Sabtu, 05 Juni 2010

INKONTINENSIA

Inkontinensia atau urinary incontinence adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu lagi mengontrol keinginan buang air kecil, sehingga urine keluar secara tidak sengaja. Hal ini dapat menimbulkan rasa malu dan mengurangi kebersihan. Beberapa penderita mengalami gejala seperti keinginan mendesak untuk urinasi atau terlalu sering urinasi. Kondisi ini dikenal sebagai “overactive bladder” ( kantung kemih yang terlalu aktif ). Meskipun inkotinensia bukan bagian dari proses normal penuaan, namun kecenderungannya meningkat pada mereka yang berusia lanjut. Wanita lebih beresiko mengalami inkontinensia dibandingkan pria.

Lima Tipe Inkontinensia

- Stress incontinence

Terjadi akibat berkurangnya kekuatan otot di mulut kantung kemih, sehingga urine dapat keluar ( menetes ) ketika yang bersangkutan batuk, tertawa, atau mengangkat sesuatu. Jenis ini lebih sering terjadi pada wanita 50 tahun atau lebih dan dapat berkaitan dengan menopause.

- Urge incontinence

Terjadi akibat ketidakstabilan otot detrusor, sehingga kantung kemih berkontraksi di luar keinginan. Penderita merasakan keinginan yang tiba-tiba untuk buang air kecil, diikuti dengan keluarnya urine dalam jumlah banyak sebelum yang bersangkutan berhasil mencapai toilet. Beberapa factor penyebab, yaitu: diabetes mellitus, batu di saluran kemih, infeksi kantung kemih, dan pengangkatan prostat.

- Overflow incontinence

Terjadi akibat berkurangnya kekuatan kontraksi kantung kemih, sehingga kantung kemih menyimpan urine dalam jumlah besar sampai waktunya tidak sanggup lagi menahan urine lebih lama, sehingga terjadi urinasi dalam jumlah sangat banyak. Overflow incontinence ini lebih sering terjadi pada usia lanjut, khususnya yang mengalami pembesaran prostat.

- Functional incontinence

Terjadi akibat gangguan fisik atau psikologis untuk mencapai toilet, sehingga urine tumpah sebelum sampai di toilet. Faktor penyebabnya yaitu: arthritis parah, Alzheimer, letak toilet terlalu jauh, dan depresi.

- Latrogenic incontinence

Terjadi akibat efek atau afek samping obat misalnya kafein, diuretic. Penderita dapat mengalami inkotinensia campuran dalam waktu bersamaa, misalnya stress dan urge incontinence.

Terapi Inkontinensia

  • Bladder retraining

Berfungsi untuk urge dan stress incontinence, dilakukan dengan cara melatih diri sendiri untuk mengosongkan kantung kemih berdasarkan jadwal, misalnya setiap 30 menit, meskipun belum ada keinginan untuk buang air kecil. Selanjutnya periode ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai 3 jam. Penderita juga dianjurkan berhenti minum 2-4 jam sebelum tidur, khususnya jika penderita mengompol pada malam hari.

  • Senam Kegel

Untuk menguatkan otot panggul, bermanfaat untuk penderita incontinence. Caranya, melatih untuk menahan dan membuat rileks otot pelvic floor. Ketika penderita berbaring, berdiri atau duduk yang bersangkutan berlatih menahan kontraksi selama 10-15 detik. Hal ini dilakukan sebanyak 20x, diulang 3-4 kali selama minimum 6 minggu.

Sumber:

D:\Train_manal\geriatri-08.docxx

Pharmacy Times, Sep 2003

PDR Electronic Library, 2006

www.Phsicianselect.com

www.mayoclinic.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar