Minggu, 14 Februari 2010

Mengintip Bakat Besar di Balik Gangguan Perilaku

Tidak semua anak berbakat punya perilaku layaknya anak-anak normal. Ada juga di antara mereka yang memiliki gangguan autisme dan pemusatan perhatian. Sebagai contoh, saat berusia batita Jason di kenal sebagai bocah hiperaktif dan ADHD ( gangguan pemusatan perhatian). Ia tidak pernah bisa diam dan kadang-kadang menunjukkan agresivitasnya. Ia sangat hobi mengutak-ngatik sekaligus merusak atau menghancurkan barang-barang di rumahnya. Karena sikapnya itu, orang tua Jason membiarkan rumahnya kosong melompong. Di balik itu, Jason juga termasuk sosok pendiam dan sulit bergaul. Namun, tak di ada yang menyangka, bocah hiperaktif seperti Jason ternyata memiliki kelebihan super yang tak dimiliki anak-anak seusianya.
Kecerdasannya di bidang matematika luar biasa. Tak heran jika di usia 10 tahun ia sudah bisa masuk SM[P dan di usia 13 tahun ia sudah duduk di bangku kelas 2 SMU. Menurut Dr. Reni Akbar Hawadi, M.Psi., salah satu pengajar di fakultas psikologi Universitas Indonesia mengatakan bahwa Jason termasuk kategori anak-anak gifted ( berbakat ) sekaligus handicapped ( memiliki hambatan ). “Di satu sisi, dia juga merupakan sosok hiperaktif yang di tandai dengan berbagai perilaku agresifnya. Di sisi lain, ia juga merupakan seorang yang jenius karena memiliki IQ 145 poin, selain kreativitasnya yang tinggi.
Anak berbakat adalah mereka yang memiliki kelebihan di atas anak-anak normal. Kelebihan itu pun setidaknya mencakup tiga hal, yaitu IQ tinggi, kaya kreativitas, dan motivasi kuat yang sebagian sudah bisa ditunjukkan di usia batita.

• IQ tinggi
IQ tinggi ditandai dengan ingatan yang kuat. Otaknya seolah berfungsi bak mesin pemotret. Kalau orang tua menjelaskan berbagai jenis kendaraan kepada si anak, contohnya, maka keesokan harinya ia sudah mampu mengingat dan menyebutkan semua kendaraan yang dijelaskan tadi sampai detail. Selain itu, perbendaharaan katanya relatif luas atau banyak, sehingga biasanya gemar menimbrung ketika orang tuanya bercakap-cakap. Ia pun mampu berpikir logis dan kritis, sehingga saat menginjak usia prasekolah ia sudah mampu memecahkan soal-soal aljabar sederhana. Kejeniusannya terlihat dari kesenangannya mempelajari berbagai bacaan tebal seperti kamus, ensiklopedi, dan sejenisnya, serta mampu memecahkan berbagai soal dengan cepat, selain cepat pula menemukan kesalahan maupun kekeliruan. Tak jarang anak juga menunjukkan kemampuan supernya seperti mampu membaca lebih cepat di usia yang relatif lebih muda disbanding anak sebayanya. Kadang kemampuan membaca ini muncul tanpa pernah diajari sebelumnya secara khusus.

• Kaya Kreativitas
Kreativitas ditandai oleh dorongan ingin tahu yang sangat besar, sering mengajukan pertanyaan yang berbobot, memberi banyak gagasan dan usulan terhadap suatu masalah, bebas saat menyatakan pendapat, memiliki rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, punya pendapat sendiri, dapat mengutarakan pendapatnya dan tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain, punya rasa humor yang tinggi, daya imajinasinya kuat, serta orisinalitasnya tinggi yang tampak kala ia mengungkapkan gagasan, buah pikiran, dan sejenisnya. Selain itu, ia juga mampu bekerja seendiri, senang mencoba hal-hal baru, dan mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan ( kemampuan elaborasinya bagus ).

• Motivasi Kuat
Tekun menghadapi tugas ( dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama dan tak mau berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan ( tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk menunjukkan prestasi, ingin mendalami materi atau bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin ( tak cepat puas dengan prestasi yang diraihnya), menunjukkan minat terhadap aneka masalah “orang dewasa”, semisal soal pembangunan korupsi, keadilan, dan sebagainya. Ia pun senang dan rajin belajar serta penuh semangat, hingga cepat bosan pada tugas-tugas rutin, memiliki orientasi pada tujuan-tujuan jangka panjang disamping bisa menunda pemuasan kebutuhan sesaat. Singkatnya, “jika seorang anak memiliki tiga kriteria tersebut, maka ia termasuk anak berbakat.

Saat ini memang terjadi perdebatan besar mengenai anak-anak berbakat ( gifted ) dengan disability learning ( kesulitan belajar ). Sayangnya, berbagai gangguan dan kekurangan yang ditunjukkan sang anak kerap menutup mata orang tua untuk melihat berbagai kelebihan dibaliknya.

BELUM POPULER
Memang tidak semua anak autis memiliki kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak-anak gifted. Penyandang autisme umumnya memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata, bahkan 70% di antaranya menunjukkan retardasi mental. Mereka juga kurang mampu berkonsentrasi, sehingga memerlukan terapi secara rutin. Kendati begitu, tidak sedikit penyandang autisme ataupun anak hiperaktif yang memiliki bakat luar biasa dan ber-IQ tinggi. Sepintas, anak-anak ini umumnya terlihat hiperaktif, ceroboh, pembosan dan kadang agresif. Padahal, dalam dirinya terdapat potensi yang sangat besar.
Itulah mengapa, cara pandang bahwa keberbakatan hanya bisa dimiliki anak-anak normal harus diubah. Anak berbakat tidak mengenal batasan negara, strata sosial, dan berbagai kekurangan ataupun gangguan perilaku yang dimiliki seorang anak. Kalau sudah takdir gifted, berarti tetap gifted. Memang kategori gifted-handicapped masih belum popular di Indonesia. “Ini berbeda dengan negara-negara maju seperti Amerika dan Australia. Mereka sudah memiliki perkumpulan khusus yang menangani anak-anak gifted sekaligus memiliki gangguan seperti autis dan hiperaktif atau gifted-handicapped.”

PERBEDAAN AUTIS DAN GIFTED-HANDICAPPED
Menurut Reni, membedakan anak autis sekaligus gifted bukan perkara mudah. “Namun orang tua yang memiliki anak gifted-handicapped biasanya akan bisa merasakan adanya kelebihan-kelebihan yang dimiliki buah hatinya”. Seorang ibu yang sempat “mencurigai” kelebihan-kelebihan yang dimiliki batitanya yang autis. Si anak hiperaktif, tak mau menoleh kalau dipanggil, tapi sudah menguasai beberapa program sederhana di komputer. Akhirnya, setelah melalui pemeriksaan di luar negeri, anak tersebut dikategorikan sebagai gifted-handicapped child.
Memang sayang, instrument penelitian untuk mengetahui keakuratan gifted-handicapped belum ada di Indonesia. “Alhasil, jika ingin mengetahui anaknya gifted atau tidak, harus melalui pemeriksaan di negara-negara maju seperti Singapura, Belanda, dan Australia”. Jadi bukan perkara mudah untuk menentukan apakah seorang anak berbakat atau tidak, termasuk pada anak autis. Namun, tanpa perangkat tes sebetulnya bisa saja keberbakatan ini dilihat dan diukur dari performa anak secara kasat mata. Contoh konkretnya, meski konsentrasi anak-anak autis cepat buyar dan perhatiannya mudah teralih, tapi di dalam bidang tertentu ia bisa mencurahkan konsentrasinya. Misalnya, anak batita yang bisa mengoperasikan beberapa program komputer yang relative sulit untuk anak seusianya.

BUTUH PENANGANAN KHUSUS
Anak-anak berbakat kerap kali memiliki gangguan itu, ungkap Reni dan Astri salah satu psikolog dari Essa Consulting group memang perlu penanganan khusus. Kecepatannya dalam menerima pelajaran, contohnya, membuat mereka tak bisa disamaratakan dengan anak-anak normal lainnya. Jika anak lain masih berkutat di materi A, maka anak gifted sudah bisa menguasai materi C. Demikian halnya dengan anak-anak gifted-handicaped. Hal ini berlaku baik saat terapi maupun saat menstimulasi kognisi si anak. Untuk terapi, misalnya, anak-anak gifted-handicaped tidak bisa disamaratakan dengan anak-anak autis pada umumnya. Kecepatannya menerima materi terapi membuat anak gifted-handicapped cepat bosan. Tak heran jika mereka biasanya tidak mau di terapi yang ditunjukkan denan sikap marah, kerewelan, atau menangis saat di terapi. Meski begitu ia sangat menguasai materi pada saat terapi dilakukan.

STIMULASI YANG BISA DIBERIKAN
Psikolog menganjurkan orang tua dengan anak-anak seperti itu untuk banyak memberikan penjelasan tentang segala sesuatu yang dirasa menarik untuk si kecil. Misalnya saat turun hujan, orang tua mampu menjelaskan mengapa bisa terjadi fenomena alam seperti itu. Jelaskan dengan cara sederhana dan singkat. Begitu juga saat melihat berbagai hal menarik yang diamati di televisi. Orang tua cukup menerangkannya secara singkat kepada si anak, sebab tak jarang konsentrasi anak-anak gifted ini pendek sehingga cepat bosan. Jangan segan-segan pula membacakan berbagai cerita menarik kepada si kecil. Setelah itu, biarkan ia menanggapinya. Agar kreativitasnya semakin terasah, orang tua juga bisa mengajukan berbagai pertanyaan kritis kepada anak. Lengkapi juga fasilitas keluarga dengan sarana dan prasarana yang mengandung unsur edukasi, seperti buku-buku pengetahuan dan fiksi, video, mainan, alat-alat musik, alat lukis, alat permainan aktif seperti bola kaki, bola basket lengkap dengan jaring, dan sebagainya. Dengan sarana edukasi tersebut, orang tua bisa menyalurkan bakat si kecil lebih lanjut. Jika terlihat berbakat melukis, contohnya orang tua bisa memasukannya ke sanggar lukis khusus untuk anak.


Sumber:
Psikologi komunikasi
Majalah inspire kids
Pusat keberbakatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar