Orang tua mana yang tidak ingin anaknya tumbuh cerdas? Yang perlu dipahami, kecerdasan anak ternyata harus dibentuk sejak masih dalam kandungan. Disini peran ibu sangatlah besar. Ibu harus mengerti betul soal gizi buat dirinya maupun bayi yang telah lahir. Supaya bayi selain sehat juga bertumbuh tingkat kecerdasannya. Otak terletak di dalam tengkorak yang berhubungan langsung dengan sumsum tulang belakang, serta membentuk suatu system saraf pusat. Dibandingkan dengan seluruh berat badan, berat otak hanya mencapai 2-3 persen. Tetapi peranan otak sangat besar dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun beratnya sangat kecil, tetapi kebutuhannya akan oksigen dan glukosa paling banyak dibandingkan dengan organ-organ lainnya.
Pada orang dewasa, diperlukan 600 mililiter oksigen (25 persen dari total konsumsi oksigen oleh tubuh) dan 100 mililiter glukosa per menit. Kebutuhan sebanyak itu harus dibawa oleh satu liter darah (20 persen dari seluruh darah yang dikeluarkan jantung setiap menit) yang mengalir ke otak. Terhentinya aliran darah selama tiga menit saja dapat mengakibatkan kerusakan sel otak, sedangkan aliran darah yang berhenti selama lebih dari sembilan menit akan mengakibatkan kematian. Susunan otak sangat rumit, tetapi secara sederhana dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu otak besar (cerebrum) dan otak kecil (cerebellum).
Otak besar mrupakan 70 persen dari seluruh isi otak, serta bertanggung jawab terhadap tingkat kecerdasan dan kemampuan berpikir kita. Dalam otak besar inilah, informasi yang diterima oleh organ penginderaan diolah, disimpulkan dan ditanggapi. Otak kecil bervolume kira-kira 10 persen dari seluruh otak, berfungsi sebagai pengontrol koordinasi dan keseimbangan.
TINGKAT KECERDASAN
Kecerdasan adalah suatu kemampuan mental yang dibawa oleh individu sejak lahir, untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan yang baru serta memecahkan permasalahan secara cepat dan tepat. Tingkat kecerdasan anak sangat ditentukan oleh keadaan otak dan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti: sifat genetis, lingkungan (fasilitas, sosial ekonomi keluarga), motivasi dan status gizinya. Kepandaian seseorang dapat diukur dengan alat electro encephalogram (EEG), alat positron emission tomography (PET) dan tes IQ. Alat EEG dapat menangkap dan mancatat gelombang arus yang dipancarkan oleh otak. Sedangkan alat PET, mencatat reaksi otak terhadap suatu permasalahan. Sedangkan yang kurang cerdas, tampak akan mengerahkan hampir semua bagian otaknya untuk menjawab permasalahan yang sama.
Tes IQ sejak lama telah dipakai, tes ini sebagai salah satu cara untuk menduga tingkat kecerdasan seseorang. Orang-orang yang terkenal, terbukti memiliki IQ yang tinggi. Misalnya, Albert Einstein yang sangat ahli dalam bidang fisika, matematika, dan juga pemain biola yang sangat piawai itu memiliki IQ 172 (72 persen lebih tinggi dari orang kebanyakan).
GIZI HARUS CUKUP
Keadaan gizi ibu hamil sangat erat hubungannya dengan berat badan bayi yang akan dilahirkan. Ibu – ibu hamil adalah salah satu kelompok masayarakat yang sangat rawan terhadap masalah-masalah gizi, terutama masalah kekurangan energi dan protein ( KEP ). Bayi yang dilahirkan oleh para ibu dengan kondisi KEP, akan mempunyai berat badan lahir rendah ( BBLR ) yaitu dari 2,5 kg. Kondisi BBLR akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan anak selanjutnya. Selain kekurangan gizi, bayi yang baru lahir tersebut juga akan mengalami kemunduran perkembangan otak.
Hal ini akan berakibat terjadinya penurunan kemampuan belajar dan kemampuan akademik pada usia yang lebih lanjut. Selain itu, bayi BBLR mempunyai kemungkinan meninggal sebelum usia satu tahun, 17 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang dilahirkan dengan berat badan normal. Ibu-ibu hamil yang cukup gizi akan mengalami pertambahan berat badan rata-rata sebesar 12,5 kg selama 9 bulan kehamilannya dan akan melahirkan bayi dengan berat rata-rata 3,3 k. Untuk mencapai kondisi tersebut, ibu hamil harus cukup mengkonsumsi bahan makanan sumber energi, protein, vitamin, dan mineral.
Rata-rata tambahan energi yang diperlukan selama masa kehamilan, adalah 80.000 kilokalori. Jumlah tersebut terbagi atas 150 kilokalori per hari selama trimester ( tiga bulan ) pertama, 350 kilokalori per hari selama trimester kedua dan ketiga masa kehamilan. Tambahan protein yang diperlukan untuk mencapai keadaan normal tersebut adalah 925 gram, yaitu rata-rata 3,3 gram per hari selama masa kehamilannya. Tambahan protein yang diperlukan selama trimester pertama, kedua, dan ketiga masing-masing 1,2; 6,1 dan 10,7 gram per hari. Selain itu diperlukan juga tambahan vitamin dan mineral yang dapat diperoleh dari sayuran dan buah-buahan.
Kondisi KEP pada ibu-ibu hamil, sudah barang tentu akan berpengaruh besar terhadap anatomi otak bayi yang kelak dilahirkan, yaitu menyangkut berat otak, jumlah sel otak dan besar sel otak. Telah diketahui bahwa anatomi otak sangat berhubungan erat dengan tingkat kecerdasan anak di kemudian hari. Hal lain juga perlu diperhatikan adalah konsumsi asam lemak tidak jenuh ganda rantai panjang ( PUFA ). Termasuk ke dalam kelompok PUFA adalah asam lemak Omega-3 dan asam lemak Omega-6. Aam lemak Omega-3 yang umumnya terdapat pada lemak ikan laut, terdiri dari asam lemak linoleat, asam eikosapentanoat ( eicosapentanoic acid = EPA ) dan asam dokosaheksanoat ( docosahexanoic acid = ACID ), yang masing-masing terdiri dari 3,5 dan 6 buah ikatan rangkap. ( bbs/net ).
Sumber:
Koran Radar, Minggu, 10 Januari 2010
Jurnal kesehatan.
Selasa, 16 Februari 2010
Minggu, 14 Februari 2010
Mengintip Bakat Besar di Balik Gangguan Perilaku
Tidak semua anak berbakat punya perilaku layaknya anak-anak normal. Ada juga di antara mereka yang memiliki gangguan autisme dan pemusatan perhatian. Sebagai contoh, saat berusia batita Jason di kenal sebagai bocah hiperaktif dan ADHD ( gangguan pemusatan perhatian). Ia tidak pernah bisa diam dan kadang-kadang menunjukkan agresivitasnya. Ia sangat hobi mengutak-ngatik sekaligus merusak atau menghancurkan barang-barang di rumahnya. Karena sikapnya itu, orang tua Jason membiarkan rumahnya kosong melompong. Di balik itu, Jason juga termasuk sosok pendiam dan sulit bergaul. Namun, tak di ada yang menyangka, bocah hiperaktif seperti Jason ternyata memiliki kelebihan super yang tak dimiliki anak-anak seusianya.
Kecerdasannya di bidang matematika luar biasa. Tak heran jika di usia 10 tahun ia sudah bisa masuk SM[P dan di usia 13 tahun ia sudah duduk di bangku kelas 2 SMU. Menurut Dr. Reni Akbar Hawadi, M.Psi., salah satu pengajar di fakultas psikologi Universitas Indonesia mengatakan bahwa Jason termasuk kategori anak-anak gifted ( berbakat ) sekaligus handicapped ( memiliki hambatan ). “Di satu sisi, dia juga merupakan sosok hiperaktif yang di tandai dengan berbagai perilaku agresifnya. Di sisi lain, ia juga merupakan seorang yang jenius karena memiliki IQ 145 poin, selain kreativitasnya yang tinggi.
Anak berbakat adalah mereka yang memiliki kelebihan di atas anak-anak normal. Kelebihan itu pun setidaknya mencakup tiga hal, yaitu IQ tinggi, kaya kreativitas, dan motivasi kuat yang sebagian sudah bisa ditunjukkan di usia batita.
• IQ tinggi
IQ tinggi ditandai dengan ingatan yang kuat. Otaknya seolah berfungsi bak mesin pemotret. Kalau orang tua menjelaskan berbagai jenis kendaraan kepada si anak, contohnya, maka keesokan harinya ia sudah mampu mengingat dan menyebutkan semua kendaraan yang dijelaskan tadi sampai detail. Selain itu, perbendaharaan katanya relatif luas atau banyak, sehingga biasanya gemar menimbrung ketika orang tuanya bercakap-cakap. Ia pun mampu berpikir logis dan kritis, sehingga saat menginjak usia prasekolah ia sudah mampu memecahkan soal-soal aljabar sederhana. Kejeniusannya terlihat dari kesenangannya mempelajari berbagai bacaan tebal seperti kamus, ensiklopedi, dan sejenisnya, serta mampu memecahkan berbagai soal dengan cepat, selain cepat pula menemukan kesalahan maupun kekeliruan. Tak jarang anak juga menunjukkan kemampuan supernya seperti mampu membaca lebih cepat di usia yang relatif lebih muda disbanding anak sebayanya. Kadang kemampuan membaca ini muncul tanpa pernah diajari sebelumnya secara khusus.
• Kaya Kreativitas
Kreativitas ditandai oleh dorongan ingin tahu yang sangat besar, sering mengajukan pertanyaan yang berbobot, memberi banyak gagasan dan usulan terhadap suatu masalah, bebas saat menyatakan pendapat, memiliki rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, punya pendapat sendiri, dapat mengutarakan pendapatnya dan tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain, punya rasa humor yang tinggi, daya imajinasinya kuat, serta orisinalitasnya tinggi yang tampak kala ia mengungkapkan gagasan, buah pikiran, dan sejenisnya. Selain itu, ia juga mampu bekerja seendiri, senang mencoba hal-hal baru, dan mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan ( kemampuan elaborasinya bagus ).
• Motivasi Kuat
Tekun menghadapi tugas ( dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama dan tak mau berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan ( tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk menunjukkan prestasi, ingin mendalami materi atau bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin ( tak cepat puas dengan prestasi yang diraihnya), menunjukkan minat terhadap aneka masalah “orang dewasa”, semisal soal pembangunan korupsi, keadilan, dan sebagainya. Ia pun senang dan rajin belajar serta penuh semangat, hingga cepat bosan pada tugas-tugas rutin, memiliki orientasi pada tujuan-tujuan jangka panjang disamping bisa menunda pemuasan kebutuhan sesaat. Singkatnya, “jika seorang anak memiliki tiga kriteria tersebut, maka ia termasuk anak berbakat.
Saat ini memang terjadi perdebatan besar mengenai anak-anak berbakat ( gifted ) dengan disability learning ( kesulitan belajar ). Sayangnya, berbagai gangguan dan kekurangan yang ditunjukkan sang anak kerap menutup mata orang tua untuk melihat berbagai kelebihan dibaliknya.
BELUM POPULER
Memang tidak semua anak autis memiliki kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak-anak gifted. Penyandang autisme umumnya memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata, bahkan 70% di antaranya menunjukkan retardasi mental. Mereka juga kurang mampu berkonsentrasi, sehingga memerlukan terapi secara rutin. Kendati begitu, tidak sedikit penyandang autisme ataupun anak hiperaktif yang memiliki bakat luar biasa dan ber-IQ tinggi. Sepintas, anak-anak ini umumnya terlihat hiperaktif, ceroboh, pembosan dan kadang agresif. Padahal, dalam dirinya terdapat potensi yang sangat besar.
Itulah mengapa, cara pandang bahwa keberbakatan hanya bisa dimiliki anak-anak normal harus diubah. Anak berbakat tidak mengenal batasan negara, strata sosial, dan berbagai kekurangan ataupun gangguan perilaku yang dimiliki seorang anak. Kalau sudah takdir gifted, berarti tetap gifted. Memang kategori gifted-handicapped masih belum popular di Indonesia. “Ini berbeda dengan negara-negara maju seperti Amerika dan Australia. Mereka sudah memiliki perkumpulan khusus yang menangani anak-anak gifted sekaligus memiliki gangguan seperti autis dan hiperaktif atau gifted-handicapped.”
PERBEDAAN AUTIS DAN GIFTED-HANDICAPPED
Menurut Reni, membedakan anak autis sekaligus gifted bukan perkara mudah. “Namun orang tua yang memiliki anak gifted-handicapped biasanya akan bisa merasakan adanya kelebihan-kelebihan yang dimiliki buah hatinya”. Seorang ibu yang sempat “mencurigai” kelebihan-kelebihan yang dimiliki batitanya yang autis. Si anak hiperaktif, tak mau menoleh kalau dipanggil, tapi sudah menguasai beberapa program sederhana di komputer. Akhirnya, setelah melalui pemeriksaan di luar negeri, anak tersebut dikategorikan sebagai gifted-handicapped child.
Memang sayang, instrument penelitian untuk mengetahui keakuratan gifted-handicapped belum ada di Indonesia. “Alhasil, jika ingin mengetahui anaknya gifted atau tidak, harus melalui pemeriksaan di negara-negara maju seperti Singapura, Belanda, dan Australia”. Jadi bukan perkara mudah untuk menentukan apakah seorang anak berbakat atau tidak, termasuk pada anak autis. Namun, tanpa perangkat tes sebetulnya bisa saja keberbakatan ini dilihat dan diukur dari performa anak secara kasat mata. Contoh konkretnya, meski konsentrasi anak-anak autis cepat buyar dan perhatiannya mudah teralih, tapi di dalam bidang tertentu ia bisa mencurahkan konsentrasinya. Misalnya, anak batita yang bisa mengoperasikan beberapa program komputer yang relative sulit untuk anak seusianya.
BUTUH PENANGANAN KHUSUS
Anak-anak berbakat kerap kali memiliki gangguan itu, ungkap Reni dan Astri salah satu psikolog dari Essa Consulting group memang perlu penanganan khusus. Kecepatannya dalam menerima pelajaran, contohnya, membuat mereka tak bisa disamaratakan dengan anak-anak normal lainnya. Jika anak lain masih berkutat di materi A, maka anak gifted sudah bisa menguasai materi C. Demikian halnya dengan anak-anak gifted-handicaped. Hal ini berlaku baik saat terapi maupun saat menstimulasi kognisi si anak. Untuk terapi, misalnya, anak-anak gifted-handicaped tidak bisa disamaratakan dengan anak-anak autis pada umumnya. Kecepatannya menerima materi terapi membuat anak gifted-handicapped cepat bosan. Tak heran jika mereka biasanya tidak mau di terapi yang ditunjukkan denan sikap marah, kerewelan, atau menangis saat di terapi. Meski begitu ia sangat menguasai materi pada saat terapi dilakukan.
STIMULASI YANG BISA DIBERIKAN
Psikolog menganjurkan orang tua dengan anak-anak seperti itu untuk banyak memberikan penjelasan tentang segala sesuatu yang dirasa menarik untuk si kecil. Misalnya saat turun hujan, orang tua mampu menjelaskan mengapa bisa terjadi fenomena alam seperti itu. Jelaskan dengan cara sederhana dan singkat. Begitu juga saat melihat berbagai hal menarik yang diamati di televisi. Orang tua cukup menerangkannya secara singkat kepada si anak, sebab tak jarang konsentrasi anak-anak gifted ini pendek sehingga cepat bosan. Jangan segan-segan pula membacakan berbagai cerita menarik kepada si kecil. Setelah itu, biarkan ia menanggapinya. Agar kreativitasnya semakin terasah, orang tua juga bisa mengajukan berbagai pertanyaan kritis kepada anak. Lengkapi juga fasilitas keluarga dengan sarana dan prasarana yang mengandung unsur edukasi, seperti buku-buku pengetahuan dan fiksi, video, mainan, alat-alat musik, alat lukis, alat permainan aktif seperti bola kaki, bola basket lengkap dengan jaring, dan sebagainya. Dengan sarana edukasi tersebut, orang tua bisa menyalurkan bakat si kecil lebih lanjut. Jika terlihat berbakat melukis, contohnya orang tua bisa memasukannya ke sanggar lukis khusus untuk anak.
Sumber:
Psikologi komunikasi
Majalah inspire kids
Pusat keberbakatan
Kecerdasannya di bidang matematika luar biasa. Tak heran jika di usia 10 tahun ia sudah bisa masuk SM[P dan di usia 13 tahun ia sudah duduk di bangku kelas 2 SMU. Menurut Dr. Reni Akbar Hawadi, M.Psi., salah satu pengajar di fakultas psikologi Universitas Indonesia mengatakan bahwa Jason termasuk kategori anak-anak gifted ( berbakat ) sekaligus handicapped ( memiliki hambatan ). “Di satu sisi, dia juga merupakan sosok hiperaktif yang di tandai dengan berbagai perilaku agresifnya. Di sisi lain, ia juga merupakan seorang yang jenius karena memiliki IQ 145 poin, selain kreativitasnya yang tinggi.
Anak berbakat adalah mereka yang memiliki kelebihan di atas anak-anak normal. Kelebihan itu pun setidaknya mencakup tiga hal, yaitu IQ tinggi, kaya kreativitas, dan motivasi kuat yang sebagian sudah bisa ditunjukkan di usia batita.
• IQ tinggi
IQ tinggi ditandai dengan ingatan yang kuat. Otaknya seolah berfungsi bak mesin pemotret. Kalau orang tua menjelaskan berbagai jenis kendaraan kepada si anak, contohnya, maka keesokan harinya ia sudah mampu mengingat dan menyebutkan semua kendaraan yang dijelaskan tadi sampai detail. Selain itu, perbendaharaan katanya relatif luas atau banyak, sehingga biasanya gemar menimbrung ketika orang tuanya bercakap-cakap. Ia pun mampu berpikir logis dan kritis, sehingga saat menginjak usia prasekolah ia sudah mampu memecahkan soal-soal aljabar sederhana. Kejeniusannya terlihat dari kesenangannya mempelajari berbagai bacaan tebal seperti kamus, ensiklopedi, dan sejenisnya, serta mampu memecahkan berbagai soal dengan cepat, selain cepat pula menemukan kesalahan maupun kekeliruan. Tak jarang anak juga menunjukkan kemampuan supernya seperti mampu membaca lebih cepat di usia yang relatif lebih muda disbanding anak sebayanya. Kadang kemampuan membaca ini muncul tanpa pernah diajari sebelumnya secara khusus.
• Kaya Kreativitas
Kreativitas ditandai oleh dorongan ingin tahu yang sangat besar, sering mengajukan pertanyaan yang berbobot, memberi banyak gagasan dan usulan terhadap suatu masalah, bebas saat menyatakan pendapat, memiliki rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, punya pendapat sendiri, dapat mengutarakan pendapatnya dan tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain, punya rasa humor yang tinggi, daya imajinasinya kuat, serta orisinalitasnya tinggi yang tampak kala ia mengungkapkan gagasan, buah pikiran, dan sejenisnya. Selain itu, ia juga mampu bekerja seendiri, senang mencoba hal-hal baru, dan mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan ( kemampuan elaborasinya bagus ).
• Motivasi Kuat
Tekun menghadapi tugas ( dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama dan tak mau berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan ( tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk menunjukkan prestasi, ingin mendalami materi atau bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin ( tak cepat puas dengan prestasi yang diraihnya), menunjukkan minat terhadap aneka masalah “orang dewasa”, semisal soal pembangunan korupsi, keadilan, dan sebagainya. Ia pun senang dan rajin belajar serta penuh semangat, hingga cepat bosan pada tugas-tugas rutin, memiliki orientasi pada tujuan-tujuan jangka panjang disamping bisa menunda pemuasan kebutuhan sesaat. Singkatnya, “jika seorang anak memiliki tiga kriteria tersebut, maka ia termasuk anak berbakat.
Saat ini memang terjadi perdebatan besar mengenai anak-anak berbakat ( gifted ) dengan disability learning ( kesulitan belajar ). Sayangnya, berbagai gangguan dan kekurangan yang ditunjukkan sang anak kerap menutup mata orang tua untuk melihat berbagai kelebihan dibaliknya.
BELUM POPULER
Memang tidak semua anak autis memiliki kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak-anak gifted. Penyandang autisme umumnya memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata, bahkan 70% di antaranya menunjukkan retardasi mental. Mereka juga kurang mampu berkonsentrasi, sehingga memerlukan terapi secara rutin. Kendati begitu, tidak sedikit penyandang autisme ataupun anak hiperaktif yang memiliki bakat luar biasa dan ber-IQ tinggi. Sepintas, anak-anak ini umumnya terlihat hiperaktif, ceroboh, pembosan dan kadang agresif. Padahal, dalam dirinya terdapat potensi yang sangat besar.
Itulah mengapa, cara pandang bahwa keberbakatan hanya bisa dimiliki anak-anak normal harus diubah. Anak berbakat tidak mengenal batasan negara, strata sosial, dan berbagai kekurangan ataupun gangguan perilaku yang dimiliki seorang anak. Kalau sudah takdir gifted, berarti tetap gifted. Memang kategori gifted-handicapped masih belum popular di Indonesia. “Ini berbeda dengan negara-negara maju seperti Amerika dan Australia. Mereka sudah memiliki perkumpulan khusus yang menangani anak-anak gifted sekaligus memiliki gangguan seperti autis dan hiperaktif atau gifted-handicapped.”
PERBEDAAN AUTIS DAN GIFTED-HANDICAPPED
Menurut Reni, membedakan anak autis sekaligus gifted bukan perkara mudah. “Namun orang tua yang memiliki anak gifted-handicapped biasanya akan bisa merasakan adanya kelebihan-kelebihan yang dimiliki buah hatinya”. Seorang ibu yang sempat “mencurigai” kelebihan-kelebihan yang dimiliki batitanya yang autis. Si anak hiperaktif, tak mau menoleh kalau dipanggil, tapi sudah menguasai beberapa program sederhana di komputer. Akhirnya, setelah melalui pemeriksaan di luar negeri, anak tersebut dikategorikan sebagai gifted-handicapped child.
Memang sayang, instrument penelitian untuk mengetahui keakuratan gifted-handicapped belum ada di Indonesia. “Alhasil, jika ingin mengetahui anaknya gifted atau tidak, harus melalui pemeriksaan di negara-negara maju seperti Singapura, Belanda, dan Australia”. Jadi bukan perkara mudah untuk menentukan apakah seorang anak berbakat atau tidak, termasuk pada anak autis. Namun, tanpa perangkat tes sebetulnya bisa saja keberbakatan ini dilihat dan diukur dari performa anak secara kasat mata. Contoh konkretnya, meski konsentrasi anak-anak autis cepat buyar dan perhatiannya mudah teralih, tapi di dalam bidang tertentu ia bisa mencurahkan konsentrasinya. Misalnya, anak batita yang bisa mengoperasikan beberapa program komputer yang relative sulit untuk anak seusianya.
BUTUH PENANGANAN KHUSUS
Anak-anak berbakat kerap kali memiliki gangguan itu, ungkap Reni dan Astri salah satu psikolog dari Essa Consulting group memang perlu penanganan khusus. Kecepatannya dalam menerima pelajaran, contohnya, membuat mereka tak bisa disamaratakan dengan anak-anak normal lainnya. Jika anak lain masih berkutat di materi A, maka anak gifted sudah bisa menguasai materi C. Demikian halnya dengan anak-anak gifted-handicaped. Hal ini berlaku baik saat terapi maupun saat menstimulasi kognisi si anak. Untuk terapi, misalnya, anak-anak gifted-handicaped tidak bisa disamaratakan dengan anak-anak autis pada umumnya. Kecepatannya menerima materi terapi membuat anak gifted-handicapped cepat bosan. Tak heran jika mereka biasanya tidak mau di terapi yang ditunjukkan denan sikap marah, kerewelan, atau menangis saat di terapi. Meski begitu ia sangat menguasai materi pada saat terapi dilakukan.
STIMULASI YANG BISA DIBERIKAN
Psikolog menganjurkan orang tua dengan anak-anak seperti itu untuk banyak memberikan penjelasan tentang segala sesuatu yang dirasa menarik untuk si kecil. Misalnya saat turun hujan, orang tua mampu menjelaskan mengapa bisa terjadi fenomena alam seperti itu. Jelaskan dengan cara sederhana dan singkat. Begitu juga saat melihat berbagai hal menarik yang diamati di televisi. Orang tua cukup menerangkannya secara singkat kepada si anak, sebab tak jarang konsentrasi anak-anak gifted ini pendek sehingga cepat bosan. Jangan segan-segan pula membacakan berbagai cerita menarik kepada si kecil. Setelah itu, biarkan ia menanggapinya. Agar kreativitasnya semakin terasah, orang tua juga bisa mengajukan berbagai pertanyaan kritis kepada anak. Lengkapi juga fasilitas keluarga dengan sarana dan prasarana yang mengandung unsur edukasi, seperti buku-buku pengetahuan dan fiksi, video, mainan, alat-alat musik, alat lukis, alat permainan aktif seperti bola kaki, bola basket lengkap dengan jaring, dan sebagainya. Dengan sarana edukasi tersebut, orang tua bisa menyalurkan bakat si kecil lebih lanjut. Jika terlihat berbakat melukis, contohnya orang tua bisa memasukannya ke sanggar lukis khusus untuk anak.
Sumber:
Psikologi komunikasi
Majalah inspire kids
Pusat keberbakatan
Jumat, 12 Februari 2010
Olah Vokal Berakibat Fatal
Sebut saja Adit, salah satu kontestan idola cilik yang membawakan lagu bukan cinta biasa- nya Afgan. Penghayatan dan pembawaan yang ditampilkan, membawa ia untuk maju ke tahap selanjutnya. Sementara itu suara Olivia melengking bak rocker, yang membawakan lagu band kotak yang berjudul beraksi. Olah vokal itu bukan tanpa masalah. Dalam kaitan dengan kesehatan, anak-anak yang menyanyikan lagu orang dewasa, apalagi dengan nada tinggi, bisa terkena dampak kurang baik. Bukan cuma kesehatan fisik, tetapi juga psikis. Apalagi di tengah tuntutan industri yang kejar tayang.
Menurut salah satu dokter spesialis THT ( telinga, hidung, dan tenggorokan ) di salah satu rumah sakit swasta di daerah Jakarta selatan mengatakan bahwa, berlatih vokal terlalu keras bisa mempengaruhi kesehatan pita suara pada anak yang melakukannya. Pita suara si anak diindikasi menjadi tebal, sehingga tidak bisa menutup sempurna. “Jadi bocor dan mengakibatkan suara serak”. Diketahui bahwa mekanisme suara itu timbul akibat pita suara yang saling mendekat yang diatur otot-otot intrinsik. Hal ini diikuti tekanan udara dari paru-paru ke atas untuk membuka celah yang tertutup di antara dua pita suara tenggorok, mulut, dan hidung ( resonansi suara ). Untuk menghadapi suara keras, kualitas kerja pita suara dan otot-otot itu bakal lebih dari biasanya.
Pita suara yang kerap mendekat satu sama lain dengan cara tidak benar bisa menimbulkan gesekan permukaan pita suara. Dari situlah terjadi penebalan permukaan pita suara, seperti nodule, bongkol, polip, atau tukak. Tetapi tidak menyebabkan kanker. Namun salah satu dokter lain menyebut, bahwa bongkol itu menjadi kronis jika selama berminggu-minggu tidak hilang. Dalam istilah medis disebut dengan singer’s nodules. Umumnya terjadi karena keletihan pita suara yang kronis. Dalam beberapa kasus tindakan yang dilakukan adalah operasi. Kasus singer’s node sendiri, biasanya menimpa mereka yang sering cas cis cus dalam kegiatan sehari-hari, seperti penyanyi, guru, dan pengkhotbah.
Sebaiknya dalam bernyanyi, pilih lag yang sesuai dengan kemampuan tipe vocal, misalnya jenis vokal perempuan, yaitu dari nada rendah ke nada tinggi. Dengan urutan dari alto, mezosopran, kemudian sopran. Sedangkan pada laki-laki, dari bas, bariton, kemudian tenor. Kemampuan vocal setiap individu tergantung ukuran pita suara mereka. Tinggal bagaimana suara itu di olah dengan latihan yang sesuai. Apabila pada dasarnya mampu menghasilkan suara bernada tinggi, tidak usah kerja keras lagi untuk mencapainya.
“Untuk itu, jangan dipaksakan bila kemampuan bersuara anak terbatas. Bukan hanya soal pita suara. Menyanyikan lagu dewasa oleh anak-anak juga berdampak pada psikologis. Psikolog anak, Fabiola Priscilia Setiawan, MPsi, mengatakan bahwa menyanyikan lagu dewasa tidak sesuai dengan perkembangan psikologis anak. Anak dipaksa untuk berpikir seperti orang dewasa, “ujar dosen Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya. Meski si anak berbakat menyanyi, orang tua perlu memperhatikan bagaimana cara menyalurkan bakat itu. Misalnya dengan menyanyikan lagu yang sesuai dengan usia si anak, sehingga mudah dihayati. Salain itu juga, anak jangan sampai tidak mendapat haknya untuk bebas bermain. Apalagi sampai tertekan karena tuntutan lingkungan , “Cuma karena orang tua ingin anaknya menjadi bintang terkenal”.
PERKEMBANGAN SUARA:
1. Sejak anak-anak, kualitas suara mengalami perkembangan maturitas.
2. Rentang suara dan timbre-warna suara-anak-anak berbeda dengan orang dewasa
3. Anak laki-laki dan perempuan sebelum masa pubertas mempunyai rentang suara serta timbre yang serupa, baik ukuran maupun struktur pitanya.
4. Struktur laring ( kotak suara ) pada anak-anak lebih panjang.
KARAKTERISTK SUARA
1. Karakteristik suara secara individu digambarkan dalam bentuk pitch, intensitas, dan kualitas.
2. Pitch merupakan titik nada suara seseorang, yaitu tinggi, rendah, monoton, dan bagaimana polanya saat suaranya di ulang.
3. Gangguan terjadi apabila penggunaan pitch tidak benar, tidak sesuai dengan usia maupun gender.
4. Kerasnya suara merupakan gambaran volume suara seseorang.
Sumber: Koran tempo; Rabu, 23 Desember 2009
Menurut salah satu dokter spesialis THT ( telinga, hidung, dan tenggorokan ) di salah satu rumah sakit swasta di daerah Jakarta selatan mengatakan bahwa, berlatih vokal terlalu keras bisa mempengaruhi kesehatan pita suara pada anak yang melakukannya. Pita suara si anak diindikasi menjadi tebal, sehingga tidak bisa menutup sempurna. “Jadi bocor dan mengakibatkan suara serak”. Diketahui bahwa mekanisme suara itu timbul akibat pita suara yang saling mendekat yang diatur otot-otot intrinsik. Hal ini diikuti tekanan udara dari paru-paru ke atas untuk membuka celah yang tertutup di antara dua pita suara tenggorok, mulut, dan hidung ( resonansi suara ). Untuk menghadapi suara keras, kualitas kerja pita suara dan otot-otot itu bakal lebih dari biasanya.
Pita suara yang kerap mendekat satu sama lain dengan cara tidak benar bisa menimbulkan gesekan permukaan pita suara. Dari situlah terjadi penebalan permukaan pita suara, seperti nodule, bongkol, polip, atau tukak. Tetapi tidak menyebabkan kanker. Namun salah satu dokter lain menyebut, bahwa bongkol itu menjadi kronis jika selama berminggu-minggu tidak hilang. Dalam istilah medis disebut dengan singer’s nodules. Umumnya terjadi karena keletihan pita suara yang kronis. Dalam beberapa kasus tindakan yang dilakukan adalah operasi. Kasus singer’s node sendiri, biasanya menimpa mereka yang sering cas cis cus dalam kegiatan sehari-hari, seperti penyanyi, guru, dan pengkhotbah.
Sebaiknya dalam bernyanyi, pilih lag yang sesuai dengan kemampuan tipe vocal, misalnya jenis vokal perempuan, yaitu dari nada rendah ke nada tinggi. Dengan urutan dari alto, mezosopran, kemudian sopran. Sedangkan pada laki-laki, dari bas, bariton, kemudian tenor. Kemampuan vocal setiap individu tergantung ukuran pita suara mereka. Tinggal bagaimana suara itu di olah dengan latihan yang sesuai. Apabila pada dasarnya mampu menghasilkan suara bernada tinggi, tidak usah kerja keras lagi untuk mencapainya.
“Untuk itu, jangan dipaksakan bila kemampuan bersuara anak terbatas. Bukan hanya soal pita suara. Menyanyikan lagu dewasa oleh anak-anak juga berdampak pada psikologis. Psikolog anak, Fabiola Priscilia Setiawan, MPsi, mengatakan bahwa menyanyikan lagu dewasa tidak sesuai dengan perkembangan psikologis anak. Anak dipaksa untuk berpikir seperti orang dewasa, “ujar dosen Fakultas Psikologi Universitas Atmajaya. Meski si anak berbakat menyanyi, orang tua perlu memperhatikan bagaimana cara menyalurkan bakat itu. Misalnya dengan menyanyikan lagu yang sesuai dengan usia si anak, sehingga mudah dihayati. Salain itu juga, anak jangan sampai tidak mendapat haknya untuk bebas bermain. Apalagi sampai tertekan karena tuntutan lingkungan , “Cuma karena orang tua ingin anaknya menjadi bintang terkenal”.
PERKEMBANGAN SUARA:
1. Sejak anak-anak, kualitas suara mengalami perkembangan maturitas.
2. Rentang suara dan timbre-warna suara-anak-anak berbeda dengan orang dewasa
3. Anak laki-laki dan perempuan sebelum masa pubertas mempunyai rentang suara serta timbre yang serupa, baik ukuran maupun struktur pitanya.
4. Struktur laring ( kotak suara ) pada anak-anak lebih panjang.
KARAKTERISTK SUARA
1. Karakteristik suara secara individu digambarkan dalam bentuk pitch, intensitas, dan kualitas.
2. Pitch merupakan titik nada suara seseorang, yaitu tinggi, rendah, monoton, dan bagaimana polanya saat suaranya di ulang.
3. Gangguan terjadi apabila penggunaan pitch tidak benar, tidak sesuai dengan usia maupun gender.
4. Kerasnya suara merupakan gambaran volume suara seseorang.
Sumber: Koran tempo; Rabu, 23 Desember 2009
Langganan:
Postingan (Atom)