Kamis, 03 Juni 2010

Patologi Bicara
Berbagai patologi bicara mencakup gagap, disfemia, berbicara tidak jelas, eksplosif, dan sakato. Afasia, disartia, dan disfasia mungkin merupakan bagian dari penyakit itu, misalnya stoke atau cedera kepala ( disleksia ).
1. Afasia
Afasia adalah gangguan bahasa yang terjadi akibat kerusakan otak, terutama karena gangguan linguistik. Istilah ini tidak mencakup gangguan dalam pemahaman atau ekspresi bahasa yang khususnya disebabkan penyakit jiwa ( termasuk psikosis, demensia, atau kebingungan ), atau gangguan pendengaran atau kelemahan otot. Terdapat beberapa sistem klasifikasi, tetapi istilah yang paling sering digunakan adalah afasia ekspresif dan afasia reseptif. Afasia ekspresif ditandai oleh kesulitan dalam manghasilkan bahasa. Sebaliknya, afasia reseptif ditandai oleh gangguan dalam pemahaman bahasa dan terjadi dengan derajat keparahan bervariasi. Anomia adalah kesulitan dalam menemukan kata yang terjadi pada banyak terjadi pasien afasia.
Pemeriksaan klien afasia
Bicara lancar ( afasia reseptif, konduktif, atau nominal )
1. Menyebut nama-nama benda.
Klien dengan afasia nominal, konduktif, atau reseptif sukar menyebutkan nama-nama benda.
2. Repetisi
Klien dengan afasia konduktif dan reseptif tidak dapat mengulangi pesan bahasa.
3. Komprehensi
Hanya klien afasia reseptif yang tidak dapat mengikuti perintah ( verbal atau tertulis ).
4. Membaca
Klien dengan lesi posterior dari area wernike menderita disleksia.
5. Menulis
Klien afasia konduktif sulit menulis ( disgrafia ) sedangkan klien dengan afasia reseptif isi tulisannya abnormal. Bicara tidak lancar ( afasia ekspresif )

1. Menyebut nama-nama benda
Sukar dilakukan, tetapi lebih baik daripada bicara spontan.
2. Repetisi
Mungkin dapat dilakukan dengan usaha yang keras.
3. Komprehensi
Normal, perintah tertulis dan verbal dapat diikuti.
4. Tulisan
Disgrafia dapat ditemukan.
5. Hemiparesis
Lengan lebih sering terkena daripada tungkai.

Sumber: Nicholas J. Talley and Simon O’Connor, Pemeriksaan Klinis: Pedoman Diagnosis fisik, Jakarta: Binarupa Aksara, 1994.

2. Disartria
Disartia adalah gangguan berbicara yang terjadi karena gangguan kontrol otot mekanisme bicara akibat kerusakan susunan saraf dan perifer. Hilangnya kontrol otot mungkin berupa kelemahan, perlambatan, atau non-koordinasi. Melibatkan pernapasan, fonasi, artikulasi, resonansi, dan prosodi. Tidak lagi ditemukan kelainan isi percakapan, tetapi terdapat kesulitan artikulasi. Penyebab disartria adalah intoksikasi alkohol. Disartria juga dapat juga disebabkan oleh penyakit serebellum, karena kehilangan koordinasi yang menyebabkan yang sering menyebabkan berbicara eksplosif atau bicaranya terpenggal-penggal yang disebut dengan scanning speech.
3. Disfasia atau Afasia
Empat tipe utama adalah reseptif, ekspresif, nominal, dan konduktif.
a. Disfasia reseptif ( posterior )
Klien tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis, tidak dapat memahami setiap perintah atau pertanyaan yang diajukan, dan bicaranya lancar tetapi tidak terorganisir.
b. Disfasia ekspresif
Klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak lancar.
c. Disfasia nominal
Semua jenis tipe disfasia menyebabkan kesulitan menyebutkan nama-nama benda. Kelainan ini disebabkan oleh lesi pada daerah temporoparietal posterior kiri. Penyabab lainnya juga meliputi ensefalopati atau efek tekanan antrakranial dari lesi desak ruang. Oleh karena itu, makna lokalisasinya masih diragukan.
d. Disfasia kondusif
Tidak dapat mengulangi kalimat-kalimat dan sulit menyebut nama-nama benda, tetapi dapat mengikuti perintah. Kelainan ini disebabkan oleh lesi pada fasikulus arkuatus yang menghubungkan area Wernicke dan area Broca.

Aplikasi Praktik Disfasia
Disfasia biasa disebut afasia, yaitu gangguan bahasa bukan gangguan intelektual. Gangguan ini paling sering terjadi setelah stroke sisi-kiri, meskipun bisa juga akibat cedera kepala atau bedah saraf. Disfasia dapat mempengaruhi kemampuan seseorang memahami dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dirinya. Umumnya orang yang mengalami disfasia mengalami gangguan baik dalam pemahaman atau ekspresi, meskipun derajat gangguan pada setiap orang berbeda. Disfasia menimbulkan dampak besar pada banyak aspek kehidupa, yaitu pekerjaan dan aktifitas waktu luang, serta pada hubungan antar pribadi.


Sumber:
Ensiklopedia Keperawatan oleh Chris brooker
Buku Ajar Asuhuhan Keperawatan dengan Gangguan sistem Saraf oleh Arif Muttaqin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar