang sedang berkembang mempunyai angka kelahiran mencapai 37,5 per 1000 penduduk. Sementara wanita di negara sedang berkembang mempunyai 5-6 orang, sementara di negara maju rata-ratajumlah anaknya hanya 2 orang.

Menurut Altman terdapat beberapa faktor yang akan timbul dalam kondisi kesesakan yang ekstrim, yaitu (1) kondisi-kondisi pencetus, terdiri dari 3 faktor yaitu (a) faktor-faktor situasional, seperti kepadatan ruang yang tinggi dalam jangka waktu yang lama dengan sumber-sumber pilihan perilaku yang terbatas, (b) factor-faktor personal, seperti kurangnya kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam situasi yang padat dan rendahnya keinginan berinteraksi dengan orang lain didasarkan pada latar belakang pribadi, suasana hati, dsb. (c) Kondisi interpersonal, seperti gangguan sosial, ketidakmampuan memperoleh sumber-sumber kebutuhan, dan gangguan-gangguan lainnya.

(2) Serangkaian faktor-faktor organismik dan psikologis seperti stress, kekacauan pikiran, dan perasaan kurang enak badan. (3) Respon-respon pengatasan, yang meliputi beberapa perilaku verbal dan non verbal yang tidak efektif dalam mengurangi stress atau dalam mencapai interaksi yang diinginkan dalam jangka waktu yang panjang atau lama. Jadi kunci utama dari kerangka pikiran yang dikemukakan oleh Altman adalah kesesakan yang ekstrim akan timbul bila keseluruhan faktor-faktor tersebut muncul secara bersama-sama atau simultan.

Hubungan antara masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup memang sangat kompleks dan sangat majemuk sifatnya, karena di dalamnya tercakup banyak sekali faktor-faktor, misalnya dalam teknologinya, pola konsumsinya, dan faktor-faktor sosial, ekonomi dan politik. Kapadatan penduduk yang tinggi akan memberikan tekanan melampaui batas kemampuan daya dukung alam lingkungan tersebut menjadi rusak lingkungan hidupnya. Sebaliknya, suatu lingkungan hidup yang terpelihara kelestariannya akan sangat menunjang bagi kelangsungan hidupnya.

Kesinambungan kehidupan alami sudah tidak diperhitungkan lagi, tegakan pepohonan yang tadinya berfungsi untuk menahan curah hujan dan mengatur aliran air sekarang sudah digantikan dengan tanaman ketela pohon atau jagung. Akibatnya, di musim hujan terjadi genagan air tetapi di musim kemarau orang sulit mencari air. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga komponen variabel demografi yang meliputi fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Aristoteles dalam karyanya berjudul politics menyebutkan bahwa pertambahan jumlah penghuni pada suatu pemukiman dengan melebihi batas tertentu akan mempengaruhi hubungan antara penghuni tersebut. Artinya terjadi kepincangan kehidupan sosial ekonomi, budaya, politik, dan hamkamnas, dan lingkungan hidup.

Tedapat tiga faktor yang mempengaruhi kesesakan, yaitu personal, sosial, dan fisik. Faktor personal, terdiri dari kontrol pribadi dan locus of control; budaya, pengalaman, proses adaptasi, serta jenis kelamin dan usia. (a) Kontol pribadi dan Locus of control, Seligman dkk (dalam Worchel dan Cooper, 1983) mengatakan bahwa kepadatan tinggi baru akan menghasilkan kesesakan apabila individu sudah tidak mempunyai kontrol terhadap lingkungan sekitarnya. (b) Budaya, pengalaman, dan adaptasi, Sundstrom (dalam Gifford, 1987), mengatakan bahwa pengalaman pribadi dalam kondisi padat dimana kesesakan terjadi dapat mempengaruhi tingkat toleransi individu terhadap stress akibat kesesakan yang dialami. (c) Jenis kelamin dan usia, Dabbs (1997) mengatakan bahwa perbedaan jenis kelamin tidaklah berpengaruh terhadap kesesakan, melainkan dipengaruhi oleh jenis kelamin mitra yang dihadapi.

Faktor sosial, menurut Gifford (1987), secara personal individu dapat mengalami lebih banyak atau sedikit mengalami kesesakan cenderung dipengaruhi oleh karakteristik yang sudah dimiliki, tetapi di lain pihak pengaruh orang lain dalam lingkungan dapat juga memperburuk keadaan akibat kesesakan. Faktor fisik, Gove and Hughes (1983) menemukan bahwa kesesakan di dalam rumah berhubungan dengan faktor-faktor fisik yang berhubungan dengan kondisi rumah seperti jenis rumah, urutan lantai, ukuran rumah (perbandingan jumlah penghuni dan luas ruangan yang tersedia ) dan suasana sekitar rumah.

Pengaruh negatif kesesakan tercemin dalam bentuk penurunan-penurunan psikologis, fisiologis, dan hubungan sosial individu. Pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kesesakan antara lain adalah perasaan kurang nyaman, stress, kecemasan, suasana hati yang kurang baik, prestasi kerja dan prestasi belajar menurun, agresivitas meningkat dan bahkan gangguan mental yang serius. Menurut Holahan, 1982 menambahkan pula perilaku sosial yang seringkali timbul karena situasi yang sesak antara lain kenakalan remaja, menurunnya sikap gotong-royong dan saling membantu, penarikan diri dari lingkungan sosial, berkembangnya sikap acuh dan tak acuh, dan semakin berkurangnya intensitas hubungan sosial.

Nama: yulie rizki utami

Npm: 10508245

Kelas: 3pa06

Judul: kesesakan sosial

Unit blog: yulierizkiutami.blogspot.com

Sumber:

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab4-kepadatan_dan_kesesakan.pdf

http://pikologi-hasnida2.2008.pdf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar