Rabu, 12 Mei 2010

Pengertian dan Penyebab Gangguan Komunikasi

a. Pengertian Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi meliputi berbagai lingkup masalah, yaitu gangguan bicara, bahasa, dan mendengar. Gangguan bahasa dan bicara melingkupi gangguan artikulasi, gangguan mengeluarkan suara, afasia ( kesulitan manggunakan kata-kata, biasanya karena ada memar atau luka di otak ) dan keterlambatan di dalam berbicara atau berbahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa tergantung dari beberapa penyebab termasuk di dalamnya adalah faktor lingkungan atau gangguan pendengaran.
b. Penyebab Gangguan Komunikasi
Banyak gangguan komunikasi muncul dari kondisi lain seperti gangguan pembelajaran, cerebral palsy, retardasi mental, atau sumbing bibir dan palatum. Anak dengan keterlambatan bicara memiliki gangguan pengucapan, yang berarti terdapat komunikasi tidak efektif pada area otak yang bertanggung jawab untuk berbicara. Anak dapat mengalami kesulitan di dalam menggunakan bibir, lidah, dan rahang untuk memproduksi suara. Tidak mampu berbicara dapat merupakan masalah satu-satunya atau dapat diikuti dengan masalah lainnya seperti kesulitan menelan. Keterlambatan berbicara dapat mengindikasikan keterlambatan perkembangan.
Gangguan pendengaran umumnya berlaitan dengan keterlambatan berbicara, bila anak memiliki gangguan pendengaran, maka anak juga dapat memiliki gangguan mengerti pembicaraan, gangguan menirukan dan menggunakan bahasa. Gangguan pendengaran terbagi atas gangguan parsial dan ketulian total. Ketulian dapat di definisikan sebagai kesulitan berkomunikasi secara auditori atau memerlukan alat bantuan berupa amplifikasi. Terdapat 4 gangguan pendengaran, yaitu: (1) gangguan pendengaran konduktif yang disebabkan penyakit atau sumbatan pada liang telinga maupun telinga tengah, biasanya dapat dibantu dengan hearing aid. (2) Gangguan pendengaran sensorineural terjadi karena kerusakan pada sel rambut sensori dari telinga dalam atau kerusakan dari saraf telinga, umumnya tidak dapat di bantu dengan hearing aid. (3) Gangguan pendengaran campuran yaitu kombinasi gangguan dari telinga luar atau telinga tengah, dan telinga dalam. (4) Gangguan pendengaran sentral yang berasal dari kerusakan saraf atau otak.


Sumber:
www.klikdokter.com

Beberapa Hal yang berkaitan dengan Sindrom Asperger

A. Pengertian dan ciri-ciri Sindroma Asperger

Sindrom Asperger atau Gangguan Asperger ( SA ) merupakan suatu gejala kelainan perkembangan syaraf otak yang namanya diambil dari seorang dokter berkebangsaan Austria, Hans Asperger, yang pada tahun 1944 menerbitkan sebuah makalah yang menjelaskan mengenai pola perilaku dari beberapa anak laki-laki memiliki tingkat intelegensi dan perkembangan bahasa yang normal, namun juga memperlihatkan perilaku yang mirip autisme. Serta mengalami kekurangan dalam hubungan sosial dan kecakapan komunikasi.

Walaupun makalahnya itu telah dipublikasikan sejak tahun 1940-an, namun Sindrom Asperger baru dimasukkan ke dalam katergori DSM IV pada tahun 1994 dan baru beberapa tahun terakhir Sindrom Asperger tersebut dikenal oleh para ahli dan orang tua. Seorang penyandang sindrom asperger dapat memperlihatkan bermacam-macam karakter dan gangguan tersebut. Seorang penyandang sindrom asperger dapat memperlihatkan kekurangan dalam bersosialisasi, mengalami kesulitan jika terjadi perubahan, dan selalu melakukan hal-hal yang sama berulang ulang. Sering mereka terobsesi oleh rutinitas dan menyibukkan diri dengan sesuatu aktivitas yang menarik perhatian mereka.

Mereka selalu mengalami kesulitan dalam membaca aba-aba ( bahasa tubuh ) dan seringkali seseorang penyandang sindrom asperger mengalami kesulitan dalam menentukan dengan baik posisi badan dalam ruang ( orientasi ruang dan bentuk ). Karena memiliki perasaan terlalu sensitif yang berlebihan terhadap suara, rasa, penciuman dan penglihatan, mereka lebih menyukai pakaian yang lembut, makanan tertentu dan merasa terganggu oleh suatu keributan atau penerangan lampu yang mana orang normal tidak dapat mendengar atau melihatnya.

Penting untuk diperhatikan bahwa penyandang sindrom asperger memandang dunia dengan cara yang berlainan. Sebab itu, banyak perilaku yang aneh dan luar biasa yang disebabkan oleh perbedaan neurobiologi tersebut, bukan karena sengaja berlaku kasar atau berlaku tidak sopan dan yang lebih penting lagi adalah bukan dikarenakan hasil didikan orang tua yang tidak benar. Menurut definisi, penyandang sindrom asperger mempunyai IQ normal.

Banyak dari mereka walaupun tidak semua memperlihatkan pengecualian dalam keterampilan atau bakat di bidang tertentu. Karena mereka memiliki fungsionalitas tingkat tinggi serta bersifat naif, maka mereka dianggap eksentrik, aneh dan mudah dijadikan bahan untuk ejekan dan sering dipaksa temanya untuk berbuat sesuatu yang tidak senonoh. Walaupun perkembangan bahasa mereka kelihatannya normal, namun penyandang sindrom asperger sering tidak pragmatis dan prosodi. Perbendaharaan kata-kata mereka kadang sangat kaya dan beberapa anak sering dianggap sebagai profesor kecil. Namun mereka dapat menguasai literatur tapi sulit menggunakan bahasa dalam konteks sosial.

B. Sifat-sifat dalam belajar dan berperilaku pada murid penyandang Asperger antara lain:

- Sindrom Asperger merupakan suatu sifat khusus yang ditandai dengan kelemahan kualitatif dalam berinteraksi sosial. Sesorang penyandang Sindrom Asperger dapat bergaul dengan orang lain, namun dia tidak mempunyai keahlian berkomunikasi dan mereka akan mendekati orang lain dengan cara yang ganjil ( Klin & Volkmar, 1997 ). Mereka sering tidak mengerti akan kebiasaan sosial yang ada dan secara sosial akan tampak aneh, sulit ber-empati, dan salah menginterpretasikan gerakan-gerakan. Pengidap sindrom asperger sulit dalam berlajar bersosialisasi serta memerlukan suatu instruksi yang jelas untuk dapat bersosialisasi.

- Walaupun anak-anak penyandang sindrom asperger biasanya berbicara lancar saat mencapai usia lima tahun, namun mereka sering mempunyai masalah dalam menggunakan bahasa dalam konteks sosial ( pragmatik ) dan tidak mampu mengenali sebuah kata yang memiliki arti yang berbeda-beda (semantic) serta khas dalam berbicara atau prosodi ( tinggi rendahnya suara, serta tekanan dalam berbicara ) (Attwood, 1998). Murid penyandang sindrom asperger bisa jadi memiliki perbendaharaan kata-kata yang lebih, dan sering tak henti-hentinya berbicara mengenai suatu subjek yang ia sukai. Topik pembicaraan sering dijelaskan secara sempit dan orang itu mengalami kesulitan untuk berpindah ke topik lain. Mereka dapat merasa sulit berbicara teratur dan penyandang sindrom asperger dapat memotong pembicaraan orang lain atau membicarakan ulang pembicaraan orang lain, atau memberikan komentar yang tidak relevan serta mengalami kesulitan dalam memulai dan mengakhiri suatu pembicaraan.

- Cara berbicaranya kurang bervariasi dalam hal tinggi rendahnya suara, tekanan dan irama, dan, bila murid tersebut telah mencapai usia lebih dewasa, cara berbicaranya sering terlalu formal. Kesulitan dalam berkomunikasi sosial dapat terlihat dari cara berdiri yang terlalu dekat dengan orang lain, memandang lama, postur tubuh yang tidak normal, dan tak dapat memahami gerakan-gerakan dan ekspresi wajah.

- Murid penyandang sindrom asperger memiliki kemampuan intelegensi normal sampai di atas rata-rata, dan terlihat berkemampuan tinggi. Kebanyakan dari mereka cakap dalam memperdalam ilmu pengetahuan dan sangat menguasai subyek yang mereka sukai pernah pelajari. Namun mereka lemah dalam hal pengertian dan pemikiran abstrak, juga dalam pengenalan sosial. Sebagai akibatnya, mereka mengalami kesulitan akademis khususnya dalam kemampuan membaca dan mengerti apa yang dibaca, menyelesaikan masalah, kecakapan berorganisasi, pengembangan konsep, membuat kesimpulan dan menilai. Ditambah pula, mereka sering kesulitan untuk bersikap lebih fleksibel. Pemikiran mereka cenderung lebih kaku. Mereka juga sering kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan, atau menerima kegagalan yang dialaminya, serta tidak siap belajar dari kesalahan-kesalahanya (Attwood 1998).

- Diperkirakan bahwa 50% - 90% dari penyandang sindrom asperger mempunyai kesulitan dalam koordinasi motoriknya (Attwood 1998). Motorik yang terkena dalam hal melakukan gerakan yang berpindah-pindah ( locomotion ), kecakapan bermain bola, keseimbangan, cakap menggerakan sesuatu dengan tangan, menulis dengan tangan, gerak cepat, persendian lemah, irama serta daya mengikuti gerakan-gerakan.

- Seorang penyandang sindrom asperger memiliki kesamaan sifat dengan penyandang autisme yaitu dalam menanggapi rangsangan sensori. Mereka bisa menjadi hiper sensitif terhadap beberapa rangsangan tertentu dan akan terikat pada suatu perilaku yang tidak biasa dalam memperoleh suatu rangsangan sensori yang khusus.

- Seorang penyandang sindrom asperger biasanya kelihatan seperti tidak memperhatikan lawan bicara, mudah terganggu konsentrasinya dan dapat atau pernah dikategorikan sebagai penyandang ADHD ( Attention Deficit Hyperactivity Disorder ) sewaktu di-diagnosa dalam masa kehidupan mereka (Myles & Simpson, 1998).

- Rasa takut yang berlebihan juga merupakan salah satu sifat yang dihubungkan dengan penyandang sindrom asperger. Mereka akan sulit belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan bersosialisasi di sekolah. Instruksi yang baik dan benar akan membantu meringankan tekanan-tekanan yang dialaminya.

Sumber:

www.eftindonesia.com

www.klikdokter.com

mom.chemistry.talk

Selasa, 11 Mei 2010

Besarnya Pengaruh Sentuhan Mental Terhadap Ana

Masa anak-anak adalah masa yang sangat rentan terhadap hal-hal negatif yang dapat menggangu perkembangan individu. Kunci untuk mengatasinya adalah dengan mengenalkan anak akan perasaannya maupun ekspresi perasaannya, lebih cepat lebih baik. Emosi adalah rangsangan untuk bertindak, tingkat emosi yang tinggi seperti marah, kesal, ataupun kecewa bisa dikatakan mudah diidentifikasikan. Ada beberapa emosi kompleks yang sulit dikenali. Beberapa diantaranya dapat berlangsung selama beberapa menit saja, tapi ada yang sampai berminggu-minggu lamanya.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan mengelola perasaannya sendiri dan orang lain. Kecerdasan ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk mempersiapkan diri lebih baik, membuat keputusan yang lebih baik, berpikir lebih kreatif, hingga memotivasi diri sendiri dan orang lain. Menurut psikolog anak, Seto Mulyadi, mengatakan perkembangan kecerdasan, kreativitas, dan kecerdasan emosional anak sangat dipengaruhi oleh berbagai rangsangan mental sejak usia dini.
Pada dasarnya anak-anak sebagai generasi yang unggul tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka sungguh memerlukan lingkungan yang subur yang sengaja diciptakan untuk itu, yang memungkinkan potensi mereka dapat tumbuh secara optimal. Dengan demikian, orang tua memiliki peran penting untuk menciptakan lingkungan tersebut guna merangsang segenap potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal. Untuk menjadikan anak cerdas dalam emosi dan spiritual, bisa dimulai sejak anak dalam kandungan.
Ketika masih dalam usia embrio, sang anak harus sering-sering di peluk, dicium, ataupun di belai lewat perut sang ibu. Kuncinya adalah rasa perhatian terhadap bayi yang ada dalam kandungan. Kalau perlu diajak berbicara atau bercerita pun tidak masalah. Mungkin kedengarannya sangat lucu atau terkadang dianggap aneh dengan mengajak bicara bayi dalam kandungan. Namun menurut kak Seto, sebenarnya cara ini sangat efektif dalam melatih rangsangan mental dalam membentuk pengalaman yang kaya. Perttumbuhan fisik bayi dalam kandungan tak hanya membutuhkan makanan yang bergizi.
Ia juga membutuhkan gizi mental yang tinggi bagi perkembangan kejiwaan, terlebih pada bayi yang baru dilahirkan. Peran seorang ayah pun tidak kalah penting. Ayah tetap bisa memberikan peran lewat pelukan, pijatan, dekapan, ataupun belaian sayang pada sang jabang bayi. Meskipun belum mengerti apa-apa, perlindungan dari ayah bisa dirasakan oleh sang anak. Kelahiran bagi seorang merupakan pengalaman traumatik yang pertama. Apabila bayi memperoleh sentuhan cinta yang hangat dalam awal kehidupan, ia merasa akan bahwa dunia yang barunya aman.


Sumber:
Koran Jakarta ( 24 Februari 2010 )

Penyeimbang Otak Kanan dan Otak Kiri

Teknologi dermatoglyphics memungkinkan orang tua mengetahui potensi dan bakat anaknya dengan cara yang lebih praktis dan jelas. Hanya dengan cara memindai sidik jari, potensi bawaan dan bakat yang dimiliki seorang anak bisa langsung terdeteksi. Setelah mengetahui bakat yang melekat dalam diri anak, tidak berarti orang tua tidak perlu mengasah bakat tersebut. Menurut Lydia Freyani Hawadi, guru besar besar fakultas psikologi Universitas Indonesia, diperlukan metode untuk mengasah dan menonjolkan bakat yang dimiliki anak.
Metode lain yaitu dengan cara mengptimalkan fungsi otak kanan dan kiri anak sering kali bekerja tidak seimbang. Begitu pun halnya dengan otak tengah sebagai penyeimbang antara otak kanan dan kiri. Otak kanan dan kiri tersebut harus digunakan secara seimbang untuk memperkaya keunggulan yang dimiliki anak. Untuk mengoptimasikan otak tengah, dilakukan dengan teknik-teknik stimulasi tertentu. Brain Child Learning ( BCL ) telah mengembangkan salah satu metode mengoptimalkan potensi dan bakat tersembunyi anak-anak.
Salah satu kegiatan tersebut adalah permainan kartu berwarna-warni yang dapat mendorong anak berpartisipasi menjawab teka-teki sederhana. Permainan visualisasi itu dapat pula meningkatkan konsentrasi anak. Pelatihan itu bukan sekedar permainan kartu biasa, melainkan bisa mengoptimalkan fungsi kognitif dari otak kiri dan otak kanan anak. Selain permainan kartu, ada pelatihan gerak tubuh atau kinestetik untuk menyinkronkan otak kiri dan kanan. Conyoh sederhananya ialah, memutar-mutar lengan tangan kanan dan kiri di depan tubuh dengan arah yang berlawanan.
Kegiatan lain yang juga bisa dilakukan ialah pelatihan dengan menggunakan smart wave system. Pelatihan itu dilakukan untuk mengaktifkan potensi berpikir dan memungkinkan beberapa anak terampil membaca atau melihat dengan mata tertutup. Dalam pelatihan smart wave system, anak diminta duduk selama lima menit untuk mendengarkan musik yang dirancang secara khusus, mulai dari nada-nada lembut hingga nada-nada bertempo cepat. Musik tersebut memuat frekuensi gelombang alpha, beta, delta, dan theta yang dapat menstimulasi kerja otak tengah.


Sumber:

Koran Jakarta ( 24 Februari 2010 )

Membangun Motivasi

Banyak anggapan motivasi adalah pemberian, “saya butuh dimotivasi dahulu, baru saya akan berubah”. Kalau tidak berubah, dengan mudahnya kita menyalahkan situasi dan keadaan atas kondisi keterpurukan yang kita alami. Sehingga kita merasa perlu untuk dipengaruhi, diajak untuk membangkitkan kembali semangat kita untuk bisa kembali kepada keadaan semula. Terkadang kita masih menyerahkan keadaan kita kepada orang lain, sehingga menganggap bahwa orang lainlah yang bertanggung jawab atas hidup kita.

Butuh suatu kesadaran akan perlu adanya perubahan yang dilakukan, dimana perubahan itu merupakan pilihan kita bukan pilihan orang lain. Kita bisa belajar dari pengalaman hidup motivator, misalnya Andrie Wongso dimana ia mampu menginspirasikan orang lain berdasarkan pilihannya untuk tidak mudah putus asa dan membuat segala sesuatu yang dihadapinya menjadi luar biasa. Banyak dari para motivator yang berusaha mencari SINGA yang tidur di dalam dirinya. Cara membangkitkannya adalah mengetahui karakteristik pribadi, gali motivasi, kenali minat dan potensi yang dimiliki, dan cari sarana dan wadah yang selaras dengan ketiga hal di atas.

  1. Kepribadian

Manusia sebagai individu yang unik, memiliki kelemahan dan kelebihan yang berbeda-beda. Namun sebagian besar orang masih belum menyadari secara spesifik jenis dan karakter kepribadian mereka. Sehingga banyak muncul adanya kebimbangan dalam diri, tertekan karena merasa terjebak dalam pekerjaan atau kegiatan yang tidak sesuai, selalu gagal dalam melakukan sesuatu, tidak pernah dipromosi, dan sebagainya. Untuk itu, perlu terlebih dahulu kita memahami bagaimana karakter kita, kekuatan dan kelemahan pribadi yang kita miliki.

Ada beberapa orang yang bersifat pendiam, pasif, sementara lainnya ada yang ceria, ambisius, setia, suka bergaul, dan sebagainya. Beberapa di bawah ini adalah ciri kepribadian: (a) ekstrovert dan introvert, (b) indrawi ( sensing ) dan intuitif ( intuitive ), (c) pemikir ( thinker) perasa ( feling ), dan (d) penilai ( judging ) dan pengertian ( perceiver ). Untuk seorang pemimpin, perlu adanya wawasan untuk mengetahui pendekatan atau situasi apa yang dapat membangkitkan motivasi dari masing-masing bawahannya.Misalnya, seorang ekstrovert akan merasa sangat termotivasi jika ia di dengarkan, di tanggapi, dan diberikan pujian atas apa yang dilakukannya.

  1. Motivasi

Dalam bekerja atau melakukan sesuatu, pasti ada dorongan yang kita sebut motivasi. Motivasi dapat berasal dari dalam diri kita atau dari luar. Menurut Abraham Maslow, motivasi didasari adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan kita, mulai dari yang palind dasar yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan yang terakhir kebutuhan akan aktualisasi diri. Setelah paham akan kelemahan dan kelebihan kita, sadari bahwa itu semua tidak cukup jika tidak disalurkan.

Pemberdayaan SINGA tidak akan optimal tanpa adanya AKSI dan tindakan tersebut secara aktif secara terus-menerus. Mengapa demikian? Karena hidup itu adalah proses belajar, kita perlu memupuk dan menjaga dorongan yang kita miliki agar kita tidak berhenti untuk maju. Misalnya dengan membaca buku-buku pengalaman hidup. Minat adalah sesuatu yang perlu kita perhatikan saat menentukan jenis aktivitas atau pekerjaan apa yang kita pilih. Seseorang akan menjadi mudah bosan, jenuh, dan tidak bahagia ketika melakukan kegiatan yang tidak ia sukai.

  1. Wadah dan Sarana

Agar SINGA semakin mengaum, maka kita butuh penyaluran berupa wadah atau sarana. Misalnya dengan melakukan pekerjaan, kegiatan pelayanan, kegiatan organisasi, dan sebagainya. Dalam melakukan kegiatan, kita akan berhubungan dengan berbagai macam karakter individu atau kelompok atau budaya yang beragam. Disinilah sarana kita untuk berlatih, saling memberikan energi dan belajar dari orang lain. Prinsip yang perlu diterapkan dalam melakukan interaksi antar individu adalah penerimaan dan berkembang bersama.

Artinya, dengan penerimaan kita bersedia untuk mengakui kelemahan dan kelebihan diri kita dan orang lain. Berkembang bersama artinya, dalam kebersamaan kita saling meningkatkan kemampuan diri, membantu dan belajar dari interaksi yang dilakukan. Satu hal yang penting adalah orang lain, terutama pemimpin perlu peka terhadap poin-poin di atas. Sehingga ia mampu memaksimalkan potensi timnya dan membuat tim yang dikelola menjadi bahagia. Pemimpin mampu membuat anak buahnya bertanggung jawab untuk melakukan tugasnya, dan anggota melaksanakan tanggung jawabnya dan mengambil keputusan berdasarkan kewenangannya.

Sumber:

OTC DIGEST edisi 34 TAHUN III 9 JUNI 2009.

MENCEGAH KEKAMBUHAN KEJANG DEMAM

Risiko rekurensi ( kekambuhan ) kejang demam dengan terjadinya kejang pada usia dini, cepatnya anak mengalami kejang setelah demam timbul, suhu tubuh rendah saat kejang, dan riwayat KD. Data statistik menunjukkan bahwa setelah KD pertama, sekitar 33% anak akan mengalami satu kali ate lebih. Sedangkan anak yang menderita KD kemudian diikuti dengan kejang tanpa demam, berisiko lima kali lebih besar menderita retardasi mental. Karena itu, KD harus segera diatasi agar tidak terjadi rekurensi dan juga agar KD tidak berlangsung lama.
Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua sebagai pertolongan pertama yaitu: (1) Baringkan anak di tempat yang datar dengan posisi miring bukan telentang. Posisi tubuh anak dengan kepala usahakan sejajar atau sedikit lebih rendah. Hal ini dimaksudkan air liur atau muntah dari mulut, sehingga anak tidak tersedak dan tidak menyumbat jalan nafas, (2) Pastikan jalan nafas anak lancar. Segera longgarkan pakaian dan lepas semua atribut yang menghambat saluran pernafasan. Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut anak agar tetap terbuka, karena benda tersebut justru dapat menghambat jalan nafas.
(3) Untuk mencegah luka, jauhkan benda-benda keras dan tajam dari anak. (4) Anak jangan dipegangi untuk melawan kejang. Umumnya, sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus. Namun, jika kejang terus berlanjut selama lebih dari lima menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. (4) Bila tersedia, berikan obat antikejang diazepam untuk menghentikan kejang terutama bila kejang berlangsung lebih dari lima menit. (5) Setelah kejang berhenti, anak perlu dibawa ke dokter untuk meneliti penyebab demam.
Terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat atau anak tampak lemas. Selain pertolongan pertama, hal yang tidak kalah penting adalah segera membawa anak ke dokter. Secara umum pemberian obat-obatan jangka panjang untuk mencegah berulangnya KD jarang sekali dibutuhkan. Obat itu hanya dapat diresepkan setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis. Obat yang dapat digunakan sebagai profilaksis ( pencegahan ) berulangnya KD adalah obat antikejang diapezam per oral atau rectal secara berkala, saat onset demam ( rentang waktu antara mulai timbulnya demam dengan timbulnya kejang ).

ANTIREPTIK
Setelah anak yang mengalami KD sadar kembali, harus diupayakan untuk menurunkan suhu tubuhnya. Pertama, kemungkinan terjadinya dehidrasi ( kekurangan cairan tubuh ). Ketika mengalami demam, terjadi peningkatan penguapan cairan tubuh sehingga anak bisa kekurangan cairan. Kedua, demam menyebabkan kekurangan oksigen. Ketiga, demam di atas 42 derajat celcius, dapat menyebabkan kerusakan saraf meski jarang terjadi. Demam tinggi pada anak dapat diatasi dengan cara memberi obat antipiretik dan kompres hangat.
Kompres hangat ditujukan untuk menurunkan suhu di permukaan tubuh. Turunnya suhu ini diharapkan terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan dilakukan dengan kompres yang dingin, karena dapat menyebabkan korslet di otak. Beberapa golongan obat antipiretik yang beredar di pasaran, meliputi parasetamol ( acetaminophen ), asetosal ( aspirin ) dan ibuprofen. Khasiat ketiga obat tersebut sama.
Perbedaannya terletak pada derajat kemampuannya sebagai antipiretik dan antinyeri, serta efek sampingnya. Berdasarkan rekomendasi WHO, pemakaian obat antipiretik parasetamol lebih tepat untuk meredakan demam pada anak. Meski daya antipiretiknya tidak sekuat obat antipiretik lain, parasetamol terbukti lebih aman bagi anak. Tidak kalah pentingnya adalah menjaga cairan tubuh anak yang sedang demam. “Demam menyebabkan dehidrasi, maka dianjurkan agar setelah anak sadar kembali, beri dia banyak minum dan makan-makanan berkuah atau buah-buahan yang banyak mengandung air. Dengan begitu, cairan tubuh yang menguap akibat suhu tubuh tinggi bisa cepat diganti.

Tips Menurunkan Demam
MENURUNKAN suhu tubuh anak yang mengalami demam, akan membuatnya lebih nyaman sekaligus risiko terjadinya kejang demam. Lepaskan pakaian anak dan berilah dia banyak minum. Baringkan anak di ruangan yang sejuk, usap kepala dan tubuhnya dengan air hangat. Bila usia anak di atas 2 bulan, berikan parasetamol dengan dosis sesuai anjuran. Bila demamnya tidak mereda dan usia anak lebih dari 6 bulan, dapat diberikan ibuprofen sesuai dosis anjuran.

PEMERIKSAAN LANJUTAN KEJANG DEMAM
Dalam sebuah penelitian, sumber demam pada KD antara lain infeksi virus, radang telinga, tonsillitis ( radang tonsil ), infeksi saluran kemih, gastroenteritis, infeksi paru-paru ( saluran nafas bagian bawah ), meningitis dan pasca imunisasi. Ditemukan bahwa penyebab tersering adalah infeksi virus dan yang terjarang adalah imunisasi.
Beberapa pemeriksaan lanjutan yang direkomendasikan bagi penderita KD, antara lain:
• Fungsi lumbar, adalah pemeriksaan cairan serebrospinal ( cairan yang ada di otak dank anal tulang belakang ), untuk meneliti kecurigaan terjadinya meningistis.
• EEG ( electroencephalogram ), adalah pemeriksaan gelombang otak, untuk meneliti ketidaknormalan gelombang.
• Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber demam, tidak sekedar sebagai pemeriksaan rutin. Pemeriksaan yang dilakukan pada KD pertama, antara lain pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnesium atau gula darah.
Neuroimaging ( pencitraan system saraf ). Tidak dianjurkan pada KD yang terjadi untuk pertama kalinya.

Tidak selalu karena imunisasi meski imunisasi dapat menimbulkan demam, imunisasi jarang diikiti KD. KD pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih besar, daripada kejang demam pada umunya. KD pasca imunisasi, kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya.

Sumber:
OTC DIGEST edisi 34 TAHUN III 9 JUNI 2009.

Rabu, 07 April 2010

Autisme

  1. Definisi Autisme

Autisme adalah salah satu ( yang paling dikenal ) diantara beberapa gangguan perkembangan pervasif yang ditandai dengan keterlambatan dan gangguan yang parah pada beberapa area perkembangan, seperti pada interaksi sosial, komunikasi, dengan orang lain, perilaku bermain, aktivitas sosial, dan minat sehari-hari. Beberapa penyandang autisme juga mengalami retardasi mental taraf sedang.

1. Harus ada sedikitnya 6 gejala dari ( a ), ( b ), dan ( c ) dengan minimal 2 gejala dari ( a ) dan masing-masing 1 gejala dari ( b ) dan ( c ).

Secara lebih jelas DSM-IV mendefinisikan autisme dengan kriteria berikut:

  1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.

Minimal harus ada 2 gejala dari gejala di bawah ini:

- Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai; kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik yang kurang terarah

- Tidak bisa bermain dengan teman sebaya

- Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain

- Kurangnya hubungan emosi dan sosial yang timbal balik

  1. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi, seperti ditunjukkan oleh minimal satu dari gejala-gejala berikut:

- Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tidak berkembang ( tidak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara )

- Bila bisa bicara, biasanya tidak di pakai untuk berkomunikasi

- Sering menggunakan bahasa yang aneh-aneh dan di ulang-ulang

- Cara bermain kurang bervariasi, kurang imajinasi, dan kurang bisa meniru

  1. Memiliki pola yang dipertahankan dan di ulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Sedikitnya harus ada satu dari gejala berikut ini:

- Mempertahankan 1 minat atau lebih, dengan cara yang khas dan berlebih-lebihan

- Terpaku pada kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya

- Ada gerakan-gerakan yang aneh, khas, dan di ulang-ulang

- Sering terpukau pada bagian-bagian benda tertentu

  1. Sebelum umur tiga tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang:

- Interaksi sosial

- Berbicara dan berbahasa

- Cara bermain yang kurang variatif

  1. Bukan disebabkan oleh sindroma Rett atau gangguan disintergrasi masa kanak-kanak.

2. Terapi Untuk Anak Autisme

Penatalaksaan yang terpadu harus segera dilakukan jika diagnosa autisme sudah ditegakkan. Dengan tata laksana yang terpadu dan intensif gejala-gejala autisme dapat dikuranngi, bahkan mungkin dihilangkan sehingga penyandangnya diharapkan dapat hidup mandiri dan berbaur dengan masyarakat.

3.Faktor Penentu Keberhasilan Terapi Autisme

* Berat atau ringannya gejala. Semakin berat gejala, terapi semakin sulit berhasil.

* Usia saat mulai terapi. Semakin besar usia anak ketika mulai diterapi maka keberhasilannya semakin menurun.

* Kecerdasan anak. Anak yang mengalami retardasi mental tentu saja memerlukan waktu dan intensitas terapi yang lebih besar dibandingkan penyandang autisme dengan kecerdasan normal.

* Kemampuan berbicara dan berbahasa. Tidak semua penyandang autisme dapat mengembangkan fungsi bicara dan bahasanya. Bagi mereka yang fungsi bahasa dan bicaranya berkembang lebih baik tentu saja proses terapinya lebih mudah.

* Intensitas terapi. Terapi yang lebih sering cenderung akan lebih berhasil.

4. Terapi Pada Anak Autisme

Terapi pada anak autisme yang sebaiknya dilaksanakan secara terpadu antara lain:

- Terapi medikametosa ( terapi dengan obat-obatan )

- Terapi wicara

- Terapi perilaku

- Pendidikan Khusus

- Terapi okupasi ( jika perlu )

Sumber:

Psikologi anak ( Lusi Nuryati, S. Psi., M.Si ), PT indeks, Jakarta 2008.