Sebut saja Adit, salah satu kontestan idola cilik yang membawakan lagu bukan cinta biasa- nya Afgan. Penghayatan dan pembawaan yang ditampilkan, membawa ia untuk maju ke tahap selanjutnya. Sementara itu suara Olivia melengking bak rocker, yang membawakan lagu band kotak yang berjudul beraksi. Olah vokal itu bukan tanpa masalah. Dalam kaitan dengan kesehatan, anak-anak yang menyanyikan lagu orang dewasa, apalagi dengan nada tinggi, bisa terkena dampak kurang baik. Bukan cuma kesehatan fisik, tetapi juga psikis. Apalagi di tengah tuntutan industri yang kejar tayang.
Menurut salah satu dokter spesialis THT ( telinga, hidung, dan tenggorokan ) di salah satu rumah sakit swasta di daerah Jakarta selatan mengatakan bahwa, berlatih vokal terlalu keras bisa mempengaruhi kesehatan pita suara pada anak yang melakukannya. Pita suara si anak diindikasi menjadi tebal, sehingga tidak bisa menutup sempurna. “Jadi bocor dan mengakibatkan suara serak”. Diketahui bahwa mekanisme suara itu timbul akibat pita suara yang saling mendekat yang diatur otot-otot intrinsik. Hal ini diikuti tekanan udara dari paru-paru ke atas untuk membuka celah yang tertutup di antara dua pita suara tenggorok, mulut, dan hidung ( resonansi suara ). Untuk menghadapi suara keras, kualitas kerja pita suara dan otot-otot itu bakal lebih dari biasanya.
Pita suara yang kerap mendekat satu sama lain dengan cara tidak benar bisa menimbulkan gesekan permukaan pita suara. Dari situlah terjadi penebalan permukaan pita suara, seperti nodule, bongkol, polip, atau tukak. Tetapi tidak menyebabkan kanker. Namun salah satu dokter lain menyebut, bahwa bongkol itu menjadi kronis jika selama berminggu-minggu tidak hilang. Dalam istilah medis disebut dengan singer’s nodules. Umumnya terjadi karena keletihan pita suara yang kronis. Dalam beberapa kasus tindakan yang dilakukan adalah operasi. Kasus singer’s node sendiri, biasanya menimpa mereka yang sering cas cis cus dalam kegiatan sehari-hari, seperti penyanyi, guru, dan pengkhotbah.
Sebaiknya dalam bernyanyi, pilih lag yang sesuai dengan kemampuan tipe vocal, misalnya jenis vokal perempuan, yaitu dari nada rendah ke nada tinggi. Dengan urutan dari alto, mezosopran, kemudian sopran. Sedangkan pada laki-laki, dari bas, bariton, kemudian tenor. Kemampuan vocal setiap individu tergantung ukuran pita suara mereka. Tinggal bagaimana suara itu di olah dengan latihan yang sesuai. Apabila pada dasarnya mampu menghasilkan suara bernada tinggi, tidak usah kerja keras lagi untuk mencapainya.
“Untuk itu, jangan dipaksakan bila kemampuan bersuara anak terbatas. Bukan hanya soal pita suara. Menyanyikan lagu dewasa oleh anak-anak juga berdampak pada psikologis. Psikolog anak, Fabiola Priscilia Setiawan, MPsi, mengatakan bahwa menyanyikan lagu dewasa tidak sesuai dengan perkembangan psikologis anak. Anak dipaksa untuk berpikir seperti orang dewasa, “ujar dosen Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya. Meski si anak berbakat menyanyi, orang tua perlu memperhatikan bagaimana cara menyalurkan bakat itu. Misalnya dengan menyanyikan lagu yang sesuai dengan usia si anak, sehingga mudah dihayati. Salain itu juga, anak jangan sampai tidak mendapat haknya untuk bebas bermain. Apalagi sampai tertekan karena tuntutan lingkungan , “Cuma karena orang tua ingin anaknya menjadi bintang terkenal”.
PERKEMBANGAN SUARA:
1. Sejak anak-anak, kualitas suara mengalami perkembangan maturitas.
2. Rentang suara dan timbre-warna suara-anak-anak berbeda dengan orang dewasa
3. Anak laki-laki dan perempuan sebelum masa pubertas mempunyai rentang suara serta timbre yang serupa, baik ukuran maupun struktur pitanya.
4. Struktur laring ( kotak suara ) pada anak-anak lebih panjang.
KARAKTERISTK SUARA
1. Karakteristik suara secara individu digambarkan dalam bentuk pitch, intensitas, dan kualitas.
2. Pitch merupakan titik nada suara seseorang, yaitu tinggi, rendah, monoton, dan bagaimana polanya saat suaranya di ulang.
3. Gangguan terjadi apabila penggunaan pitch tidak benar, tidak sesuai dengan usia maupun gender.
4. Kerasnya suara merupakan gambaran volume suara seseorang.
Sumber: Koran tempo; Rabu, 23 Desember 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar