Orangtua mana yang prihatin jika si anak sudah mulai berbohong. Siapa yang harus disalahkan jika si kecil pandai bersilat lidah?. Orangtua sekarang yang kadang lebih banyak menghabiskan waktu di luar karena pekerjaan ketimbang di rumah. Bisa jadi tidak bisa berbuat banyak kecuali mempercayakan anak kepada baby sister atau pengasuhnya. Kemampuan pengasuh yang kadang tidak sesuai dengan keinginan orangtua bisa jadi kendala. Apalagi jika anak sudah mulai suka berbohong.
Menurut Ratih Ibrahim, salah satu psikolog perkembangan mengungkapkan tiga kelompok berbohong, (1) Anak berbohong bisa jadi karena imajinasi. Untuk mengetahui benar atau tidaknya anak berimajinasi, maka ikuti saja cerita yang dalam pembicaraannya sering di tambah-tambah sebagai imajinasi. (2) Anak berbohong karena mencontoh orangtua atau pengasuhnya. Misalnya ibu atau bapak bilang pergi sebentar, ternyata kembalinya lama.
Sehingga anak menilai orangtuanya berbohong.(3) Anak berbohong karena merasa tidak aman atau ketakutan. Anak mungkin juga berbohong untuk mencari atau mendapatkan perhatian. Upaya untuk mengatasi anak berbohong adalah orangtua harus mawas diri dan harus dipercaya sehingga anak belajar kejujuran dan dihargai serta juga diajarkan tentang kejujuran. Orang tua itu menjadi role model untuk anak. Di luar tiga hal itu, kebohongan anak juga bisa menjadi penanda kecerdasan si anak. Mungkin juga dia tricky sehingga memanipulasi untuk mendapatkan yang dia inginkan.
Untuk mengetahui anak berbohong atau tidak, bisa di lihat dari ekspresi wajah dan gerakan badannya.
Tanda berbohong dari setiap aspek di atas berbeda-beda. Untuk anak yang masih berbaur yang benar dan imajinasi dapat diamati tentang cerita yang dikarangnya dann diarahkan ke arah yang benar. Jika si kecil berbohong karena merasa tidak aman atau takut, tanda berbohong akan tampak dari gaya dan kegelisahan. Kebanyakan si anak tidak berani melakukan eye contact saat berbohong.
Karena itu, lihat saja mata sementara hatinya ngomong tidak benar, hal itu menyebabkan berkeringat atau gelisah. Anak kecil sebenarnya suka menguji hipotesa. Jika ia mengatakan hal ini akibatnya akan seperti apa. Anak juga sering kali diberitahukan berbagai peraturan salah satunya tak boleh berbohong. Tetapi orangtuanya malah mencontohkan yang berlawanan dengan itu. Anak akan kebingungan dan mempertanyakan nilai kehidupan sebenarnya seperti apa.
Disini anak sedang menguji hipotesanya. Dia akan menangkap semua informasi yang ada di sekelilingnya. Orang tua harus konsisten dengan apa yang dikatakannya. Hukuman harus disesuaikan dengan tingkat kebohongan si anak. Hindari hukuman yang bersifat cecian bahkan kekerasan, kecuali anak itu sudah tidak mempan lagi dengan hukuman peringatan. Kekerasan memang sangat tidak dianjurkan, karena biasanya bukan menimbulkan efek jera pada anak tetapi melukai perasaannya. Jika hukuman diberikan dengan kekerasan da tidak diberitahukan alasan anak itu terkena hukuman, anak akan bingung.
Alhasil, bukannya anak berubah, tetapi malah mencari cara lain dengan lebih berhati-hati agar kebohongannya tidak diketahui oleh orangtuanya. Dia akan lebih berhati-hati dalam berbohong untuk menghindari hukuman berupa kekerasan atau cacian yang dapat melukai perasaannya. Jika anak berbohong, pasti dia memiliki alasan tertentu. Karena itulah tanyakan dulu apa alasannya, kemudia berikan hukuman yang sesuai. Tanamkan kembali bahwa berbohong adalah hal yang tidak boleh sama sekali dilakukan dengan alasan apapun.
Jika anak telah mengerti, orang tua pun harus memuji anaknya karena berani mengakui kebohongan dan menjalani hukuman itu. Jika anak terlanjur menjadi seorang pembohong, maka orangtua harus memulai proses penanaman nilai kebenaran dari awal dan terus menerus hingga anak bisa berubah. Orang tua tidak boleh membela anaknya jika benar ia salah. Orangtua harus mendorong anaknya untuk menjalani hukuman itu. Tetapi yakini sang anak bahwa orangtuanya akan selalu mendampingi anaknya dalam kondisi apapun.
Tujuh langkah hadapi kebohongan si kecil, (1) Fokus pada tingkah laku si anak yang tidak tepat. Orangtua sebaiknya memberi perhatian pada kebohongan si kecil bukan menutupinya. (2) Atur nafas. Menemukan kebohongan si kecil jangan dihadapi dengan emosi. Atur nafas dan tetap bersikap lembut. (3) Ajak si kecil berbicara. Ajari dia mana yang benar dan mana yang salah. Atur pembicaraan sekalem mungkin dan selembut mungkin. (4) Ajari si kecil mengatur perbuatannya. Anak harus mengerti penilaian umum atas perbuatan yang baik atau salah.
(5) Pancing keraguan si anak. Dengan ragu, anak bisa diberi pengertian mana yang seharusnya benar dan tidak perlu berbohong. (6) Jika si anak sudah mau jujur, bicarakan situasi yang lain yang memungkinkan dia akan kembali berbohong. (7) Jangan beri anak label pembohong. Anak akan defensif jika orangtua mendakwanya sebagai pembohong.
Sumber: Bisnis Indonesia.co.id ( edisi Minggu 10 Januari 2010 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar